Clara memasuki kamar, dan pergi menuju kamar mandi. Dia membasuh wajahnya.
Clara teringat berita tentang Bram dan Anita di media tadi. Dia menepuk pipinya, berharap apa yang dia lihat hanyalah mimpi.
"Wake up, Clara! Please!"
Plak!
Clara menampar pipinya cukup keras. Dia terdiam sejenak. Ternyata dia tak bermimpi.
Clara menatap dirinya di cermin kamar mandi, dia terkekeh. Dia membuka kemejanya dan mengganti pakaiannya. Setelah itu dia merebahkan tubuhnya, memandang langit-langit kamar mewahnya sejenak sebelum akhirnya terlelap. Seharian ini dia merasa lelah.
***
Keesokan harinya.
Clara terbangun dari tidurnya. Dia melihat ke arah jendela, di mana terlihat dari balik gorden langit sudah tampak cerah. Clara mendengar ada suara berisik di luar. Dia pun beranjak dari tempat tidur dan mengecek suara apa itu?
Clara membuka pintu kamar, berjalan keluar perlahan dan terkejut melihat seorang pria memakai celana pendek dan kaos oblong berlengan pendek tengah berdiri di dapur.
"Siapa kamu?" teriak Clara.
Pria itu terkejut dan segera berbalik melihat Clara sekilas.
Pria itu menunduk hormat, sambil masih mengatur jantungnya yang berdegup kencang akibat teriakan Clara.
Clara mengerutkan dahinya. Rasanya dia pernah melihat pria itu, tapi di mana? Dan lagi pula, mengapa ada seorang pria asing di apartemennya?
Clara teringat, kemarin ada bodyguard yang ditugaskan oleh Bram untuk menemaninya kemana pun dia pergi.
"Apa kamu Dante?" tanya Clara.
"Benar, Nona. Maafkan Saya, jika Saya membuat Nona terkejut," ucap Dante dengan tatapan tak mengarah pada Clara. Dante harus selalu menjaga matanya agar tak sampai menatap Clara, itulah perintah Bram. Karena apartemen itu di fasilitasi dengan cctv yang kapanpun Bram dapat melihat semua kejadian di apartemen itu. Hanya saja, jika Clara pergi keluar Bram takan tahu kegiatan Clara, karena itu dia memilih Dante untuk menjadi bodyguardnya.
Clara sedikit lega, dia tak mengenal Dante karena seharian kemarin yang Clara lihat Dante selalu memakai kacamata hitamnya dan stelan formal. Pagi ini Dante tampak memakai pakaian santai.
"Kamu sedang apa di sini?" tanya Clara.
"Saya sedang membuat sarapan. Saya pikir, Nona terlalu lelah, karena itu Saya membuatkan sarapan," ucap Dante.
Clara mendekati Dante dan Dante beralih berdiri di belakang Clara.
Clara melihat di meja makan sudah ada segelas susu, dan roti panggang dengan selai srikaya kesukaan Clara.
"Bagaimana kamu tahu kesukaanku?" tanya Clara.
"Tuan Bram yang memberitahu," ucap Dante.
Clara mengerutkan dahinya. Selama ini Clara berpikir Bram tak pernah memperhatikannya ketika sarapan, nyatanya Bram diam-diam memperhatikannya.
Clara memakan sarapannya tanpa mengatakan apapun. Sedangkan Dante pamit untuk bersiap memakai stelan bodyguardnya.
Selesai sarapan, Clara pergi ke kamarnya. Terdengar dering panggilan masuk dan Clara bergegas mengambil ponselnya. Ada panggilan dari nomor tak dikenal.
"Halo," sapa Clara.
"Halo, selamat pagi. Apa ini dengan Nona Clara Wibisono? Seorang Designer?" tanya seorang wanita dari dalam telepon.
"Ya, betul. Ada yang bisa Saya bantu?" tanya Clara.
"Saya Siska, atasan Saya menginginkan bertemu dengan Anda. Dia akan membicarakan tentang kebaya pernikahannya," ucap Siska.
"Oh, begitu. Kapan itu?" tanya Clara.
"Siang ini, jam makan siang, di Hotel Almira," ucap Siska.
"Baik, Saya akan ke sana," ucap Clara.
"Terimakasih untuk waktunya, selamat pagi," ucap Siska.
"Terimakasih kembali," ucap Clara dan panggilan terputus.
Clara melihat jam di ponselnya, waktu masih menunjukan pukul delapan pagi.
"Aku terlambat bangun," ucap Clara.
Clara melihat cermin riasnya yang sudah raib karena dihancurkan oleh Bram.
"Dia benar-benar membuatku kesulitan!" kesal Clara meingat apa yang dilakukan Bram.
Clara masuk ke kamar mandi, dia membersihkan tubuhnya dan bersiap ke Butik.
Selesai bersiap, Clara keluar dari kamar. Kali ini, dia memilih outfit formal karena akan bertemu dengan calon client barunya. Dia melihat Dante sudah siap dan rapi tengah berdiri di ruang tamu.
"Kita pergi ke Butik!" ucap Clara.
Dante mengangguk dan mengikuti Clara keluar dari apartemen.
***
Sesampainya di Butik, Dante hanya membukakan pintu untuk Clara. Dia teringat saat kemarin Clara mengatakan bahwa Clara di sana untuk bekerja, karena itu dia tak lagi mengikuti Clara hingga memasuki Butiknya.
Di sisi lain, di salah satu Hotel.
