Bram masih memperhatikan langkah Gerry yang benar saja menghampiri Clara dan menjabat tangan Clara. Bram tampak syok saat melihat Gerry dan Clara saling menempelkan pipi kanan dan kiri keduanya.
Bram mengepalkan tangannya dan memanggil pelayan.
"Satu botol lagi!" ucap Bram memesan kembali minuman yang sebelumnya dia pesan. Dia mengurungkan niatnya untuk pergi dari klub tersebut dan memilih tetap memperhatikan Clara bersama Gerry.
Bram tampak semakin geram melihat keakraban Gerry dan Clara.
Begitu pesanan minumannya datang, Bram pun langsung menuangkannya di gelas dan meminumnya dengan pandangan tak lepas dari Clara dan Gerry.
Kenapa dia tampak tertawa lepas bersama pria lain, sementara denganku tidak begitu? batin Bram.
Bram merasa bingung, Clara bisa terlihat tertawa lepas bersama pria lain, sementara saat bersamanya Clara tak pernah tertawa seperti itu.
Bram mengepalkan tangannya. Entah mengapa dia semakin tak tahan melihat kedekatan Clara dengan Gerry dan memutuskan untuk pergi dari klub itu setelah membayar minuman yang dia pesan tadi.
Bram kembali ke apartemennya. Dia mengambil minuman dan menenggaknya.
Dadanya bergemuruh mengingat kejadian di klub tadi. Dia kesal, marah, tetapi tak mengerti kenapa perasaannya bisa sampai sejauh itu.
Bram melihat jam tangan miliknya, waktu terasa begitu lama. Dia tahu Clara akan pulang saat tengah malam dari klub dan Bram tak sabar menunggu kedatangan Clara. Dia tak sabar ingin memberikan pelajaran pada Clara karena sudah berani bermain-main di belakangnya.
Bram pergi ke kamar dan membuka pakaian kantornya yang belum sempat dia ganti sebelumnya. Dia hanya memakai kaos dalam dan celana pendek saja. Dia pun pergi menuju tempat gym dan menghabiskan waktu di sana. Dia ingin melampiaskan kekesalannya.
Hingga tak terasa waktupun berlalu tanpa Bram sadari, dan Bram masih tak berhenti dari kegiatannya. Tubuhnya bahkan sudah berkeringat deras. Bram menghentikan kegiatannya saat mendengar suara Clara yang terdengar tengah berbicara dengan seseorang. Bram pun menghentikan kegiatannya dan melihat Clara tengah tertawa sambil mendekatkan ponselnya ke telinganya.
Ya sudah, ini sudah malam. Aku akan beristirahat, ucap Clara masih bicara di telepon.
Oke, see you, ucap Clara dan mematikan telepon tersebut.
"Ya ampun!" Clara terkejut saat berbalik dan melihat Bram tepat di hadapannya.
"Kamu mengagetkanku!" ucap Clara sambil mengusap dadanya.
Plak!
Clara terhenyak saat tiba-tiba tangan Bram memukul tak terlalu keras bahu mungilnya. Dia tak mengerti mengapa Bram tiba-tiba saja memukulnya.
"Istirahatlah, kamu pasti lelah," ucap Bram. Tak lupa senyuman manis tetapi menyiratkan sebuah arti tak mengenakan tersungging dari bibir Bram. Clara menyadari ada hal yang Bram sembunyikan darinya. Namun, entah itu apa?
"I-itu--" Clara terdiam kala Bram menempelkan jari telunjuknya tepat di bibir Clara.
"Aku berkeringat. Tolong, lap tubuhku dengan handuk!" Bram memberikan sebuah handuk kecil pada Clara dan membuka pakaian yang dia kenakan. Sehingga kini Bram sudah tampak bertelanjang dada.
"Em ... Apa harus di sini?" tanya Clara.
Clara terdiam kala Bram menuntun tangannya menuju kamar. Bram pun duduk di atas sofa, dan membiarkan Clara me-lap keringat di tubuhnya. Posisi Bram membelakangi Clara, dan dimulai dari punggung Bram. Clara menelan air liurnya saat mencium aroma parfum bercampur keringat Bram yang entah mengapa membuat tubuhnya seketika terasa panas.
"Berbalik!" pinta Clara. Bram pun berbalik dan berhadapan dengan Clara.
