seperti yang diperintahkan oleh majikanya, mbok darmi dibantu pak saifuo benar-benar mengurus biaya rumah sakit dan obat oranf yang dimaksud aldi, bahkan ketika pria itu keluar dari dan di pindhkan ke ruang rawatpun dia langsung UGD berada di ruang rawat VVIP. bukan ruang rawat kelas tiga dengan beberapa brankar pasien.
awalnya salsha merasa tidak enak, bahkan dia siap mengeluarkan tabungan persiapan pernikahan mereka untuk mengantinya, namun mbok darmi benar-benar kekeuh dan menolak.
"sepertinya ini terlalu berlebihan." ucap salsha saat masuk ruang rawat al.
"kami rasa tidak, supaya cepat pulih juga. lagian ruangan ini bersebelahan dengan pak aldi, jadi lebih mudah untuk dipantau." ucap pak saiful.
"pak aldi?. " tanya salsha
"oh iya majikan kami, ya mungkin kesan pertama terlihat galak. tapi sebenarnya tidak, mewakili beliau juga saya minta maaf. dan kami siap bertanggung jawab penuh sampai saudara Al sembuh." ucap pak saiful.
salsha mengangguk, yah dari awal dia memang tidak terlalu ambil pusing soal pria sombong itu. fokusnya adalah pada kekasihnya.
"Astagfirullah."
teringat sesuatu salsha mengambil ponselnya. dan ada puluhan telfon masuk dan sms dari rekan-rekan kerjanya. hingga di lihatnya bosnya juga menghubunginya.
tanpa fikir panjang salsha menghubungi kembali bosnya itu.
cemas dan khawatir, sudah jam 10 dan dia belum sampai di toko. pasti bosnya marah besar
"ha.. hallo mbak, maaf saya belum sampai ketoko. ada insiden tadi pagi, ini saya dirumah sakit. kalau boleh hari ini mau izin dulu. maaf mbak maaf banget.. " lirih salsha.
Mbak Mel atau Meliana adalah owner dari toko kue tempat salsha bekerja, dia masih muda dan baik. enggan di panggil bos atau majikan, beliau malah lebih suka di panggil Mbak.
"kamu ini temen temen semua pada panik, toko lagi rame tapi kamu gak dateng-dateng. mana gak ngabarin lagi, kenapa di rumah sakit ha?. " meski kesal tapi mbak mel lebih panik karna perkataan salsha yang bilang bahwa dia ada di rumah sakit.
"Al mbak, kecelakaan pas anter aku kerja. belum sadar sekarang." jawab salsha
"yaudah kamu gak usah mikir kerjaan, gapapa kamu izin nungguin dia sampe pulih. mbak izinin, lain kali kasih kabar ya. biar yang lain gak khawatir dan bingung." ucap mbak Mel
setelah mengucapkan terimakasih dan basa basi sedikit akhirnya salsha menyudahi telfon nya.
tok.. tok.. tok..
baru saja salsha memasukn ponselnya ke tasnya, pintu ruang rawat diketuk. dan muncul lah seorang perawat.
"mohon maaf, dengan walinya pak Al?. "
"saya sus. " ucap salsha maju.
"dokter alif ingin bertemu, mari ikut saya."
salsh mengangguk.
"yaudah biar mbok jagain aja dulu kamu temuin dokternya."
salsha baru sadar bahwa diruangan itu masih ada mbok darmi dan pak saiful.
"ah makasih mbok pak, maaf ngerepotin. selesai ketemu dokter nanti salsha langsung balik." ucap salsha. setelah berpamitan, dia bergegas menemui dokter dengan jalan yang di tunjukan suster tadi.
dr. Bastian Sp.Ot
diketuknya pintu dua kali sampai dari dalam terdengar suara yang menyuruh mereka untuk masuk.
seorang pria dengan kemeja yang di gulung sesiku tengah membaca laporan di balik meja kerjanya,
"duduk. " perintahnya.
salsha menurutinya dan duduk di depan dokter bastian.
"oke langsung saja ya, walinya Saudara Al?. " tanyanya
salsha mengangguk mengiyakan.
