Chereads / aku, kamu, and sex / Chapter 18 - Trauma

Chapter 18 - Trauma

Dentingan garpu dan sendok menjadi irama penambah syahdu acara makan malam Jelita dan Danil. Danil yang biasa menggunakan boxer saat makan malam, kini dengan santun menggunakan kaos berlengan pendek dan sarung sebagai bawahannya, sedangkan Jelita seperti biasa menggunakan setelan gamis rumahan dan pashmina yang dia lilitkan dengan apik di lehernya. Kini di meja makan tidak hanya mereka berdua tapi ada Pak Sapto dan Mbok Rahmi yang juga turut meramaikan makan malam.

"Pak Sapto, Mbok Rahmi, saya minta maaf jika selama ini saya sering kasar dan berlaku tidak sopan pada kalian." Kata Danil setelah mereka menghabiskan makan malamnya.

Pak Sapto dan Mbok Rahmi saling pandang, tak mengerti harus berkata apa, bukankah para majikan memang seperti itu, semaunya sendiri dan menurut mereka Danil tidak seburuk majikan yang lain walaupun sering berlaku semaunya, namun masih dalam tahap wajar.

"Tuan itu bicara apa to, namanya majikan ya seperti itu to, lagi pula kami disini dari sejak Tuan Danil masih kecil, kami sudah sangat paham dengan kondisi Tuan Danil, Tapi jujur Kami senang kini Tuan Danil bisa tersenyum setelah menikah dengan nyonya."

"Memangnya Mas Danil tidak pernah tersenyum? Sulit dipercaya orang sejahil kamu ga bisa senyum."

"Itukan cuma sama nyonya."

Mendengar itu Danil hanya tersenyum kecil, dalam hatinya bersyukur Allah mempertemukan dia dengan Jelita kembali.

"Terimakasih Pak Sapto, Mbok Rahmi saya yakin ini juga berkat doa kalian berdua."

"Sama-sama Tuan."

Danil beranjak dari duduknya dan mengandeng tangan Jelita, menautkan jari jemari dengan erat, berjalan beriringan menaiki tangga dan akhirnya sampai di kamar mereka.

Suasana malam yang begitu tenang, kemerlip bintang dan sinar bulan yang teduh adalah perpaduan yang luar biasa untuk sebuah keindahan. Wajah ayu bertambah berkali lipat semakin ayu karena terpaan sinar rembulan. Danil tak henti memandang wajah itu, wajah yang selalu menganggu pikirannya, wajah yang membuat dia begitu frustasi karena kebodohan yang dia lakukan padanya tempo dulu, wajah gadis kecil yang menjadi cinta pertama Danil yang membuat dia berubah 360 derajat menjadi seorang gay, dan wajah gadis dewasa yang membuatnya juga berubah 360 derajat kembali menjadi lelaki sesungguhnya.

"Jelita."

"Hm." Jelita menoleh

"Apa dulu kau membenciku?"

"Sangat.. Aku sangat membencimu, bahkan tidak cuma aku, bahkan Rey sangat membencimu, saat dia tahu aku harus menikah denganmu, dia sangat marah, dia memilih pergi keluar kota saat pernikahan kita, dari pada harus menghadiri pernikahan kita."

"Apa sekarang Rey masih membenciku?"

"Mungkin tidak, dia orang yang baik, dia begitu mudah memaafkan orang walaupun dia sering bertindak konyol, tapi aku menyayanginya, dia selalu mendukungku dan mempercayaiku." Jawab Jelita dengan senyum yang mengembang itu tak luput dari pengamatan Danil.

"Untung saja kau dan dia saudara sepersusuan."

"Kalau tidak memangnya kenapa?"

"Aku takut kalian saling jatuh cinta, dan kau tak kan bersamaku, karena aku yakin kau akan memilih dia dari pada aku yang jahat ini."

"Kau memang jahat." Jelita menjeda kata-katanya.

"Tapi itu dulu." lanjut Jelita sebeJelita lum Danil mengeluarkan kata-kata. Danil tersenyum, dan menarik Jelita agar berdiri lebih dekat dengannya.

"Maafkan aku."

"Ehm."

"Maafkan aku."

"He eh."

"Kog jawabnya cuma gitu sih, kayak ga ikhlas banget."

"Iya, mas Danil."

"Iya apa?"

"Iya aku maafin."

