Chapter 4 - 2.1

Sonia mengayun-ngayun kakinya dengan mata yang berfokus pada gawainya. Ia sedang menunggu Sanjaya selesai piket dan duduk di meja guru sampai sebuah sapu mengganggu ayunan kakinya.

"Kaki jangan diayun-ayun nanti ada yang duduk di kakilu lho," omel Sanjaya sembari memaksa sampah di kolong meja guru untuk keluar dengan sapu yang dipegangnya.

"Mana muat dia duduk di kaki gue," sanggah Sonia.

"Dih nih anak dibilangin malah ngelawan. Dia tuh suka benda yang goyang goyang. makanya kursi goyang bisa goyang sendiri atau keranjang ayun bayi. Itu dia yang goyangin tahu gak," ceramah Sanjaya sembari menyeret sampah ke dalam pengki dengan sapu agar lebih mudah membuangnya ke tempat sampah.

"Terus kaki gua dia yang goyangin gitu?" balas tanya Sonia.

Gawai Sonia berdering dan tertera nomor yang tidak dikenal di layar. Sanjaya bertanya dari siapa dan Sonia menjawab tidak tahu. Sonia membiarkan telepon itu. Lalu Sanjaya keluar untuk membuang sampah kemudian dia kembali ke dalam kelas untuk meletakkan kembali sapu dan pengki yang digunakannya tapi ia tidak melihat Sonia. Sonia menghilang seketika. Sonia tidak mungkin pulang tanpa membawa tasnya. Sanjaya memanggil Sonia. Sanjaya takut kalau Sonia diculik werewolf, karna dia tidak terima jika Sonia yang diculik harusnya dia saja.

"Gue disini, Sans," jawab Sonia dari depan pintu kelas.

"Son, Kok lu disana? Kapan lu keluar? Kalau lu keluar harusnya gue liat lu keluar kan soalnya gue diluar lagi buang sampah," tanya Sanjaya yang sudah mengherankan Sonia yang berada di luar tiba-tiba. Sonia berjalan mengambil tasnya di atas meja guru.

"Apaan sih lo San. kan pas waktu lu ngambil sapu gue bilang ama lu kalau gue mau boker dulu. Gue baru selesai sekarang," jelas Sonia perihal kemunculannya yang baru dari toilet selesai membuang hajatnya.

"Mana ada! lu tadi duduk di meja guru nemenin gue piket ya!" sanggah Sanjaya yang masih tidak percaya dengan cerita Sonia.

"Apa sih, San?! Gue daritadi boker belom balik balik ke kelas. Mana mungkin gue duduk di meja guru. Gue boker di meja guru gitu?!" Sanjaya yang masih membenarkan fakta bahwa dia sedang boker dan tidak ada di kelas sama selama itu.

"Terus yang ama gue tadi siapa kalau bukan lu, Son?" tanya Sanjaya dengan nada yang tinggi dan terheran.

"Mana gue tahu. Setan kali," jawab Sonia santai.

Kali ini Sanjaya terdiam. Bulu kuduknya berdiri. Tubuhnya gemetaran. Tangannya menjadi dingin dan suhu disekitarnya ikut dingin. "Son, temenin gue taro sapu dong," pinta Sanjaya dengan suara yang gemetar.

"Sini biar gue aja yang taro. Lu rapihin tas lu aja," Sonia mengambil sapu dan pengki yang di pegang Sanjaya dan berjalan ke belakang kelas dimana letak lemari peralatan kebersihan diletakan. Sonia mengembalikan peralatan kebersihan ke kumpulannya.

Sonia berbalik dan masih melihat temannya terdiam seperti patung. Sonia mengambil tas milik Sanjaya dan kemudian Ia menggandeng tangan Sanjaya untuk membawanya keluar dari ruang kelas itu. Sanjaya masih belum bergerak hingga mereka sudah sampai di lapangan. Saat itu Sanjaya sadar dari melamunnya. Dengan tiba-tiba melompat memeluk Sonia.

