Hari semakin sore, tetapi jalanan masih saja macet. Membuat Melodi yang tengah menaiki gojeknya itu sedikit kesal. Kapan ia bisa sampai ke rumah?
Tenggorokan Melodi sudah kering, haus ingin minum yang segar-segar. Setelah sekian lama menunggu di lampu merah, akhirnya warna hijau itupun menyala, membuat motor yang Melodi naiki melanjutkan perjalanannya.
"Bang! Bang! Berhenti dies kelapa muda itu!" perintah Melodi menunjuk kaki lima yang menjual es kelapa muda dipinggiran jalan itu.
Seketika motor itu berhenti langsung di sana, membuat Melodi dengan sudah tidak sabarannya menyerbu kedai itu.
"Buk, es kelapa mudanya dibungkus satu ya!" ucap Melodi bersemangat, ia sudah sangat haus sekarang.
"Iya, Neng ...," jawab si ibuk mulai membuka kelapa mudanya.
Melodi menunggu sambil memutarkan pandangannya ke sekitar. Hingga tanpa sengaja matanya menangkap sebuah pergerakan seseorang yang tidak asing baginya duduk di kaffe seberang jalan sana. Melodi menajamkan penglihatannya, menelisik lebih jauh bersama siapa gerangan duduk.
Dareen Oliver Aldari, calon suami Melodi Auristela tengah duduk berhadapan sambil menatap manis seorang perempuan tidak dikenal dihadapannya. Dan tunggu, bukankah yang dipegang perempuan itu adalah ponsel Dareen? Dan apa yang dilihatnya disana hingga ia tersenyum-senyum seperti itu, bahkan calon suaminya itu juga tersenyum. Bukan tersenyum melihat isi ponselnya yang dipegang perempuan itu, tetapi tersenyum melihat wajah si perempuan. Apa yang mereka lakukan?
Lagi-lagi Melodi mengedipkan matanya, menyadarkan apa yang ia lihat ini benar Dareen. Dan apakah itu memang peremuan lain atau mana tau kakaknya Dareen. Melodi tidak mau lagi salah, ia harus memastikan itu benar kak Oliv atau bukan.
Melodi kembali menelisik ke sana, berusaha melihat lebih jelas wajah perempuan itu.
Dan ... ternyata masih sama! Itu sama sekali bukan kak Oliv!
Siapa perempuan itu?
Ribuan pertanyaan terlontar dari batin Melodi, gadis itu berdiri termangu menatap keakraban calon suaminya dengan perempuan cantik itu. Oh, jangan lupakan satu hal yang membuat Melodi jengkel. Perempuan yang di depan Dareen itu hanya menggunakan dress pendek, menampakkan kaki jenjangnya. Dan lihat bagaimana ekspresi Dareen ketika di dekatnya, biasa saja. Bahkan bisa dikatakan terlihat nyaman.
'Giliran gue aja begitu, langsung ditegur. Sok suci amat, padahal dia ketemu orang lain yang begitu juga dinikmati aja apa yang dia lihat, bukannya ditegur kayak ketemu sama gue!' batin Melodi yang mulai emosi.
Melodi mengambil ponselnya di dalam kantong rok seragamnya, lalu membuka applikasi untuk mengechat. Dicarinya nomor kontak lelaki yang ia lihat tadi lalu mulai mengetikkan sebuah pesan.
Calon Laki:)
Lagi dimana?|
Melodi melihat ke arah kaffe tadi, dimana Dareen terlihat sudah memegang ponselnya di sana. Apakah lelaki itu sedang membaca pesannya? Cepat sekali.
Ting!
Detingan pesan dari ponsel Melodi membuat gadis itu dengan cepat memeriksa ponselnya.
Dikantor
Oke, tampaknya lelaki itu memang benar-benar manusia yang paling sok suci di dunia. Bahkan ia sudah berani membohongi Melodi sekarang.
Sama siapa?|
Melodi kembali menatap ke arah Dareen, terlihat di sana lelaki itu tengah mengetik untuknya.
Kok sama siapa? Ya sendiri, kalau ditemenin gak fokus kerjanya
"Ck! Pinter banget bohongnya." Melodi berdecak kesal lalu mengantongi ponselnya tanpa niat membalas.
"Neng, esnya udah jadi nih," ucap penjual tadi menyodorkan sebungkus es kelapa muda pada Melodi.
"Oh, iya berapa Buk?"
"Delapan ribu doang, Neng."
"Oke, bentar Buk ...." Melodi tersenyum ramah lalu mengeluarkan selembar uang dua puluh ribu dari kantongnya.
"Nih, Buk ... kembaliannya buat ibuk aja, makasih Buk," ucap Melodi pergi dengan cepat tanpa mendengar balasan dari si penjual.
Melodi mulai menghampiri Abang Ojol yang masih setia menunggunya di atas motornya. "Jalan, Bang!" seru Melodi yang sudah duduk di belakang.
