Chereads / Ardiansyah: Raja dari Neraka / Chapter 62 - Side Story : Vengeance of a Dragon

Chapter 62 - Side Story : Vengeance of a Dragon

Oleh: Ares Baixo

Tahun 2042, Buana Yang Telah Sirna. Hewan-hewan kuat dengan kemampuan berbicara tiba-tiba saja bermunculan di muka Bumi. Mereka berkaki empat, besar, berlengkapkan dengan sepasang sayap tiga kali lipat tubuh mereka. Kuku mereka panjang dan tajam, mata mereka buas layaknya ular, tubuh mereka dilindungi sisik yang kasar dan kuat. Kami memanggil mereka, Naga.

***

Aku adalah anak terakhir dari keluarga pesilat terbaik di Minangkabau. Semenjak kecil, hanya ada dua hal yang menjadi daya tarikku, musik dan seni beladiri. Silat sendiri mencangkup Tuhan dan alam, karena kekuatan sejati hanya datang dari Dia yang maha memiliki.

27 tahun aku hidup hanya untuk memberi kehormatan pada keluargaku, berbagai macam kompetisi bela diri dan musik aku juarai semudah membalikkan telapak tangan. Namun saat para hewan suci ini mulai bermunculan, aku seakan menemukan makna baru dalam hidup singkat ini.

Salah seekor naga bernama Amethyst datang menghampiriku di tengah hutan di samping Surau keluargaku. Ia bilang, ia terkesan dengan gerakanku yang lincah dan mempesona, sehingga ia menawarkanku teknik lain guna menyempurnakan seni perkelahianku. Akan tetapi kali ini, bukan berdasarkan kecepatan dan kecekatan, melainkan kekuatan dan kekebalan.

Aku yang tak takut pada apapun, menerima tawarannya untuk memberikan ilmunya padaku. Jika dia berani macam-macam tinggal aku bunuh saja pikirku, walau kenyataannya niatnya tulus untuk mengajariku.

Gerakan yang ia ajarkan begitu lambat namun penuh kekuatan. Pertahanan tubuh dari seni ini tidak memerlukan banyak gerakan untuk dilakukan, atau hampir bisa dibilang, aku tidak perlu melakukan apa-apa. Latihan yang ia berikan memperkokoh diriku menjadi layaknya sebuah benteng yang berjalan, tidak tergoyahkan dan mematikan.

Meski begitu, hari-hari yang kuhabiskan bersamanya tidak berlangsung lama. Para militer bedebah itu suatu hari datang bertamu ke desaku. Mereka datang membawa seekor naga yang angkuh dan buas. Dari perkataan yang mereka serukan, pemerintah berniat untuk merekrut para pesilat di desa kami untuk mengabdi pada negara.

Banyak dari kami yang memenuhi panggilan mereka tentunya, tes untuk masuk kesatuan militer tidaklah mudah, dan mereka dengan jelas memberi kami kesempatan secara cuma-cuma (jika orang itu kuat).

Aku bertanya pada mereka, untuk apa tiba-tiba militer merekrut orang-orang di kampungku. Jawaban mereka cukup logis, tak lain untuk memburu para naga yang sedang berkeliaran liar di negara ini.

Awalnya aku tidak tertarik dengan tawaran mereka, karena naga yang aku temui begitu lembut dan bijaksana. Sayangnya, pola pikir demikian tak mampu bertahan lama.

*Roar!*

Naga yang datang bersama mereka tiba-tiba mengaum, dan lantas terbang menuju Surau keluargaku, tempat Amethyst bersarang. Perasaanku langsung merosot buruk mengenai hal ini, jadi aku dengan cepat bergegas untuk kembali ke Surau. Dan saat aku tiba, hutan di sana mendadak terang benderang, terselimuti oleh api ungu dan oranye.

