Clara dan Bram berdiri disebuah Dermaga kecil. Tak lama sebuah kapal kecil datang dan Bram mengulurkan tangannya, meminta Clara ikut naik bersamanya ke kapal. Clara pun menyambut tangan Bram dan naik ke kapal.
"Bram, sebetulnya kita akan ke mana? Jangan membuatku penasaran," ucap Clara masih bingung.
"Ke Pulau seribu, di sana ada sebuah Villa milikku. Aku akan mengajakmu ke sana," ucap Bram tersenyum.
Clara terdiam. Clara baru tahu bahwa Bram memiliki Villa di Pulau Seribu. Selama ini Bram tak pernah memberitahu Clara apa saja yang dimilikinya, dan Clara pun tak mau tahu. Tak perlu mencari tahu pun Clara sudah tahu Bram memiliki kekayaan fantastis.
****
Waktu berlalu, kapal itu sampai di Pulau Seribu. Lagi-lagi Bram mengulurkan tangannya menuntun Clara turun dari kapal.
Mereka berjalan menuju Villa. Tak jauh dari berhentinya kapal, sekitar lima belas menit mereka berjalan hingga mereka sampai di sebuah Villa cukup besar. Di sekitar Villa di penuhi pepohonan besar, hijau, nan rindang.
Clara melihat sekeliling, indah sekali pemandangannya. Seketika dia tersenyum, tumben sekali Bram manis padanya. Bahkan mau mengajaknya berlibur. Ya, anggap saja mereka tengah berlibur karena memang itu hari libur.
Clara mengikuti Bram yang masuk lebih dulu ke Villa. Begitu memasuki Villa, ternyata ruang di dalamnya lebih besar lagi. Bahkan Clara yakin Villa itu lebih besar dari yang dia beli belum lama ini.
"Hai, Bram! Kamu sudah datang?"
Seorang wanita yang hanya memakai bathroobs tiba-tiba saja muncul dari belakang di luar Villa, wanita itu adalah wanita yang sama yang bersama Bram saat di pernikahan Liora.
Clara menjadi bingung, untuk apa wanita itu ada di sana?
"Lho ... Dia kan yang waktu itu ada di hotel. Untuk apa dia ke sini? Siapa dia sebenarnya?" tanya wanita itu.
"Oh, perkanalkan dulu. Dia asistenku," ucap Bram.
Clara membulatkan matanya terkejut. Kenapa Bram mengatakan dia asistennya Bram?
"Oh, ya? Kamu bilang, semalam dia bukan siapa-siapa mu," ucap wanita itu.
"Ya memang bukan siapa-siapaku. Dia hanyalah seorang asisten. Tak lebih," ucap Bram.
Clara menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Bram benar-benar keterlaluan karena berani mempermainkannya.
Jadi inilah alasan Bram membawanya ikut bersaman ke Villa, untuk melihat dia bersama wanita itu?
Wanita itu mendekati Clara dan tersenyum pada Clara.
"Aku Anita, kamu pasti tahu aku," ucap Anita.
"Hm ... Aku tak tahu, dan tak mau tahu," ucap Clara.
Anita mengerutkan dahinya. Dia melihat Bram yang diam saja melihat kedua wanita di hadapannya.
"Asisten macam apa yang kamu pilih, Bram? Dia bahkan bicara tak sopan," ucap Anita.
"Jadi, kamu ingin aku bagaimana?" tanya Bram.
"Berikan pelajaran. Mulutnya tak pernah di sekolahkan aku rasa," ucap Anita.
Bram tersenyum tipis dan mendekati Anita. Bram merangkul pinggang Anita.
"Sesuai keinginanmu. Aku akan menghukumnya," ucap Bram menatap Clara sambil menyunggingkan seringai menyeramkan.
Clara mengalihkan pandangannya dan pergi ke dapur. Dia mengambil air dan meminumnya hingga tak tersisa di gelas.
"Hei! Kenapa tak sopan sekali? Majikanmu belum minum, tapi kamu sudah minum lebih dulu!" teriak Anita.
Clara meremas gelas ditangannya.
Tak!
Clara menyimpan gelas itu begitu keras di atas meja.
"Clara!" Bram membentak Clara, membuat Clara terkejut.
"Jaga sikapmu! Aku membayarmu untuk melayaniku! Benar kata Anita, Tuanmu saja belum minum, tetapi kamu sudah minum lebih dulu. Benar-benar lancang!" bentak Bram.
