Bram masih saja tak bergeming meski Clara terus saja mengguncang tubuhnya.
"Apa aku salah dengar? Tapi, jelas sekali dia mengatakan merindukanku," gumam Clara.
Clara menatap wajah Bram, Bram begitu pulas. Bram tampak begitu polos, dia tak seperti Bram saat bangun yang selalu membuat Clara kesal.
Clara beranjak dari tempat tidur. Dia mengikat rambutnya dan bergegas mandi. Clara tak ada pekerjaan apapun hari ini, dia sudah sibuk sebulan kemarin mengerjakan gaun milik Liora. Karena itu, dia ingin bersantai hari ini.
Selesai mandi, Clara pergi menuju dapur setelah memakai pakaian jogging-nya.
Dia membuat segelas susu untuknya sendiri. Tak ada kopi ataupun sarapan untuk Bram, Clara tak membuatkannya. Dia masih kesal pada Bram karena masalah tadi malam.
Selesai meminum susunya, Clara keluar dari apartemen. Tak lupa Clara membawa ponselnya, berjaga-jaga jika seseorang menghubunginya untuk hal penting.
Clara pergi menuju taman yang masih berada di area apartemen. Taman itu cukup luas, banyak orang juga di sana.
Ah ya, tentu saja. Itu karena hari ini adalah hari libur.
Clara berlari kecil menyusuri taman. Tubuhnya mulai berkeringat karena dia memakai hoodie.
Setelah di rasa cukup, dan matahari mulai naik. Clara memilih berjalan santai berniat akan kembali ke apartemen. Namun, ponselnya berdering dan terlihat nama Bram di sana.
"Ya, halo,"
"Belikan roti dan ham di Supermarket depan," ucap Bram.
Belum sempat Clara bicara, Bram sudah lebih dulu mematikan telepon itu.
Clara menghela napas dan pergi menuju supermarket yang memang buka 24 jam dan adanya di sebrang jalan depan apartemennya.
****
Clara memasuki Supermarket dan membeli apa yang Bram minta. Dia membayarnya menggunakan ponselnya. Di sana terdapat sebuah aplikasi pembayaran yang mana dapat membayar apa saja. Dengan begitu, cukup berguna ketika Clara sedang tak membawa uang cash ataupun debit card.
Selesai membayarnya, Clara pun kembali ke apartemen.
Sesampainya di apartemen.
Clara pergi ke dapur, dan melihat Bram tengah duduk di meja makan. Sudah ada segelas kopi di meja. Rupanya Bram sudah membuatnya sendiri.
Tanpa mengatakan apapun, Clara meletakan belanjaannya di atas meja di mana di sana menyatu kompor elektrik yang biasa dia pakai memasak.
"Terimakasih," ucap Bram mengambil bungkusan ham itu dan membukanya.
"Apa?" Clara agak terkejut, untuk pertama kalinya Clara mendengar Bram berterimakasih atas apa yang dia lakukan.
"Terimakasih sudah membelikannya untukku. Duduklah, aku akan buatkan sarapan," ucap Bram.
Seperti terhipnotis, Clara duduk di kursi makan. Matanya tak lepas memperhatikan Bram yang mulai memakai apron-nya. Bram pun mulai memanggang ham yang Clara beli tadi. Dia juga memasukan empat potong roti ke dalam alat pemanggang roti.
Clara terus saja memperhatikan Bram, hingga dia sedikit tersentak saat Bram meletakan dua piring sarapan yang sudah Bram buat tadi di atas meja makan.
"Makanlah," ucap Bram. Bram menarik kursi dan duduk di kursi utama. Di mana biasanya ada kursi khusus untuk kepala keluarga, dan Clara berada tak jauh dari kursinya.
"Apa ini aman?" tanya Clara.
Bram tersenyum tipis.
"Sungguh ide bagus, memasukan racun di hadapan targetnya," ucap Bram.
Clara ikut tersenyum melihat Bram tersenyum. Sudah lama sekali Clara tak melihat senyuman tulus dari Bram. Entah kapan terakhir, Clara bahkan tak mengingatnya.
Bram mungkin sesekali tersenyum padanya, tapi senyuman itu bukanlah senyuman seperti saat ini. Biasanya, senyuman Bram membuat Clara bergidik ngeri saat melihatnya.
"Aku akan memakannya. Tapi, jika aku mati, maka kamu yang pertama kali aku hantui," ucap Clara.
Bram terkekeh.
"Sepertinya menyenangkan, didatangi hantu cantik sepertimu," ucap Bram.
Bram mulai memakan sarapannya.
Tanpa Bram sadari, wajah Clara memerah mendengar ucapan Bram.
"Ada apa dengannya?" batin Clara.
Bram bersikap seolah semalam tak terjadi apapun.
'Apa dia sedang bahagia? Tapi kenapa? Apa karena perempuan tadi malam? Tapi, mereka semalam berbuat apa saja? Apa mereka--' pikiran Clara menjadi tak karuan. Dia segera menepis pikiran buruknya saat membayangkan Bram melakukan sesuatu yang tidak-tidak dengan wanita itu.