Lagi-lagi Clara menelan air liurnya saat me-lap dada bidang Bram serta perut sixpack Bram. Clara benar-benar merasa gila. Bahkan sebelumnya dia tak merasa sebegitu-nya. Sedangkan sang empunya hanya diam tanpa ekspresi dengan tatapan yang Clara sendiri tak bisa mengartikannya.
Clara pun menjadi canggung terus saja ditatap seperti itu. Dia pun menghentikan kegiatannya dan bangun dari duduknya.
"Sudah selesai. Kamu mandi saja di kamar mandi ini, aku akan mandi di kamar mandi tamu," ucap Clara.
Bram menahan tangan Clara, sehingga Clara pun menghentikan langkahnya.
"Kenapa kamu canggung seperti itu?" tanya Bram.
"A-apa? Siapa yang canggung?" tanya Clara. Ditanya seperti itu, Clara semakin tak nyaman. Bram benar-benar bisa melihat apa yang dia rasakan.
"Hei!" Clara memekik saat Bram tiba-tiba saja mengangkat tubuhnya menuju kamar mandi. Clara pun terkejut saat Bram menyalakan shower tiba-tiba. Sehingga Clara merasa kedinginan. Pasalnya, Clara biasa mandi malam menggunakan air hangat.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Clara bingung.
"Hanya memandikan mu," ucap Bram.
"Yang benar saja, aku bisa mandi sendiri. Lagipula, aku kedinginan. Kenapa tidak menyalakan air hangat?" ucap Clara.
Clara memeluk dadanya, mencoba menahan rasa dingin itu.
"Aku yang akan menghangatkan mu, sehingga kamu tak perlu mencari kehangatan diluar sana," ucap Bram.
Belum sempat Clara menjawab ucapan Bram, Bram telah lebih dulu membungkam mulutnya dengan sebuah ciuman. Ciuman yang tak seperti sebelumnya. Entah mengapa Bram terlihat begitu hati-hati menciumnya.
Bram menarik tali dress Clara sehingga tertanggal sudah dari tubuh Clara.
Bram menghentikan ciumannya dan memperhatikan tubuh polos Clara yang hanya terbalut dalaman bagian bawah saja. Sedangkan tubuh bagian atas Clara tak tertutup sehelai benangpun. Bram pun tampak diam sejenak.
"Kenapa pergi keluar tidak memakai Bra?" tanya Bram penuh selidik.
"Hah? Ke-kenapa?" ucap Clara.
"Kamu tidak memakai Bra saat pergi keluar tadi. Untuk siapa seperti itu? Apa untuk pria itu?" tanya Bram.
Clara mengerutkan dahinya. Bram bukan tipe pria yang akan memperhatikan apa yang dipakai dirinya atau pun tak dipakainya. Selama ini pun Bram tak pernah peduli selain hanya ketika butuh saja lalu akan menemui Clara.
"Pria siapa?" tanya Clara bingung.
Bram tampak gugup ditanya seperti itu. Dia tak mungkin mengatakan telah mengikuti Clara hingga ke klub dan melihat Clara bersama Gerry.
"Lupakan," ucap Bram. Bram menarik tangan Clara dan membuka seluruh pakaian yang Bram pakai. Dia pun memilih mandi lebih dulu. Begitu selesai, dia keluar dari kamar mandi, meninggalkan Clara yang terdiam dengan banyak pertanyaan di kepalanya. Tingkah Bram aneh akhir-akhir ini, dan dia tak mengerti mengapa Bram seperti itu.
Bram keluar dari kamar dan pergi menuju ruang kerja Clara. Dia mengambil buket bunga yang Gerry berikan dan membawanya keluar apartemen. Dia melihat sekitar dan kebetulan lewat seorang pekerja apartemen dengan mendorong sebuah tong sampah besar. Bram pun memanggil orang itu.
"Buang ini!" perintah Bram sambil memberikan buket bunga itu pada pekerja itu.
Bram pun kembali masuk. Dia menghela dan pergi kembali ke kamar. Terlihat Clara sudah berada di dalam kamar dan sudah selesai mandi.
"Habis dari mana?" tanya Clara.
"Minum," jawab Bram.
Bram membuka lemari dan mengambil pakaian santainya, lalu memakainya.
"Aku bingung," ucap Clara.
"Apanya?" tanya Bram tanpa melihat Clara.
"Sejak kapan di apartemen ini banyak baju-bajumu?" tanya Clara.
"Sejak saat ini, dan seterusnya," ucap Bram.
"Apa? Jangan bilang kamu akan--"
"Ya, aku akan tinggal di sini. Mulai dari sekarang," ucap Bram.