Asak terdiam cukup lama, menatap kosong ke arah arena yang sama kosongnya dengan tatapan kedua netra sewarna mentari itu. Berbanding dengan tatapan, pikiran dan hati pemuda dengan surai pirang itu penuh dengan pertanyaan.
Apa maksud dari si jubah satin tadi? Analogi pintu? Memang ambisi apa yang akan Asak kejar untuk masuk ke dalam permainan bodoh yang pemuda itu sendiri pun tidak mengerti permainan apa yang dimaksud oleh jubah satin.
Lima menit itu sangat cepat bukan? Mungkin sama dengan waktu mengganti jubah dengan pakaian tidur lalu melompat ke atas ranjang asrama Sekolah Menengah Kosong yang kerasnya hampir sama dengan tanah.
Waktu petarungan yang sangat cepat hingga membuat Asak yang tengah terlena di dalam alur pikirannya tidak sadar jika dia sudah melewati empat petarungan. Saat ingin bertanya terkait siapa dan bagaimana petarungan yang dilewati olehnya pada Thom, pemuda dengan jubah coklat itu malah tertidur dengan posisi yang sangat nyaman.