"Nah gitu dong."

"Ih Mas Danil, Ikhlas itu ga perlu di ucapin, cukup aku dan Allah yang tahu ikhlasku."

"Ya deh, Sholehaku.."

"Eh.."

"Lha emang iyakan, sholeha ini istrinya Danil Mahendra." Kata Danil sambil jarinya mengusap lembut pipi Jelita.

"Udah ah, Jelita mau tidur." Jelita membalikkan badannya hendak melangkah meninggalkan Danil yang masih berdiri di balkon.

"Ga ngajakin nih?"

Jelita kembali menatap Danil.

"Mari kita bobok Mas Danil.." Kata Jelita sambil memainkan matanya berkedip-kedip seperti boneka yang kehabisan batre. Danil tertawa melihat kelucuan Jelita, kemudian melangkah mendahului Jelita dan..

"Aww.. Sakit." Danil mencubit hidung Jelita gemas, sedang Jelita berjalan mengikuti Danil sambil mengelus hidungnya yang menjadi korban kegemasan Danil.

Puk Puk.. Danil menepuk kasur di sampingnya menyuruh Jelita untuk segera naik ke atas ranjang.

"Sini jangan jauh-jauh."

Jelita menggeser badannya lebih dekat dengan Danil.

"Surga kamu tuh disini bukan disitu."

"Iya."

"Kog tidurnya ngadepnya kesana? Ga boleh lo tidur membelakangi suami."

Jelita berbalik menghadap Danil, dan kesempatan itu tak disia-sia kan oleh Danil, langsung saja dia peluk tubuh mungil dihadapannya, mengecup keningnya berulang-ulang. Dan jangan lupakan kaki Danil yang membelit tubuh Jelita seperi membelit guling. Diam, dan pejamkan mata. itu yang dilakukan oleh Jelita, tanpa Danil ketahui Jelita masih punya sedikit trauma jika ingat perkosaan yang dilakukan Danil dulu padanya, tapi sebisa mungkin dia mencoba untuk tetap tenang di hadapan Danil.

Danil memandangi wajah Jelita yang sudah terpejam, menyingkap rambut yang menutupi wajahnya, membelai wajah Jelita, dan mencium bibir ranum yang tersaji dihadapannya, ciuman yang biasa berubah menjadi luar biasa ketika Jelita tanpa sadar ikut terbuai dalam ciuman itu dan berujung saling membelitkan lidah masing-masing seperti takut jika terlepas. Ciuman Danil semakin menggila dan merayap ke leher Jelita yang menggeliat merasakan sensasi yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Tangan Danil dengan terampil telah melepas kancing atas dan kedua piyama yang dikenakan Jelita, namun saat ciuman Danil sampai di dadanya. Jelita berteriak histeris.

"Jangan!! Jangan Mas Danil.!!" Seketika Danil menjadi panik, dan berusaha menenangkan Jelita.

"Jelita..maafkan aku, Jelita buka matamu.. aku tak akan mengulanginya lagi jika kamu tidak menginginkannya. Jelita maafkan aku, aku mohon bukalah matamu." Jelita masih meringkuk ketakutan di pelukan Danil, dan perlahan Jelita mulai tenang, dia mulai mengatur nafasnya. Dan terdengar isakan kecil dari bibir Jelita, Danil memeluk tubuh mungil itu dengan erat berkali-kali dia mencium kening Jelita, berharap Jelita bisa lebih tenang.

"Maafkan aku Jelita, sampai seperti ini akibat dari perbuatanku padamu, Maafkan aku sayang."

Jelita membalas pelukan Danil.

"Jelita juga minta maaf, belum bisa melakukan kewajiban seorang istri. Maafkan Jelita."

"Itu semua karena aku, kamu tidak salah Jelita, andai saja aku tidak melakukan hal itu dulu padamu, kau tidak akan trauma seperti ini."

Hati Danil bagai tersayat melihat kenyataan dari hasil perbuatannya pada Jelita, ingin menyesalpun sudah tidak mungkin, Danil beristighfar berulang kali untuk meringankan penyesalannya.

"Tidurlah, aku janji hanya akan memelukmu." Jelita mengangguk, dan mulai memejamkan matanya. Sedangkan Danil masih beristighfar sampai tak terasa dia ikut terlelap sambil memeluk tubuh mungil Jelita.