Sejak kehadiran ayah Hoshikawa Ruka, yaitu Hoshikawa Riki, keyakinan Yuuto untuk mengakhiri kegelapan di SMA Akatsuki untuk selamanya semakin kuat. Pemuda bersurai biru muda tersebut berusaha mencari tahun penyebab semua kejadian yang menimpa sekolah tersebut dulu dan sekarang.
"Yakisaka-san, jangan memaksakan diri."
"Yuuto-kun, kau sudah seperti ini sejak kematian 2 siswi di perpustakaan baru kemarin."
Namun tidak dengan Kazuo....
Melihat reaksi sahabatnya kemarin, sudah jelas Yuuto syok berat. Pemuda bersurai kuning tersebut melirik ke arah Ruka sejenak. Sejak kapan Ruka yang pendiam menjadi perhatian pada sahabatnya?
Brak!!!
Yuuto bangkit dari kursinya dan menarik tangan Ruka "Kazuo, Saki, kuminta temui Mira di lorong. Aku dan Ruka ada urusan sebentar."
"Mira di sini? Bagaimana bisa?" Kazuo terkejut mendengar ucapan Yuuto "Jangan bilang dia mengikutimu dari Yokohama.... "
"Kau juga sudah bertemu dengannya kan?"
"Iya sih."
Saki hanya menggelengkan kepala melihat Kazuo yang baru sadar ucapannya tersebut. Ruka hanya diam dan Yuuto melesat ke luar ruangan bersamanya.
Blam!!!
"Sebaiknya kita juga bergerak cepat, Saki." Kazuo melirik ke arah Saki sejenak.
"Ya, Kazuo-kun."
****
Sesampainya di perpustakaan lama, Yuuto melepaskan pegangan tangannya dari Ruka dan membalikkan badannya. Manik coklat miliknya menatap manik biru milik Ruka yang hanya satu.
"Ruka, maukah kau membantuku memecahkan masa lalu yang pernah terjadi pada orang tuamu 10 tahun silam ini?"
"Tentu sa.... "
Duak!!!
Jleb!!!
Dua pasang telinga milik mereka menangkap sebuah suara yang cukup mencengangkan. Mereka berdua langsung berlari keluar dari perpustakaan lama. Manik milik mereka berdua menatap kejadian yang sangat menakutkan dan tidak pantas dipandang.
Seorang siswa berkacamata tergeletak di dinding yang berhubungan tersebut dengan mata terbelalak dan di salah satu matanya tertancap paku yang sangat panjang. Di sebelahnya terdapat sepucuk surat yang penuh bercak darah.
"Mu-mustahil.... " Yuuto langsung mual melihat pemandangan yang menjijikkan baginya.
Ruka mengambil surat yang berada di samping mayat tersebut. Surat tersebut dianggapnya sangat penting untuk dijadikan petunjuk dalam upaya memecahkan misteri 10 tahun silam "Yakisaka-san, sepertinya korban meminta kita untuk membaca surat ini."
"Umm.... baiklah."
Surat tersebut dibuka dan Rukapun membuka penutup matanya sendiri untuk membaca surat tersebut. Manik ganda milik gadis bersurai hitam sebahu tersebut mulai membaca surat tersebut.
Dear all....
Siapapun yang membaca suratku ini....
Dari mana semua kejadian buruk di SMA Akatsuki??
Pasti kalian ingin tahu kan??
Akan ku katakan....
Semua ini berasal dari "Sang Iblis" yang selalu berkeliaran di sini.
Aku melihatnya.... sosok bayangan hitam itu....
Dia yang memakan nyawa para murid di sini secara acak....
Siapapun.... Tolong temukan pelakunya....
Pelaku itu.... harus bertanggung jawab atas bencana ini....
To-tolong kami....
Hening sejenak....
Jeda lama sekali....
"Nee, Ruka. Apa membunuh Kurohaku Amano mampu menghentikan kekacauan yang merajalela di sekolah ini??"
"Aku masih kurang tahu, Yakisaka-san." Gadis tersebut berdiri dari hadapan mayat tersebut dan masih menatap hampa mayat tersebut "Kata Ayah, kegelapan di SMA Akatsuki terjadi sejak Ayah masih kelas 1 SMA, jadi aku tidak tahu detailnya sama sekali."
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
Manik yang berbeda warna tersebut melirik ke arah pemuda bersurai biru muda tersebut "Sebaiknya kita diskusikan dengan Mitsuya-san dan Minohara-san terlebih dahulu, Yakisaka-san." Tatapan tersebut berubah menjadi tatapan lesu "Nee.... Yakisaka-san.... "
"Ya, aku tahu."
Yuuto melonggarkan dasinya dan membuka sebagian kancing seragamnya. Terlihat leher yang menggoda gadis tersebut untuk mencicipi darahnya sendiri "Nah, silahkan." Pemuda tersebut memiringkan kepalanya sejenak.
Taring milik Ruka mulai bermunculan dan tanpa berpikir panjang, Ruka menerjang Yuuto hingga keduanya terjatuh. Punggung Yuuto menabrak dinding koridor sambil memeluk Ruka. Ruka menancapkan kedua taringnya di leher Yuuto. Pemuda bersurai biru muda tersebut hanya menahan rasa sakit di lehernya.
"Ugh.... "
"Maafkan aku Yakisaka-san."
"Tidak masalah, Ruka."
Ruka langsung mengelap mulutnya sendiri dan menatap manik coklat Yuuto dengan manik gandanya, lalu kembali memalingkan pandangannya. Yuuto langsung tertawa kecil melihat reaksi Ruka yang menurutnya sangat lucu tersebut.