Dareen Oliver Aldari, lelaki tampan dengan stelan rapi jas hitam itu sekarang baru menyadari kehadiran gadisnya di dekat sana. Tetapi ia menyadarinya setelah melihat Melodi menaiki motor gojek.
"Melodi? Ngapai disitu?" gumamnya menatap kepergian si gadis.
"Kenapa Reen?" tanya perempuan cantik yang duduk di depan Dareen.
"Gak ada, kamu tinggal dimana sekarang Na?" tanya Dareen mengalihkan pembicaraan.
***
Motor yang dinaiki Melodi itu akhirnya berhenti tepat di pekarangan rumahnya. Melodi turun untuk membayar kepada sipengendaranya, lalu berjalan ke rumah dengan rasa dongkolnya yang menggebu-gebu.
"Eh, Neng! Neng! Helmnya!" teriak Abang Ojol tadi, membuat Melodi menoleh kesal. Asalkan lelaki itu tau saja, emosi Melodi sudah diubun-ubun sekarang.
"APA LAGI SIH BANG?!" bentak Melodi seketika, membuat lelaki itu terkejut.
"He-helmnya," ucap lelaki itu gerogi sambil mengode kalau helm yang dikenakan Melodi belum dilepas.
Melodi sontak kaku di tempat, seakan menjadi seekor kucing yang kepergok mencuri ikan asin disungkut. Begitulah Melodi sekarang, tidak bergerak sedikit pun hingga ketika Abang Ojol tadi memanggil lagi dengan suara pelannya, Melodi kembali tersadar dari kebodohannya.
Dengan menahan malu Melodi berjalan kembali ke dekat Abang Ojol itu sambil membuka helm yang hampir ia bawa masuk ke rumahnya. Diberinya helm itu lalu kembali berbalik ingin berjalan menuju rumah.
Satu langkah masih santai
Dua lagkah masih santai
Ketiga langkah juga masih santai
Tepat keempat langkah selesai Melodi langsung lari dengan cepat ke dalam rumahnya.
Membuat Abang Ojol itu terheran-heran dibuatnya, tetapi juga tersenyum maklum. Mungkin Si Enengnya lagi malu--- kira-kira begitulah pemikirannya.
Sementara Melodi sudah berusaha menetralkan nafasnya di dalam rumah. Lelah setelah berlari barusan.
"Hufh ... untung aja pintu rumah kagak dikunci, jadi bisa ngiprit masuk 'kan gue," ucapnya penuh kelegahan.
***
"Jangan ada yang menyontek! Kalau sempat kedapatan menyontek, bapak suruh keluar!" tegas Pak Seto menaruh sisa kertas soal dimejanya.
"Barang siapa yang menyulitkan orang lain, maka Allah akan mempersulitnya pada hari kiamat, HR Al-Bukhari no 7152. Jadi Pak, boleh 'kan kami bekerja sama supaya kita sama-sama aman dan bapak pun gak kesulitan dihari akhir nantinya," jelas panjang lebar Daniel, membuat Pak Seto menatap datar siswa lelaki itu.
"Bukan gitu konsepnya Nak, lebih baik kamu kerjain aja sekarang. Waktu kalian gak banyak," balas Pak Seto tetap sabar dengan berbagai pernyataan mengesalkan muridnya.
"Ayolah Pak, ini ujian MTK lho ...."
"Kalau gak mampu silahkan keluar, nilai kamu bergantung pada diri kamu," tegas Pak Seto memasang kacamatanya lalu membaca soal ujian yang kata anak-anak muridnya sulit itu.
Berbeda dari yang lainnya mengusap-usap kepala pening karena soal yang hampir membuat otak meledak, Melodi justru terlihat fokus menjumlahkan angka demi angka untuk menemukan jawaban dari soal. Tidak seperti dulu lagi, Melodi lebih fokus dan serius pada pelajaran. Karena Melodi sudah mengutuskan akan mendapatkan nilai tinggi sesuai yang tertulis dibuku diarynya dulu.
***
Menunggu jam istirahat selesai, Melodi duduk sambil tertawa keras di kelas melihat tingkah Lisa dan Daniel yang bernyanyi lagu lucu berjudul 'Sinting' yang baru-baru ini viral.
"Hello Apa kabarmu Darling, aku pengen ajak malming~
Susun planing dan sambil kita keliling
Lalu makan, dan shopping~
Jangan bilang pusing, bukan sering-sering~
Jika kau bilang 'tak penting, kuberi kartu kuning~" Lirik lagu itu yang dilantunkan oleh Lisa sambil sambil berdiri di atas meja guru dan memegang sapu kelas bak penyanyi pada umumnya.
Daniel yang tengah berdiri di depan papan tulis dan memegang buku yang digulung itu dengan siaga membalas lirik lagu yang dilantunkan oleh Lisa.
