Setelah mendapatkan print-an yang dia titipkan pada adik kelasnya. Sonia bersama Sanjaya kembali ke kelas mereka bersama. Sonia banyak menceritakan tentang baik dan buruknya Fang pada Sanjaya yang sudah jatuh hati padanya sejak hari penerimaan murid baru dan tahun ajaran baru untuknya. Sonia berbagi kontak line Fang pada Sanjaya dan mengatakan untuk memulai duluan dengan chatting. Sanjaya menerima saran itu dengan malu-malu.
Saat menuruni tangga Sonia bertabrakan dengan siswi yang melewatinya di tangga. merasakan tabrakan itu sangat keras. Sonia berhenti dan memerhatikan siswi yang menabrak bahunya. Siswi itu tidak berhenti dan terus menaiki tangga. Sonia tidak mempedulikannya mungkin dia ingin segera sampai ke kelasnya karena mengingat sebentar lagi akan berakhirnya jam istirahat.
Siswi yang terus berjalan menaiki tangga itu tidak pernah menoleh. Wajahnya tertutup rambut panjangnya yang tergerai menggantung, sehingga menyulitkan siapapun untuk melihat raut wajahnya.
Ketika sampai dilantai tiga, Siswi itu tidak berhenti melangkah di tangga. ia terus melanjutkan melangkah menuju loteng yang di kunci dan hanya penjaga sekolah yang memiliki kunci tersebut tapi entah bagaimana dia bisa memilikinya. dia membuka pintu yang menampakkan hamparan luas beton dan tumpukan kursi dan meja yang rusak dan sudah tidak digunakan lagi. ia mengunci pintu yang ia gunakan tadi. dan ia berdiri di depan pintu tanpa mengangkat sedikit kepalanya. ia menunggu sesuatu yang tidak kita ketahui.
Setelah lama menunggu, Ia berjalan mendekati pagar pembatas setinggi bahunya. ia terdiam disana. wajahnya tidak pernah terangkat.
Tuhan penasaran dengan siswi itu. Ia mengirimkan angin yang bertugas mencari tahu siapa siswi itu. angin melaksanakan tugasnya. ia meniup rambut-rambut panjang yang menutupi wajah cantiknya. tampak pandangan matanya kosong. wajahnya pucat. tapi air matanya terus mengalir. tidak ada yang mengerti dengan raut wajah itu.
Ia berpegangan pada pagar pembatas yang hanya setinggi bahunya. Ia memanjat pagar itu dengan perlahan. Menantap lantai di bawah sana. Tidak ada semak-semak hanya ada aspal lapangan. Angin mendorongnya. dan ia terjatuh. Darah menggenang disekitarnya membentuk danau berwarna merah gelap. matanya terbuka dan meninggalkan bekas air mata. Teriakan seseorang yang terkaget dengan sesuatu yang baru jatuh di depannya.
Ia menatap dirinya sendiri yang tergeletak tak bergerak di dalam genangan merah tua. Ia jatuh terduduk dan menangis.