Bram tampak santai menyesap kopi hangatnya sambil melihat layar laptopnya. Dia melihat apa yang Clara lakukan di kamarnya hingga Clara keluar dari apartemen. Tanpa Clara tahu, Bram menyimpan cctv di kamar Clara. Karena itu, Bram mengetahui semua kegiatan Clara di dalam kamarnya. Bram juga tak ingin Clara menyembunyikan apapun darinya. Seseorang, akan menyimpan segala sesuatu privasinya di dalam kamarnya. Entah itu kebahagiaan atau kesedihannya.
"Morning," sapa seorang wanita dan sontak membuat Bram menutup laptopnya dengan segera.
"Hm ... Morning," sahut Bram dan melihat Anita berjalan menghampirinya. Anita memakai bathroobs dan duduk di pangkuan Bram. Dia melingkarkan tangannya di tengkuk Bram dan tersenyum menatap Bram. Bram tersenyum dan menyibak rambut basah Anita ke belakang. Ditatapnya mata indah Anita.
"Bagaimana tidurmu?" tanya Bram.
"Menyenangkan. Apalagi dengan ditemanimu semalam," ucap Anita tersenyum.
Bram tersenyum.
"Bram!" Anita menatap Bram dengan serius.
"Hm ..."
"Aku tak sabar untuk melakukannya denganmu," ucap Anita.
Bram terkekeh. Dia menyentuh bibir Anita dan mengecupnya sekilas.
"Akan ada saatnya," ucap Bram.
Anita mengerucutkan bibirnya.
"Oh, ya. Bagaimana? Kamu sudah menemukan Designernya?" tanya Bram.
"Sudah. Siang ini, aku akan bertemu dengannya. Asistenku sudah menghubunginya," ucap Anita.
"Baguslah," ucap Bram.
"Kamu ikut, kan?" tanya Anita.
"Lihat nanti," ucap Bram.
"Bram ... Please. Aku tak mau sendirian," ucap Anita memeluk Bram manja.
"Ya, baiklah," ucap Bram.
Anita tersenyum senang. Dia nengecup pipi Bram dan turun dari pangkuan Bram.
Bram melihat Anita yang membuka bathroobsnya di depan dirinya. Terlihat tubuh mulus dan seksi Anita yang hanya memakai dalaman. Entah mengapa Bram melihat sosok Clara dalam diri Anita. Bram menggeram dan bergegas menghampiri Anita. Dia mendorong tubuh Anita hingga terhempas ke atas tempat tidur dan menindih tubuh Anita.
Tanpa ampun Bram mencecap bibir Anita. Cukup lama, hingga ciuman itu turun ke leher Anita dan meninggalkan tanda merah di sana. Bram membuka kain penutup dada Anita dan meremas dada Anita dengan kuat.
"Auw ... Bram!" Anita memekik, membuat Bram tersadar seketika. Dia terkejut melihat wajah Anita ada di hadapannya.
Bram terperanjat dan mengusap wajahnya.
"Maaf," ucap Bram.
Anita menatap Bram, dia merasa kecewa karena Bram menghentikan kegiatannya ketika dirinya sudah mulai memanas. Bram pergi ke kamar mandi, dia merutuki kebodohannya karena terus memikirkan Clara dan sampai menganggap Anita adalah Clara.
***
Jam makan siang.
Clara memasuki sebuah Hotel, dia pergi menuju ruang pertemuan yang sudah disiapkan oleh calon client barunya. Clara duduk dan tak lama Siska masuk menanyakan padanya minuman apa yang diinginkannya.
Clara meminta kopi hangat, setelah itu Siska pergi.
Beberapa saat menunggu masuklah seorang wanita dengan pakaian yang cukup seksi ke dalam ruang pertemuan itu.
"Mohon maaf, sudah menunggu!" ucap wanita itu.
Clara melihat wanita itu, keduanya sontak terkejut ketika melihat satu sama lain.
"Kamu!" ucap keduanya saling menunjuk.
"What? Jadi, kamu Clara Wibisono seorang designer itu?" ucap Anita tak percaya.
Dia hanya tahu nama Clara, tetapi tak mengenal wajah Clara seorang designer. Dia sibuk di dunia modelingnya, karena itu apapun yang dia inginkan akan dilakukan oleh asisten pribadinya.
"Jadi, kamu yang akan membicarakan tentang kebaya pernikahan?" tanya Clara.
Anita mengangguk. Anita duduk berhadapan dengan Clara.
"Bukankah kamu asisten Bram? Lalu bagaimana bisa Designer itu kamu?" tanya Anita masih merasa bingung.
Clara mengembuskan napas perlahan, dia tak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan yang dilontarkan Anita.
"Aku rasa, itu masalah pribadi. Jadi, tak baik membicarakannya di jam kerja. Aku ke sini untuk bekerja," ucap Clara.
Anita terdiam dan tak lama masuklah Siska. Dia meletakan kopi untuk Clara dan Anita. Setelah itu Siska keluar dari ruangan itu.
"Maaf, Saya terlambat!" ucap seorang pria yang tiba-tiba saja masuk ke ruangan itu.
Clara terkejut melihat Bram. Jantungnya berdegup kencang. Apa benar, berita tentang Bram dan Anita yang semalam dia lihat di televisi?
Semalam, saat tengah berada di mini bar, Clara melihat berita tentang Anita dan Bram yang dilansir akan segera menikah. Namun, Clara masih tak percaya dengan hal itu. Kini dia melihat sendiri Anita datang bersama Bram, membuat Clara yakin bahwa Bram dan Anita memang akan segera menikah.
Anita menyibak rambutnya ke belakang, dan Clara tak sengaja melihat tanda merah di leher Anita. Clara menelan air liurnya. Dia melihat ke arah Bram terus saja menatapnya dengan tatapan yang sulit dia mengerti.