"To-tolong jangan tertawa, Yakisaka-san.... "
"Maaf, maaf, Ruka. Kau terlalu imut untuk seorang half." Tawa Yuuto semakin pecah "Aku mana kuat melihat raut wajahmu yang tidak sesuai dengan dirimu yang dingin."
Ruka langsung diam saja. Dia merenungi perbuatannya barusan, sejak kapan seorang half sepertinya berubah menjadi lebih terbuka dan terkesan aneh baginya? Apa jangan-jangan dia jatuh cinta pada seorang Yakisaka Yuuto? Entahlah, hanya Tuhan yang tahu.
Wush!!!
"Uhuk uhuk.... "
"Mi-Mira!!!" Yuuto tersentak kaget melihat seorang roh gadis berdiri di hadapannya dan Ruka.
"Sekolah dalam bahaya malah bermesraan di tempat seperti ini."
"Maaf."
Ruka mulai bangkit dan berjalan ke arah rak-rak buku di mana buku-buku yang pernah dibuat oleh ayahnya berada. Yuuto juga ikut membantu Ruka mencari buku tersebut.
"Seharusnya Ayah meninggalkan buku itu di sini."
"Buku apa?" Yuuto menatap Ruka dengan manik coklatnya. Tatapannya semakin bingung "Buku seperti apa?"
"Death Note."
"Death Note? Untuk apa, Ruka?"
Mira hanya menatap tak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi tersebut. Dia ingin sekali membantu, namun apa daya dirinya yang seorang roh.
Bruk!!!
Bruk!!!
Di depan mata roh tersebut, terdapat 5 buah buku bersampul usang terjatuh secara acak. Yuuto dan Ruka mendengar suara buku jatuh bersamaan tersebut langsung menoleh ke arah Mira yang diam saja.
"Bukan aku, Yuuto-kun, Ruka-chan. Sungguh."
"Siapa yang tanya?"
Manik ganda milik Ruka menatap 5 buku yang jatuh bersamaan tersebut "Buku-buku itu... Death Note milik Ayah?"
"Death Note?" Yuuto dan Mira membeli bersamaan.
"Ya."
Gadis bersurai hitam sebahu tersebut menatap buku-buku tersebut "Buku-buku itu memang milik ayahku 34 tahun yang lalu. Aku tidak tahu kenapa ayahku membuat buku setebal ini?"
"Apa karena ayahmu berbakat?"
"Entahlah."
Yuuto hanya diam saja dan berpikir bahwa keluarga Hoshikawa tidak ada yang beres, namun mereka misterius. Ruka hanya hening mendengar gumaman Yuuto yang berpikir bahwa keluarganya tidak ada yang beres.
"Ayahku memang berbeda dengan ibuku karena beliau sejak dulu suka menulis. Aku ingat banyak sekali buku-buku di rumah." Ruka menatap buku usang yang dipegangnya tersebut "Tapi, aku sendiri tidak tahu untuk apa ayahku membuat Death Note ini." Tatapannya berubah menjadi datar.
Brak!!!
Blam!!!
Mereka bertiga menoleh ke arah 2 orang yang baru saja datang tersebut, yaitu Kazuo dan Saki. Ruka hanya menatap datar mereka berdua yang baru saja datang tersebut.
"Yuuto.... hah.... Ruka.... a-ada sesuatu di luar.... "
"Sesuatu di luar?" Mereka membeo sejenak karena bingung.
"Aish, coba lihat langit di luar!!!"
Mereka melihat ke arah jendela dan benar saja, langit berubah menjadi hitam dan mulai menampakkan sisi gelap di SMA Akatsuki. Saki mulai memeluk tubuhnya sendiri sedangkan Kazuo terbelalak kaget melihat pemandangan yang akan terulang kembali.
Yuuto sendiri??
Mungkin dia merasa terancam karena kehadiran Sang Iblis yang akan muncul kapan saja.
"Sial, kita harus cepat sebelum terlambat." Ruka memberi instruksi pada ketiga temannya agar bergerak cepat.
"Apa kau punya rencana, Ruka-chan?"
"Ya." Manik ganda milik Ruka melirik ke arah buku yang dipegangnya tersebut "Death Note."
"Death Note?"
"Buku yang ditulis oleh ayahmu kan? Mau kau apakan buku itu?"
Groar!!!
Groar!!!
Crash!!!
"Aaaa!!!"
Semua suara telah tercipta di telinga mereka. Dengan cepat, Kazuo memeluk tubuh Saki yang gemetar karena ketakutan sedangkan Yuuto mulai memundurkan badannya karena ketakutan.
"Kita tidak ada pilihan lain, teman-teman. Jika ingin mengakhirinya, kita harus mencari Kurohaku Amano dan membunuhnya." Insting vampire Ruka mulai terlihat saat emosi dan bagi Yuuto, hal itu sudah biasa.
Clap!!!
Kedua sepatu yang dikenakan Yuuto mulai menginjak genangan air dan berwarna merah "Darah? A-apa ada pembunuhan massal seperti 10 tahun yang lalu?"
"Aku tidak tahu, Yakisaka-san." Ruka menggeleng tanda dia tidak tahu.
"Tapi, ada suara zombie di luar sana."
"Jangan-jangan.... "
Di jendela yang berbatasan dengan koridor sekolah terlihat sosok bayangan hitam diikuti oleh para zombie yang siap membunuh kapan saja. Manik ganda milik Ruka membulat sempurna melihatnya.
"Iblis itu telah menampakkan dirinya."