Allegra Beatrice Calesthene meneguk secangkir kopi yang dipesannya sejam lalu. Dia menggenggam cangkir itu erat dengan kedua tangannya, sambil berusaha menghangatkan telapak tangannya. Udara sangatlah dingin saat salju mulai turun. Topi rajutnya menutupi rambutnya yang kuning keemasan.
Seseorang yang ditunggunya akhirnya tiba. Menepuk pundak Allegra pelan dari belakang. "Hei!" Allegra menarik nafas lega. "Maaf, jalanan sulit ditembus. Salju menutup jalan." Allegra mengerti maksudnya.
"Tak masalah, silahkan duduk." Ucap Allegra. Allegra mengeluarkan laptopnya dari tas, lalu segera menunjukkan layarnya pada orang itu. "Aku sudah menyelesaikan skrip nya. Coba baca saja."
Allegra meneguk kopi nya sambil menunggu orang itu membaca hasil tulisannya di laptop. "Ini bagus sekali, Alle! Kau hebat! Kau jenius!" Allegra tersenyum simpul mendengar pujian itu. "Tapi aku harus menyiapkan skrip itu lebih panjang. Mereka membutuhkan naskah yang panjang, tetapi otentik dan berbeda dari yang lain." Jelas Allegra panjang lebar.
"Bagaimana jika ada sedikit sentuhan kisah cinta di dalamnya? Kau tahu, orang-orang selalu menunggu kisah-kisah cinta yang berbeda. Maksud ku, kisah cinta itu mungkin rumit, tapi bisa saja sama dengan yang lain." Allegra mengangguk tanda mengerti.
"Aku akan pinjamkan beberapa buku roman sebagai referensi mu." Tambahnya lagi. Allegra tersenyum mendengarnya. "Kau sangat baik. Aku sudah merepotkan mu." Balas Allegra.
"Jadi, kapan kau ingin mengambilnya?" Tanyanya pada Allegra.
"Mungkin secepatnya."
***
"Aku mencintai, Ibu. Selamat malam." Allegra menyudahi teleponnya dan kembali menggigit roti lapis ditangannya. Malam ini dia harus lembur lagi. Jika tidak, Allegra akan kehilangan kesempatan itu.
"Alle, bisa matikan tv sebentar?" Teriak Lori. "Baiklah!"Balas Allegra. Allegra menekan tombol off.
"Aku harus berkemas, sebentar lagi dia menjemput ku." Lori keluar dari kamar sambil memegangi anting ditangannya.
"Yang mana?" Tunjuk Lori. Allegra menunjuk yang sebelah kanan.
"Kau ingin pergi? Di malam badai salju seperti ini?" Allegra bertanya dengan cemas.
"Tenang saja, aku hanya pergi sebentar. Jangan khawatir." Allegra tak menjawab.
"Bagaimana kompetisinya? Apa sudah dimulai?" Lori bertanya. Allegra mengerti maksud Lori. "Akhir musim dingin." Jawab Allegra pendek.
Lalu suara klakson mobil terdengar dari luar.
"Dia sudah datang. Aku harus pergi. Bye, aku mencintai mu!" Lori mengecup pipi Allegra sebelum membuka pintu dan keluar. Allegra menarik sedikit gorden, mengintip dari dalam kepergian Lori. Setelah mobil itu berlalu, Allegra menutup gorden itu lagi.
Allegra menyalakan tv itu lagi dan duduk bersila di sofa. Api unggun menjadi penghangat di badai salju seperti ini. Allegra merindukan Ibu nya.