Sonia yang saat itu sudah membawa tas besar di depan dan belakangnya dan sekarang ia harus terima dipanjat koala kontet.

"Kok gak jalan Son?" tanya Sanjaya dengan polosnya.

Tidak mendengar jawaban Sonia. Sanjaya memberanikan turun dari pohon bernapas yang dipanjatnya. Lalu sebuah bola menggelinding ke kaki Sanjaya. Sanjaya melihat sekeliling untuk mencari seseorang yang bermain bola. Namun, tidak ada orang disana yang bermain bola. Sanjaya melihat ke lantai 2. Melihat pintu kelasnya yang perlahan membuka. Dia berpikir kalau pintu itu ditiup angin.

"Habis ini pintunya pasti ngebanting sendiri," celetuk Sonia.

Seperti yang dikatakan Sonia. Pintu itu membanting sendiri dengan cukup kasar sehingga menimbulkan suara detuman yang sangat kencang. Sonia tidak bergeming. Tapi Sanjaya sudah lari ke arah gerbang. Sonia menghampiri Sanjaya yang sudah di luar gerbang. Gerbang menutup dengan cepat. mengurung Sonia di dalamnya. Sonia berusaha membuka gerbang itu. Namun, gerbang itu sulit iluntuk dibuka. seperti kedua magnet terkuat yang sulit dipisahkan. Sekarang Sonia terkaget dengan puluhan bola melayang ke arahnya. Seperti ada orang yang sengaja melemparkan bola-bola itu ke arahnya.

Sanjaya berbalik dan melihat ke dalam gerbang. Ada Sonia yang berusaha menghindar dari bola-bola yang dilempar ke arahnya entah dari siapa, meski beberapa bola berhasil mengenainya. Sanjaya kemudian berjalan kembali ke gerbang dan membuka gerbang itu dengan mudah. Rambut Sanjaya yang tadinya dikuncir kuda turun dan tergerai dengan mudahnya. Entah bagaimana alam bisa berkerja sama untuk menerbangkan rambut Sanjaya.

Sonia yang melihat Sanjaya di dekatnya dia meminta tolong pada Sanjaya. Namun, Sanjaya tidak menggubris permintaan tolong Sonia. Sonia merasakan kalau Sanjaya sudah menjadi aneh karna Sanjaya tidak mengangkat wajahnya sampai saat ini. Dengan wajah pucatnya Sanjaya menyerang Sonia dan mencekiknya sembari berteriak tolong aku. Sonia sudah tahu sejak Sanjaya sudah bertingkah aneh. Sonia berusaha tenang dan mengucapkan mantra atau sesuatu yang sagat dibenci oleh Sanjaya. sehingga Sanjaya berteriak keras hingga mebuat telinga Sonia berdarah. Sonia tidak perduli lagi dengan telinganya. Ia masih mengucapkan mantra itu. Mantra itu bertujuan untuk bisa kabur dari cengkraman Sanjaya. Hal itu memancing awan hitam untuk bergerumbul memutari mereka. Sanjaya masih terus mengucapakan 'tolong aku' dan Sonia masih melafalkan mantranya. Ia tidak tskut dengan raut wajah Sanjaya yang semakin mengerikan. Tapi cengkraman Sanjaya makin kuat.

Sonia sudah tidak sanggup bertahan lagi. Sonia ambruk. Tak lama Sanjaya ikut ambruk. Awan hitam yang mengelilingi mereka pun lenyap perlahan hingga Nanda dapat kembali melihat Sonia dan Sanjaya yang sudah dalam keadaan tak sadarkan diri.

Nanda menghampiri mereka dan memeriksa mereka. Kondisi Sanjaya yang pucat dan Kepala sonia yang sudah membiru juga terlihat di lehernya terdapat bekas tangan yang melingkar. Nanda memeriksa kembali denyut nadi mereka dan Nanda terkejut karena tidak ada denyut yang terasa dari tangan mereka.

"Bukan aku yang membunuh mereka. Bukan aku. bukan... AKU HIHIHIHIHIHI!"