Chereads / JERITAN HATI SANG KUNTILANAK / Chapter 10 - 10. Masakan Sang Kuntilanak

Chapter 10 - 10. Masakan Sang Kuntilanak

Aku memilih untuk menenangkan diri dengan cara duduk bersandar ke dinding. Aku masih shock.

Lidahku kelu, jantung berdebar tidak tenang. Pertanda apa ini? Kenapa lelaki di luar itu begitu familiar?

Tidak!

Tidak mungkin itu aku!

Tapi kenapa wajahnya begitu mirip? Aku seolah-olah melihat diriku sendiri di sosoknya yang terlihat sederhana, tapi mengandung kharisma yang pastinya membuat kaum hawa klepek-klepek sesak napas kalau berhadapan secara langsung dengannya.

"Kikikikikik!"

Aku sontak terkejut mendengar kikikan di sebelah kananku. "Rara?" Ya Tuhan, nyawaku kembali penuh begitu melihat kuntilanak cantik itu muncul secara tiba-tiba di sampingku. "Ke mana saja kamu?"

"Hikhikhik. Kangen, ya?" Rara tertawa panjang, sosoknya merayap naik ke atas langit-langit. Hobi benar dia bergelantungan kayak beruk di sana.

"GR banget. Siapa juga yang kangen? Aku hanya tidak ingin kamu tinggalkan di sini." Aku membuang muka karena Rara mengubah kembali wajahnya menjadi begitu buruk rupa.

"Aku barusan pergi boker. Mulas banget ini perut. Mungkin kebanyakan makan jambu air di pohon sebelah." Sembari meraut rambut panjangnya, Kuntilanak itu tertawa terkikik-kikik.

Apa yang Rara sampaikan tentu saja sulit dipercaya. Sejak kapan ada mahkluk halus itu buang air besar? Aneh-aneh saja kelakuan Kuntilanak satu ini.

"Kamu bohong, ya? Sejak kapan setan buang air besar dan makan jambu air? Jangan bodohi aku, deh! Aku ini smart people! Lulusan Universitas Terkemuka Di Azkaban!"

Mendengar ucapanku, Rara melesat kencang ke arahku. Tentu saja gerakannya yang tiba-tiba itu membuatku terkejut. Aku sampai terlonjak dari dudukku.

"AZKABAN?" Matanya yang merah darah itu melotot dan mengambang di udara.

Aku mengangguk. Ngeri banget melihat mata tersebut sekarang berputar-putar mengelilingiku. Jangan sampai selepas ini bibirnya yang melayang-layang. Lama-lama kepandaiannya semakin aneh-aneh saja.

"Di mana itu Azkaban?" Matanya kembali melesat ke rongganya. Wajahnya pun berubah cantik kembali. Dia duduk di sampingku.

"Azkaban itu negerinya penyihir. Banyak penyihir jahat di sana. Kamu enggak bakalan kuat berada di tempat itu."

Rara mengernyitkan jidat. "Kamu meremehkanku. Jangankan sihir, santet pun aku bisa."

Aku memutar mata malas. "Gini aja, deh! Kalau kamu memang lebih hebat dari para penyihir itu, coba sediakan makanan enak di sini. Buktikan kalau kamu itu memang setan yang paling hebat dari segala setan di alam raya ini."

"Oh, kamu nantangin aku! Jangankan makanan, chef-nya pun aku hadirkan untukmu di sini!" Rara terlihat sangat bernafsu ingin membuktikan kehebatannya.

Dia berdiri di depanku. Tangannya terangkat ke atas lalu disejajarkan dengan dada. Mulutnya komat-kamit.

Tidak berapa lama, tubuhnya diselubungi asap kemerahan. Lalu ruangan kamar ini seperti disambar kilat.

Mataku silau oleh cahaya yang terang benderang. Begitu cahaya tersebut lenyap, aku melengak kaget.

Di depanku ada sebuah meja penuh dengan makanan lezat penggugah selera. Namun, bukan itu yang membuatku takjub. Melainkan sesosok perempuan cantik yang berdiri kebingungan lalu menjerit ketika melihatku.

"Siapa kamu?" Tangannya yang memegang pisau terulur. Aku tidak sanggup menjawab karena dia yang ada di depanku saat ini bukan lain adalah Chef Renata!

Mulutku ternganga, "Chef Renata? Kok, bisa ada di sini?" Kali ini aku benar-benar takjub. Aku berdiri dan mendekati perempuan cantik tersebut.

"Jangan mendekat! Atau aku akan tusuk kamu dengan pisau ini!"

Mendengar ancamannya aku pun berhenti melangkah. "Tenang, Chef. Ini semua ulahnya Rara. Sebentar, aku akan panggil dia dan suruh mengembalikan Chef kembali ke tahun 2020."

Chef Renata masih bingung dan wajahnya mulai hampir menangis. Di langit-langit kamar Rara nampak tersenyum meremehkan. Aku memberi kode agar dia mengembalikan perempuan impian pria ini kembali ke masa depan.

Tidak tunggu lama Rara menjulurkan lidahnya. Kembali aku dibuat ngeri. Itu lidah panjang banget. Namun lebih ngeri lagi ketika lidah tersebut mulai membelit Chef Renata mulai dari kepala sampai ke kaki. Lalu, hap!

Sosok Renata lenyap ditelan bulat-bulat oleh Kuntilanak Merah. Masih kudengar sisa-sisa jeritan wanita yang pintar masak tersebut.

Sesaat suana menjadi hening. Aku masih shock. "Apakah dia mati?" tanyaku dengan suara bergetar.

"Enggaklah! Dia sudah kembali lagi ke alamnya. Btw, Monggo dimakan! Aku sadar satu hal, kamu kelaparan 'kan? Terus mengerjaiku agar bisa makan enak? Dasar manusia culas!" Rara melayang turun dan duduk di depanku.   Di depan kami aroma masakan menggugah selera.

Tanpa banyak bicara kami pun makan dengan lahap.