"kita udah jahit beberapa luka yang perlu dijahit, atau yang memar juga sudah kita tangani. sejauh ini baik baik saja, dan saya sendiri sebagai dokter spesialis bedah ortopedi dan traunatologi sudah mengecek secara keseluruhan kondisi pasien. belum bisa di pastikan tapi yang jelas ini yang saya sebagai dokter khawatirkan adalah tulang ekornya." dokter bastian mulai mengeluarkan hasil X-ray.
"Ketika kita terjatuh dalam posisi terduduk, tulang ekor bisa mengalami retak, bergeser, atau memar. Selain jatuh, benturan keras secara langsung ke tulang ekor, persalinan, dan infeksi juga bisa mencederai tulang ekor. akibat terburuknya adalah kelumpuhan, kebutaan bahkan meninggal dunia. " jelasnya
nafas salsha tertahan pada kalimat akibat terburuknya.
"tapi untuk sementara ini saya lihat baik baik saja, hanya saja anda sebagai walinya perlu mengetahui. jika memang suatu saat dugaan saya benar anda bisa melakukan langkah langkah yang saya anjurkan. "
salsha sudah tidak fokus akan perkataan dokter di depanya. baginya Al hanya pingsan karna kaget. sudah hanya itu, dan tidak mungkin menjadi serius seperti ini.
💜💜💜💜
salsha menutup pelan ruangan dokter bastian, tubuhnya seketika jatuh terdudui dilantai. jika ada kemungkinan terburuk pasti juga ada kemungkinan yang baik kan?
kepalanya sudah cukup pusing memikirkan itu.
sementara di sisi lain, di ruang rawat aldi. pria itu terlihat sibuk menganti bajunya dengan kaos biasa. sementara suster berdiri tidak jauh dari posisinya.
"sus jangan ngintip ya, dosa loh bintitan ntar." pekik aldi.
sisi lain dari aldi yang tidak di ketahui, dirinya terlihat seperti dingin dan acuh. aslinya dia seperti pria pada umumnya. suka modusin cewek, gombalin cewek, ngebaperin tapi gak di pacarin eh.
gak bukan gitu, aldi suka gombalin cewek emang, tapi suster suster tua alias ibu ibu. itu juga suster yang bias nanganin dia, sama kayak mbok darmi gitulah.
"iya saya mah emang cakep sus, tapi gaboleh suka ya ntar saya di bilang pebinor lagi."
"kamu itu ya doyan banget godain suster, buaya emang ya."
aldi nyengir,
"dih ketawa lagi, mau kemana sih. dokter ali bilang musti bed rest tar saya di marahin loh." ucap wanita itu.
"halah gak, tar saya maju kalo di marahin. bentaran doang mau jajan di depan gak ketauan kok. pokoknya jangan bilang ali aja udah." ucap aldi.
selesai menganti bajunya dia mengambil ponsel dan dompetnya lalu keluar dari ruang rawat VVIP itu.
sudh hampir 3 tahun dia bersahabat dengan penyakitnya, jadi ya bosen lah kalo kumat kudu bed rest. mangkanya dia suka nyelonong kabur ke depan rumah sakit. jajan katanya, padahal sih engga. gabut aja di jalan-jalan.
saat melewati lorong barisan ruangan dokter, dari kejauhan dia melihat sosok perempuan yang terduduk di lantai dengan rambut yang menutupi wajahnya.
untung aja gak make baju putih, kalo iya pasti udah di kiranya suster ngesot dah.
baru saja aldi hendak mengabaikanya, namun tertahan saat wanita itu menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya.
iya dia tau siapa wanita itu, bukan namanya namun wajahnya.
kenapa berada di depan ruangan spesialis bedah ortopedi dan traunatologi. kenapa juga wanita itu terlihat frustasi. ada apa? apa ada hal buruk terjadi?.
berbagai pertanyaan berkumpul di kepala aldi,
tapi tak mampu di utarakan, hanya tertahan.
rasa penasaranya semakin tinggi, bahkan saat wanita berdiri dan mulai berjalan menjauh.
aldi berjalan mengikutinya dari belakang.
bruk...
aldi berlari melihat wanita itu jatuh, untungnya jarak mereka tidak terlalu jauh. jadi sebelum kepala wanita itu menghempas lantai dengan tragisnya dia berhasil menangkapnya.