"Maaf nanti baru dirunding, aku masih sibuk meeting~
Lagipula gajiku pun sudah kering, sisa tangkai dan ranting~
Saran~ aku mending, kita pergi camping~
Dijamin damai dan hening, juga 'tak bikin pening~"
"Aku sedang boring, rada-rada darting, kamu bisa aku banting~
Apa mau dedemu ku gunting~" balas Lisa sambil memasang seringai tajam lau tertawa keras ketika melihat ekspresi Daniel yang terlihat bergidik ngeri.
"Ini barang penting, bukan untuk kidding
Jangan ... Testing~
Jika kau gunting, hidupku ending," balas Daniel tak mau kalah.
"Gunting aja Lis, gunting! Bila perlu jangan pake gunting, pake kapak aja sekalian!" sorak Renata diselingi tawa nyaring.
"Aku harap kamu listening, ku ingin memberi warning~
Jika sampai, kamu batalkan dating.
Sayonara My Darling~" balas Lisa sambil berdada ria.
"Tidak tepat timing, aku masih working~
Cobalah kau understanding, jangan~ Kau calling-calling."
"Jangan kau berakting, lagak orang penting
Tugas kamu, cuci piring
Ngaku, meeting~ Dasar kampret sinting," balas Lisa membuat semuanya yang berada di kelas tertawa sampai sakit perut.
"HUAHAHA! LISA DASAR JABINGAN, KALIAN NYANYI BERASA LIAT SUAMI ISTRI LAGI BERANTEM, FEELNYA DAPET HAHAHAHA!" sorak Renata tertawa sambil memukul-mukul Dandi yang duduk bermain game di sampingnya.
"Diam goblok! Gue lagi main!" protes Dandi yang kewalahan bermain dengan ponselnya.
"Macam kuda lumping, siap ikut racing
Sungguh~ Bising
Emosi jadi ikut terpancing," balas Daniel tidak mau kalah lagi.
"Bagai anjing ketemu kucing, tidak lelah tanpa lipsing~
Suaramu mirip cicak di dinding~
Bikin aku merinding~"
"Punya Kamu nyaring, ganas dan melengking~
Walaupun pakai penyaring, masih menyiksa kuping~"
"Body aku ramping, kulit aku bening
Banyak cowok sedang waiting~
Cepat lambat, pangeran ku coming," balas Lisa menunjukkan layar ponselnya yang menampakkan walpaper Taehyung BTS, seakan lelaki itulah pangerannya.
"Lihat dari samping, kayak orang bunting
Oh~ My Darling~
Isinya lemak segudang cacing~" balas Daniel dengan kedua tangan menggambar diudara seakan membentuk tubuh orang buncit.
Lisa menggeram kesal, ditambah lagi teman-temannya yang semakin keras menertawai dirinya.
"Aku padamu Mas Daniel! Hahahaha!" Itu adalah suara dari pojokan ruangan sana, Candra yang tengah mengayun tangannya ke atas mengikuti alunan lagu yang dua orang berbeda gender itu lantunkan.
Brak!
Lagi seru-serunya bernyanyi dan tertawa keras, tiba-tiba saja pintu kelas yang sengaja ditutup dari dalam itu dibanting keras oleh seorang guru. Membuat benda itu terbuka lebar, menampakkan presensi Pak Harun guru Sejarah yang ditakuti seantero SMA.
Hal itu lantas membuat seluruh siswa berlarian menuju bangkunya, jangan lupakan Lisa yang tadinya berdiri di atas meja guru harus buru-buru meloncat turun dan mengembalikan sapu kelas ke belakang terlebih dahulu. Membayangkan kembali tatapan tajam Pak Harun yang melihatnya berdiri di atas meja guru itu sontak membuat Lisa bergidik ngeri. Gadis yang sudah duduk di bangkunya itu sekarang terlihat menunduk takut.
"Sudah bel kenapa masih ribut di kelas?! Seharusnya kalau guru belum datang itu adalah kesempatan buat kalian belajar sebelum ujian dimulai!" omel lelaki itu dengan tatapan kelewat tajam.
Semuanya hanya diam, terkejut mendengar pernyataan gurunya barusan bahwasan sedari tadi bel masuk sudah berbunyi, apa mungkin efek kelas yang terlalu ribut dengan suara tawa makanya tidak ada yang mendengar?
Tidak ada satupun yang berani menjawab omelan sang guru. Bisa mati lemas dilapangan nanti mereka jika menjawab omelan guru ini.
"Buat kamu, Lisa! Sana kelapangan menerima hukuman kamu dengan berlari sebanyak lima kali. Tidak sopan sekali naik ke atas meja guru," sindir tajam Pak Harun, membuat Lisa yang sudah beranjak untuk pergi itu tetap menunduk dengan kaki yang sedikit lagi melewati presensi gurunya itu.
TBC.