Suasana gedung konsumsi yang sedang ramai riuh menutupi pengelihatan Thom, Laten, dan Asak. Mereka tidak bisa melihat lebih lanjut perihal pukulan kosong Reka yang ditangkap begitu saja, siapa orang itu, itu lah pertanyaan mereka bertiga sedari tadi.
Ada ribuan siswa di gedung konsumsi, dan tentu saja mereka amat tertarik dengan bunyi pukulan kosong dua menit yang lalu, mengerubuni tempat Rair yang sedang memakan roti lapis selai jeruknya hikmat. Pemuda berkulit madu itu tidak peduli, dia lebih peduli dengan perutnya yang kosong dan perlu di isi.
Reka urusan sahabatnya, bukan urusan Rair. Biarlah pemuda yang lupa memakai jubahnya dan aksesoris lain lantaran terburu-buru bangun dan mengekor Rair lah yang membereskan semua masalah ini.
"Sialan! Jangan menghalangiku!" pekik Reka keras seraya menatap nyalang ke arah pemuda dengan seragam biasa tanpa jubah.