Sonia berjalan di jalan setapak dan ia tidak mengenali disekitarnya yang tampak asing. karena ia tidak tahu dimana dia berada, dia hanya mengikuti jalan setapak yang tersedia dihadapannya. tapi jalan itu tidak sampai pada akhir yang diinginkannya. ia sudah tidak sabar untuk keluar dari tempat ini, ia berlari agar lebih cepat ia keluar dari sini. kemudian menjadi gelap dan ia terjatuh.
kemudian ia milihat ruangan kotak-kotak hitam putih dinding kirinya berwarna merah muda dengan kotak-kotak merah. ia mencari pintu untuk keluar dari sana. ia melihat sebuah ruangan menjorok pada kotak merah ia mendekati kotak itu dan menjadi ruangan yang sangat besar disana juga ada guci yang sangat besar berukuran dua kali tubuhnya. ia berpikir kalau ia ada di narnia, tapi salah ruangan yang tadinya bersih mulai berwarna gelap seperti tertuang tinta gurita. ia berlari berbalik dari tempatnya saat ini. ia menemukan pintu dan membukanya. namun ia melihat lebih banyak pintu pada lorong tak berujung itu. ia mencoba membuka pintu yang ada di sebelah kirinya. tapi dihentikan oleh dua kucing berwarna hitam dan putih. kucing itu mengeong, kucing putih itu memegarkan bulunya, dan yang hitam menggiring Sonia keluar. Sonia mengikuti kedua kucing itu. ia melihat cahaya dan berlari menuju cahaya itu tapi kedua kucing itu mengeong keras pada Sonia.
Sonia muncul di halaman sekolah ia melihat dirinya sedang bersama Sanjaya yang sedang memanjatnya. melihat bola yang ada di kananya dan melemparkannya ke arah mereka.
ia melihat sanjaya menyadari bola itu dan melihat sekeliling belum sempat Sonia memanggil sanjaya. Sonia sudah diikat dan ditarik oleh rambut yang sangat panjang. tangan dan kakinya terikat seperti yesus yang disalib. ia berteriak pada makhluk yang mengikatnya dan menantangnya untuk menunjukan dirinya. dia menunjukan bentuknya. rambutnya yang panjang dan rupanya yang sangat hancur membuat Sonia ketakutan.
Makhluk itu berkata. "Berikan tubuhmu,"
Sonia menolak dengan menggelengkan dan Makhluk itu menjadi wanita yang cantik dengan mata yang penuh kasih sayang tapi hanya setengah badan dan mulai menceritakan ambisinya untuk tetap hidup. Untuk bertemu dengan kekasihnya. Ia hanya ingin mengucapkan selamat tinggal.
Sonia terharu dan ingin membantunya tapi ia mengingat kalau ia sudah dibodohi. "Kau berbohong! Aku tidak percaya dengan ceritamu! lepaskan aku!" Ia berusaha melonggarkan jeratan rambut yang melilitnya kencang. Jeratan itu makin menjerat kencang, Sonia melawannya dengan membaca surat suci.
Setan itu berucap meledek Sonia. "Terlambat aku sudah berada di depan tubuhmu,"
Sonia memaksa membangunkan dirinya. ia sudah merasa bangun tapi matanya tertutup. ia mencoba membuka matanya. dengan segala kekuatan tekatnya untuk bangun ia baru bisa membuka matanya yang disambut ia melihat Setan yang mengikatnya di dalam mimpi tadi. Ia ingin menyalakan lampu. tapi badanya tidak bisa bergerak. Setan itu berseringai melihat mangsanya tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Setan itu bangga.
Sonia dengan terburu-buru melapalkan ayat suci yang diajarkan orang tuanya. ayat yang bisa mengusir makhluk pengganggu itu. Ia membacanya sekali tapi tidak bisa. Ia membacanya lagi. Setan itu tertawa, dan mengatakan kalau ayatnya salah. Sonia hampir terpengaruh dan mulai membaca ayat suci itu dengan perlahan. Setan itu berteriak yang memekikan telinga Sonia. Sonia hampir berhenti melafalkan ayat suci itu tapi ia dengan tidak mempedulikan telinganya bila rusak.
Setan itu pergi dan Sonia berhasil membukan matanya yang sebenarnya. ia menyadari tangannya menjulur keluar dari kasur sehingga menggantung. ia merasakan sesuatu yang lembut di tangannya. Bentuknya bulat seperti bola namun memiliki helaian yang panjang seperti rambut. Ia pun mengangkatnya dan menyadari kalau itu adalah kepala tanpa badan. Ia ingin pergi dari kamar itu tapi badannya tidak bisa bergerak tapi tangannya mengangkat kepala itu. Ia kembali melafalkan ayat suci. Kepala itu tidak sabar dan menggunakan tangan Sonia yang kaku untuk mendekat padanya. Sonia sudah ketakutan dan mengatakan "Tuhan Tolong!" Sebuah pedang membelah kepala itu menjadi dua.
Sonia benar benar berhasil bangun. ia bisa kembali merasakan tubuhnya dan jantungan berdegup sangat kencang dan telinganya kesakitan. Ia duduk di kasurnya sebentar dan kemudian turun dari kasur untuk memeriksa orang-orang dikeluarganya. setelah memeriksa semua keluarganya. Ayah, Ibu, Kakak, dan Adiknya sudah tertidur hanya dia yang masih bangun. Ia berjalan ke arah dapur dan mengambil air dingin untuk diminum.
Ia mengamati kompor gas yang ada di sebelahnya, setelah melihatnya dia tidak peduli dan beranjak pergi. belum juga belum juga tiga langkah, ia mendengar benda jatuh dan bunyi kompor dinyalakan. ia menoleh kebelakang dan dia melihat tangan panggang yang terpanggang di kompor itu. Sonia terkejut dan terjatuh dan melihat kearah tanganya yang penuh darah. Sonia muntah dan mengeluarkan bola mata dari mulut Sonia. Sonia terkejut dan masih berusaha untuk tidak berteriak. Tangan panggang itu membuat kompor menyala semakin besar dan membakar dapur.
Sonia sudah lelah. Sonia sekarang tidak bisa membedakan mana nyata mana mimpi. Apakah dia di teluh. tangan panggang itu keluar dari api dan menumbuhkan bagian tubuhnya yang lain seorang wanita dengan rambut panjang terurai dan dikelilingi api merah. Sonia mendeskripsikan wanita itu kuntilanak tapi ia tidak bisa mengategorikannya ke yang mana. Kuntilanak itu mendekat dan mencengkeram leher Sonia. Sonia berusaha bertahan. Entah mengapa dia berani melawan dan menghancurkan tangan kuntilanak itu. Kuntilanak itu menghilang dan sonia terjatuh. Sonia kali ini benar benar benar terbangun dari tidurnya karena merasakan goncangan yang ternyata dia tertidur di sofa yang menghadap pintu. dan melihat kakaknya berada disampingnya membangunkannya.
"Udah? Besok kalau tidur jangan malang pintu, gak baek. naik ke atas sono. tidur di kamar." kata Kakaknya yang tampaknya baru pulang ke rumah. dan dia malah marah-marah kalau besok harinya akan sial.
Sonia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. ia memeriksa kamarnya. setiap sudut kamarnya. memeriksa posisi dimana dia tadi memegang kepala itu. tidak ada darah di dekat kasurnya. ia pun naik ke kasur dan menarik selimut untuk tidur. Besok pagi ia mau menceritakan pengalaman ketindihannya ini pada teman-temannya.