Chereads / Dendam Masa Lalu (sudah terbit) / Chapter 11 - Insiden Di Sekolah

Chapter 11 - Insiden Di Sekolah

Seiring berjalannya waktu, hilir mudik pergantian musim membawa banyak perubahan bagi diri Akira. Kini ia berubah menjadi lelaki tampan yang banyak di puja orang. Akan tetapi ada satu yang tidak berubah, sikapnya yang dingin dan to the point. Namun hal itu tidak membuat para gadis berhenti mengejarnya. Mereka dengan terang-terangan mengejar, memberikan surat cinta, membuatkan sarapan bahkan ada yang merubah penampilan agar dilirik barang sedikit oleh Akira. Namun sayangnya, Akira tidak berminat sama sekali.

Lagi-lagi tentang surat cinta, ia muak dengan para gadis yang terlalu memujanya seperti seorang perempuan yang ada di hadapannya ini. ia memberikan sebuah surat cinta beramplop merah muda.

Sambil menunduk gadis itu memberikan surat cinta kepada Akira. Akira hanya melihatnya dengan alis yang terangkat.

"Tolong terima suratku". Ucap gadis itu.

Akira hanya terdiam memandang gadis itu, orang-orang mulai berkerumunan menyaksikan sebuah drama yang sebentar lagi di mulai.

Tidak luput dari itu, Lia yang merupakan siswi kelas tiga SMP yang kebetulan lewat lingkungan SMA juga tertarik menyaksikan kakak angkatnya yang super dingin berada dalam keadaan dikerumuni semua siswa. Ia berapa kali mendapatkan kakaknya itu berada dalam situasi seperti ini. Kadang juga ia terheran dengan siswi SMA yang masih mengejar kakaknya yang kelewatan dingin itu.

Sekedar informasi bahwa Lia dan Akira berada pada sekolah yang sama, di Sekolah Jaya Bangsa, sekolah elit swasta yang menaungi dua lembaga pendidikan sekaligus, yakni SMP dan SMA.

Lia cekikan melihat ekspresi kakaknya yang tidak tahu harus bagaimana. Dulu pernah ia bersikap kasar pada seorang siswi yang juga secara langsung memberinya surat cinta. Hal itu berujung pada kemarahan seorang ayah. Sekarang ia ditempatkan pada situasi yang sama, ia bingung harus berbuat apa.

Akira mengalihkan pandangannya kesekeliling mencoba mencari sesuatu yang dapat melepasnya dari situasi seperti ini. Sungguh ia tidak suka berada dalam situasi seperti ini. lebih baik ia dijauhi oleh semua orang dari pada ditempatkan dalam situasi seperti ini atau menerima latihan ekstra dari sang ayah.

Akira menangkap wajah Lia yang cekikan menahan tawa, ia terlihat begitu bahagia melihat dirinya dalam situasi yang menjengkelkan. Terbesit ide gila dikepala Akira, ia harus menyelamatkan dirinya sekaligus mempermalukan adik angkatnya itu.

"Lia". Ucap Akira dengan suara agak dikeraskan.

Orang yang dipanggil langsung terdiam. Pandangan orang-orang teralihkan pada dirinya.

"Aku". Tunjuk Lia pada dirinya.

"Iya, kesini!". Ucap Akira membenarkan.

Lia dengan ragu maju ke tengah lapangan mendekati kakaknya.

"Ada apa?". Tanya Lia saat sampai di hadapan kakaknya.

"Bantu aku". Bisik Akira. Lalu ia menarik tengkuk leher Lia, mendekatkan wajahnya pada wajah Lia. Bibirnya ia satukan pada bibir adiknya. Lia melototkan matanya, tidak percaya dengan perlakuan gila kakaknya. Inikah yang dimaksud dengan meminta bantuan.

"Inak, Bapak kak Saep sudah gila". Teriaknya dalam hati.

Kesadaran Lia sudah penuh seutuhnya. Ia segera mendorong tubuh kakaknya agar menjauh dari dirinya.

"Kamu gila". Ucap Lia menekan setiap kata yang keluar. Rasanya ia ingin menampar wajah tampan kakaknya itu.

Tanpa mempedulikan ucapan Lia, Akira memegang tangan kiri Lia dengan erat. "Pengumuman untuk kalian semua bahwa Amelia Hakim adalah pacar saya, mohon untuk tidak menggangu saya lagi atau menggangu Lia". Ucap Akira lalu membawa Lia keluar dari kerumunan.

"Maaf untuk sikapku yang tadi". Ucap Akira setelah membawa Lia ketempat yang sepi.

"Kau gila kak". Ucap Lia tidak tahu harus berkata apa. Ini pertama kalinya ia dicium oleh seseorang. Parahnya lagi kakaknya sendiri yang melakukannya. Ah, first kiss Lia, hilang sudah.

"Aku tidak ada pilihan". Ucapnya sedikit bersalah

"Tapi kakak tahu sendiri, bahwa agamaku tidak membolehkan ciuman untuk yang bukan muhrim. Apalagi itu first kiss aku kak, buat suami aku nanti". Ucapnya ingin menangis.

"Aku rasa itu bukan ciuman, tapi kecupan dalam tempo yang lama". Ucap Akira berusaha menjelaskan.

"Apa pun itu, apa pun anggapan kakak, tapi itu tetap tidak boleh. Apalagi kalau bapak tahu".

"Ya, jangan sampai bapak tahu, please". Ucap Akira memohon, ia tidak memikirkan sampai sejauh itu.

"Aku bisa saja diam, tapi nggak tahu yang lain". Ucap Lia pasrah.

"Iya juga sih". Akira mulai menyesal dengan tindakannya itu. Ia tidak pernah bisa menyembuyikan sebuah rahasia dari ayah angkatnya itu. Terkadang ia bingung bagaimana cara ayahnya tahu kejadian-kejadian yang mereka ingin tutupi.

"Sudahlah, karena ini kesalahanku, aku yang bertangungjawab. Kamu kembali saja ke kelas". Ucap Akira melihat jam ditangannya menunjukan pelajaran akan segera dimulai.

"Kamu tidak usah memikirkan hal ini, biar aku saja yang memikirkannya. Kamu hanya perlu fokus sama pelajaran yang ada".

Dengan wajah lesu Lia kembali ke kelasnya. disana ia sudah menjadi hot topic, banyak pasang mata yang memandangnya iri ada juga yang memandangnya dengan tatapan menjijikan.

"Pantas saja kak Saep mau sama anak itu, udah dikasih tips duluan. Apa jangan udah di grepe-grepe juga kali ya". Ucap Anggun saat memasuki kelas.

Tidak ingin mencari masalah, Lia memilih untuk diam, lagian juga Anggun tidak menyebut nama seseorang. Jika ia langsung menabrak Anggun bisa-bisa itu ia gunakan sebagai senjata untuk membalasnya.

Lia memasang earphone ditelinganya, memejamkan mata pura-pura tertidur. Mengabaikan Diana yang ada disampingnya.

"Nggun, ada yang pura-pura tidur nih". Ucap Esti satu geng dengan Anggun.

"Bodoh, sampai mulut kalian berbusa, aku nggak akan peduli". Batin Lia.

Kesal tidak ditanggapi, Anggun berniat melabrak Lia. Beruntung guru sudah datang menggagalkan niat Anggun.

Semua kembali ke bangku masing-masing menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh pak Rasman guru matematika.