'Untuk apa aku pikirkan? Lagipula, semalam Bram tidur di sini,' gumam Clara.
"Apa?" Bram mendengar gumaman Clara, hanya saja tak begitu jelas.
"Tidak, bukan apa-apa," ucap Clara.
Clara dan Bram melanjutkan sarapannya.
*****
Selesai sarapan, Clara menyimpan piring kotor dan langsung mencucinya. Di apartemen itu, Clara memang tak memiliki asisten rumah tangga khusus yang tinggal di apartemennya. Dia hanya memakai jasa dari yang sudah disediakan pihak apartemen untuk membersihkan apartemennya.
"Clar!"
"Hm ..."
Clara tak melihat Bram, dia masih mencuci piring dan gelas kotor.
"Apa hari ini kamu sibuk?" tanya Bram.
"Tidak," jawab Clara.
"Hm ... Apa kamu mau pergi keluar?" tanya Bram.
Clara berbalik melihat Bram.
"Tidak, aku tidak ada urusan di luar," ucap Clara.
"Maukah pergi denganku? Aku ingin mengajakmu jalan-jalan," ucap Bram.
"Apa?" Clara tampak syok.
Selama Clara mengenal Bram, sejak awal bahkan hingga kemarin, Bram tak pernah mengajaknya pergi keluar. Clara pun tak mempermasalahkan-nya. Dia cukup sadar akan batasannya, sejak awal keduanya pun sudah sepakat untuk merahasiakan hubungan keduanya.
"Ada acara apa? Tumben sekali," ucap Clara.
"Tak ada, hanya ingin keluar saja. Aku bosan jika pergi sendirian. Setidaknya, aku ada teman bicara," ucap Bram.
Clara berpikir sejenak.
"Memangnya mau mengajakku kemana?" tanya Clara.
"Apa aku harus memberitahumu?" tanya Bram.
"Tentu saja. Bagaimana jika kamu membawaku ke jurang, dan melemparku ke dasarnya?" ucap Clara.
Bram terkekeh. Sungguh jauh sekali pikiran Clara.
"Apa aku sejahat itu? Apa kamu tak percaya padaku?" tanya Bram.
"Hm ..."
Clara tak mengerti dengan sikap Bram. Tetapi tak ada salahnya juga jika dia ikut dengan Bram. Dia sendiri belum ada acara keluar hari ini, dan mungkin akan merasa bosan jika tak melakukan apapun.
"Baiklah, aku akan pergi denganmu. Jam berapa kita pergi? Agar aku memiliki waktu untuk bersiap," ucap Clara.
Bram melihat jam.
"Satu jam lagi kita pergi," ucap Bram.
"Apa? Mepet sekali," ucap Clara.
Begitulah Perempuan, akan membutuhkan waktu lebih untuk mempersiapkan diri ketika akan pergi.
"Baiklah, satu setengah jam lagi kita akan pergi. Apa cukup untukmu bersiap?"
"Ya, baiklah. Aku akan bersiap dari sekarang," ucap Clara dan bergegas ke kamarnya.
Clara mandi kembali, tubuhnya cukup berkeringat tadi.
Selesai mandi, Clara keluar dari kamar mandi dan melihat Bram sudah mandi. Sepertinya Bram mandi di kamar mandi lain di apartemen itu. Bram tampak tampan dengan kemeja putih semi formal.
Bram kini tengah melipat bagian lengan kemeja kirinya hingga sebatas siku. Bram juga memakai celana jeans dan terlihat berbeda sekali dengan saat berpakaian formal seperti biasanya akan ke Kantor. Bram terlihat lebih tampan.
"Clar! Apa kamu bisa membantuku?" tanya Bram.
"Apa?" tanya Clara.
"Tolong lipatkan lengan kemeja kananku. Aku kesulitan," ucap Bram.
Clara mendekati Bram dan membantu melipat lengan kemeja kiri Bram.
Bram diam-diam memperhatikan Clara. Entah mengapa, Bram merasa bahagia melihat pemandangan seperti itu. Di mana Clara terlihat layaknya seorang istri yang tengah melayani suaminya.
Setelah itu, Clara bersiap dan mereka pun pergi dari apartemen.
Beberapa saat berlalu.
Clara dan Bram sampai di Ancol. Clara terlihat bingung karena Bram mengajaknya ke sana.
"Bram!" Clara menahan tangan Bram, saat Bram akan turun dari mobil.
"Ya, ada apa?" tanya Bram.
"Untuk apa kita ke sini? Jangan bilang, kamu akan mengajakku naik gondola," ucap Clara.
Bram terkekeh mendengar Clara bicara seperti itu.
"Turun saja, nanti kamu akan tahu untuk apa kita ke sini," ucap Bram.
Clara masih bingung, tetapi dia memilih turun mengikuti Bram.