Kedua naga tengah bertarung habis-habisan. Buruknya lagi, aku tidak bisa melompat begitu saja untuk membantu Amethyst, api itu jelas akan membakar habis diriku. Aku pun berlari mengitarinya seraya mencari jalan lain.

Setelah sekian lama berlari, akhirnya terdapat celah yang tidak terbakar oleh api. Aku segera memasukinya dan beranjak untuk membantu teman nagaku. Dengan ilmu yang diajarkannya, aku pun menerkam kulit baja musuh yang menyerangnya.

Akibat luka parah dari kami berdua, naga tadi angkat kaki dan melarikan dirinya. Tapi, meski dengan kepergian makhluk itu, sayangnya aku tidak bisa mengatakan ini sebuah kemenangan pada pihak kami.

Amethyst terluka begitu parah, ia sekarat dan mulai menghembuskan nafas-nafas terakhirnya. Aku yang tak mengerti apa-apa mengenai naga dan ilmu medis pun beranjak panik, dan bergegas mencari kendaraan untuk meminta pertolongan. Tetapi Amethyst segera menghentikanku, katanya, waktunya sudah tak bisa terelakkan lagi.

Di akhir hayatnya, Amethyst memberitahuku mengenai para naga di muka Bumi. Katanya setiap naga memiliki nama berdasarkan batu mulia yang tertanam dalam tubuh mereka, dan naga yang menyerangnya bernama Topaz.

Para naga saling memburu satu sama lain untuk mengambil batu mulia milik naga yang mereka bunuh, dengan begitu mereka akan menjadi semakin pintar dan kuat, serta naga yang berhasil mengumpulkan semua batu mulia akan mendapatkan keabadian bersama kekuatan untuk menghancurkan seutuhnya dunia fana ini.

Tiba-tiba saja, Amethyst menanamkan batu mulianya padaku, mengubahku jati diriku menjadi seekor naga dan memintaku untuk menjaga batu itu dengan hidupku. Lalu bagai angin malam, ia pun pergi, menyisakan setiap kenangannya di dalam tubuh ini.

Walau telah menjadi seekor naga, aku tetap dapat berwujud sebagai manusia, hanya saja dengan kekuatan yang jauh lebih megah. Dan dalam wujud ini, aku berangkat mengunjungi para militer.

Aku pun memenuhi panggilan mereka untuk membantu melindungi negara ini dari para naga. Namun tujuanku berbeda dengan orang-orang bodoh itu.

Akan kulumatkan setiap naga di muka Bumi, menjadikan diriku abadi, dan mencegah mereka meluluhlantakkan umat manusia. Dan semua ini aku mulai dengan naga keparat itu, Topaz.

Tahun 2047, perang berkecamuk di seluruh penjuru dunia. Banyak dari negara yang bersekutu dengan para naga untuk menghabisi musuh-musuh mereka.

Negaraku tidak berpartisipasi langsung dalam perang dunia demi janji kami akan perdamaian abadi. Tetapi kami tetap membantu melindungi beberapa negara yang telah lama menjadi sekutu kami.

Karena tidak puas akan betapa minimnya keikutsertaan negaraku, aku pun mengundurkan diri dari pertahanan negara dan bergabung dengan sekutu yang ikut dalam perang dunia. Bersama mereka aku menghabisi banyak naga dan menguasai banyak belahan dunia.

Hingga akhirnya pada tahun 2077, perang pun berakhir dengan meletusnya perang nuklir berskala global. Banyak orang yang menjadi korban dari perang ini, miliyaran nyawa melayang begitu saja, tak kuasa menghadapi senjata mematikan yang melumat dunia mereka.

Sementara aku, akulah yang menghabisi orang-orang gila yang saling melempar nuklir pada satu sama lain. Bagaimana aku bisa selamat katamu? Tanyakan pada bangkai para kadal raksasa yang tenggelam, membusuk di dalam tubuh Planet ini. Sekiranya makhluk-makhluk sial itu tidak mengusik manusia di planet lain.