Clara mengepalkan tangannya, matanya memerah. Ingin sekali rasanya menangis di perlakukan seperti itu. Tidak, dia bukanlah asisten Bram. Bram tak berhak memperlakukannya seperti itu, apalagi sampai membentaknya. Clara menahan tangisnya, sebisa mungkin dia tak boleh menangis di hadapan Bram dan Anita.
Clara menghampiri Bram dan Anita.
"Maaf, Tuan," ucap Clara.
Bram menghela napas, dia menatap wajah Clara yang terlihat sedih.
"Lain kali jangan diulangi. Buatkan aku dan Anita minuman, bawa ke dekat kolam. Kami akan ke sana," ucap Bram.
"Maaf, aku asisten pribadi Tuan. Bukan pembantu Tuan," ucap Clara dengan nada sedikit penekanan. Ingin rasanya dia memukul wajah Bram saat itu juga.
"Tapi di sini tak ada pembantu. Dan kamulah yang menggantikan tugas pembantu," ucap Bram dan pergi bersama Anita menuju kolam renang.
Clara menghentakan kakinya dan pergi menuju dapur.
Sakit sekali rasanya diperlakukan seperti itu oleh Bram. Kenapa nasibnya sial sekali hari itu.
Clara membawa minuman yang sudah dibuatnya dan meletakan di atas meja.
"Clara! Ambilkan juga makanan ringan, aku akan berenang bersama Anita," ucap Bram.
"Astaga! Kesialan apa lagi ini? Bram, awas saja!" batin Clara.
Clara kembali ke dapur dan mencari makanan ringan. Hanya ada cake di dalam lemari es. Dia memotongnya dan menatanya di piring. Kemudian membawanya menuju kolam renang.
Anita melihat piring cake itu, dia menghela napas.
"Apa kamu tak mengerti? minuman ini sudah manis, bagaimana mungkin aku memakan cake yang manis juga?" ucap Anita.
Bram menghela napas dan melihat Clara.
"Ambilkan yang lain," ucap Bram.
Clara mengepalkan tangannya, Bram benar-benar membuatnya kesal.
Clara kembali ke dapur, dia mencari camilan yang lebih ringan. Ada keripik kentang ternyata di dalam lemari. Bahkan banyak sekali makanan ringan lainnya. Sepertinya Bram sengaja menyiapkannya.
Tetapi tunggu! Makanan ringan itu adalah makanan ringan kesukaan Clara semua, dan Clara tahu Bram tak suka makanan ringan seperti itu. Apa Anita menyukai makanan ringan yang sama seperti dirinya? Pikir Clara.
Clara membawa makanan ringan itu dan meletakannya di atas meja. Anita tersenyum dan meminta Clara pergi meninggalkannya bersama Bram.
Clara menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan. Dia kembali ke dapur dan melihat ke luar kolam renang di mana Anita mulai membuka bathroobs-nya. Kini Anita hanya memakai pakaian renang layaknya bikini, begitu seksi.
Clara melihat tubuh Anita yang benar-benar sempurna sebagai wanita. Ya, tentu saja. Jika Anita tak memiliki tubuh sesempurna itu, dia takan menjadi seorang model. Dada Anita pun terlihat lebih besar dari miliknya.
Clara melihat dadanya sendiri, dia memegang dadanya.
'Punyaku mungkin lebih kecil, tetapi aku tak kalah seksi darinya. Bram bahkan selalu tak tahan saat melihatku. Dia akan mengerang keras ketika berada di atasku,' gumam Clara.
Clara pergi dari dapur. Rasanya tak tahan melihat Bram yang hanya memakai pakaian dalam pria tengah bersama Anita yang hanya memakai pakaian renang seseksi itu.
Clara pergi menuju lantai atas, dia masuk ke salah satu kamar, dia pergi menuju jendela dan menyeret gorden. Terlihatlah pemandangan luar.
Pandangan Clara beralih menuju lantai bawah, di mana dia bisa melihat ke arah kolam renang.
Jantung Clara berdetak tak karuan melihat pemandangan di kolam renang. Di mana Bram tengah berada di dalam kolam renang, dan Anita duduk di tepi kolam renang. Kaki Anita melingkar di pinggang Bram, dan Bram memegang pinggang Anita. Posisi yang begitu intim bagi sepasang wanita dan pria. Dan Clara yakin, di antara Bram dan Anita memanglah ada sesuatu yang spesial.