_________________×_________________
÷ BAM EDISON
Apa yang kau ekspetasikan dari seorang kekasih? Apakah berwajah tampan? Berbadan atletis? Atau memiliki kumis tipis? Atau seseorang yang selalu ada disamping kita? Ya, akupun menginginkan hal yang sama.
Meski sebenarnya semua itu terwujudkan di diriku sendiri. Beberapa gadis di tempat kampusku berkata aku tampan, dan fisikku proposional. Bahkan beberapa dari mereka ada yang membuat kumpulan fanbase tentang diriku. Ya... aku bahkan tidak tau fungsi dan untungnya untuk diriku.
Terkadang gadis - gadis itu sering sekali mereply postingan instagram, dan mengirimkan komen - komen kalau mereka menyukaiku. Bahkan, pernah suatu ketika seorang gadis yang entar dari fakultas apa dia menembaku secara lantang di depan umum, dan parahnya lagi... aku tidak mengenalnya.
Jika kau berpikir kalau dikampus aku bergabung dengan geng atau kumpulan anak hits, itu salah. Aku hanya memiliki dua teman dekat, dan hanya mereka yang selalu kubawa kemana mana. Baik saat aku shooting, pergi berolahraga, atau bercerita segala hal kekonyolan satu sama lain.
Tapi kembali lagi, kalau ekspetasi itu sepertinya susah untuk aku dapatkan.
"Bam, Sudah tidur?"
Ah.. sepertinya Ibuku memanggil.
"Krab ma..." kataku sambil membereskan meja belajarku.
Ibuku kemudian masuk, ternyata ia membawakan cokelat panas. Tahu saja kalau sekarang aku kedinginan karena diluar sedang hujan.
"Mama kira sudah tidur," ujar ibuku sambil menyentuh pundakku.
"Belum ma, aku baru saja selesai mengerjakan tugas kampus. Apa ini?" Tanyaku saat ibu menaruh cokelat panas itu di meja belajarku.
Ibuku hanya tersenyum, dan mencubit pipiku yang tidak chubby sama sekali. Kemudian ia mengambil buku dari rak buku miliku. Itu sebuah buku diary lamaku. Tapi aku sudah lama tidak pernah melihat buku itu, mungkin aku terlalu sibuk.
"Ma... kenapa malah mengambil buku diaryku?" Kataku sambil berbalik dari dudukku di kursi.
Ibuku malah membuka buku itu dan membaca beberapa halaman, "Sudah minum saja cokelatnya, mama ingin melihat seberapa bagus tulisanmu waktu masih smp."
Karena aku bukanlah tipe orang yang menulis aneh aneh di buku diary, jadi kubiarkan ibuku membacanya.
Ah... enaknya cokelat saat hujan - hujan begini. Sepertinya jika ditambahkan dengan cookies akan enak.
"Ma... dimana mama letakan kue kering yang kemarin aku beli?" Tanyaku sambil berjalan menuju dapur yang tidak terlalu jauh dari kamarku.
"Di dalam lemari es." Balas ibuku dari kejauhan.
Setelah kutemukan, kemudian aku bawa cookies itu ke dalam kamar sambil memakannya.
"Bam, Siapa itu Tobby?" Tanya ibuku tiba - tiba.
"Tobby?" Tanyaku bingung.
Sepertinya aku mengenal nama ini, tapi aku lupa dengan sosoknya.
"Apa dia mantan pacarmu, Bam? Mama kira kau tidak pernah pacaran dengan lelaki manapun... hm... ternyata anak mama menyukai seseorang ha ha. Ayo ceritakan siapa dia?" tanya ibuku, sepertinya ia semakin penasaran.
Tobby... ah aku lupa.
"Boleh aku lihat ma bukunya?" Kataku meminta buku itu.
Kemudian aku membaca buku itu dengan seksama.
'Tobby, kalau boleh jujur... kamu itu tampan.'
'Tobby, kamu tau tidak? Aku Yakin tidak. Aku menyukaimu.'
'Tobby, hari ini ulang tahunku yang ke 17. Kenapa kamu tidak datang?'
'Tobby, kenapa kau menghilang? Apa kau marah?'
Sebenarnya apa yang terjadi dulu? Tepatnya 10 tahun yang lalu. Siapa sebenarnya tobby? Kenapa aku bisa menyukainya?
"Ma... siapa itu Tobby?" Tanyaku penuh tanya.
Sumpah ini aku gak tau!
Ibuku mendekat dan memegang bahu kursi yang aku duduki, "Cingdi? (Benarkah) bukannya itu mantan kamu, Bam."
"Ma... aku lupa, mungkin karena kecelakaan waktu itu. Bisa saja ini jadi penyebabnya. Jadi aku lupa siapa dia." Timpalku. Ya semenjak kecelakaan waktu itu aku sedikit kehilangan memori memori saat aku masih di smp.
Ibuku hanya mengelus kepalaku, dan mencium rambutku. "Yasudah, tidur saja kalau begitu. Ini sudah larut malam."
"Krab Ma," kemudian aku meminum kembali cokelat panas itu. "Dan terimakasih cokelatnya ma." Ujarku sambil tersenyum.
Sebelum ibuku keluar dari kamar ia sempat berhenti di pintu dan melihatku sebentar, "Yasudah, Mama tidur dulu. Nanti pasti lama kelamaan ingatanmu akan memulih, dan kau akan ingat mantanmu yang tampan itu. Apalagi sekarang usiamu sudah 25 tahun, pasti kau tau solusinya."
Astaga, ibuku meledek tulisanku.
"Ma..." rengeku dengan sedikit kesal.
"Mama hanya bercanda ha ha." Balas ibuku kemudian meninggalkan kamar.
Tapi memangnya siapa dia? Ah yasudahlah, kalaupun dia orang penting nanti aku pasti ingat. Aku yakin, aku akan bisa menemukan siapa sebenarnya Tobby ini.
Meski waktu sebetulnya sudah menunjukan jam 12.00 malam, tapi aku belum merasa ngantuk sama sekali. Tapi besok aku ada kelas pagi, mungkin mendengarkan musik akan membuatku mengantuk.
Lagu ### dari ##### ternyata belum cukup membuatku mengantuk. Hm...
Sudah kuputuskan!
Aku akan menonton bl drama.
"Mungkin aku harus melanjutkan film love by chance yang baru aku download beberapa hari lalu." Kataku sambil merogok tas Macbook air yang sengaja aku letakan di dekat kasur.
Aku sangat suka dengan film ini. Baru beberapa menit saja aku menonton, sudah bisa membuatku merasa terbawa dengan suasana filmnya.
Andai saja aku memiliki pacar seperti pacarnya cantalope, dingin tapi sangat protektif dan menggemaskan. Mereka itu pasangan yang serasi dalam film.
Saat aku sedang menonton, dan menaruh cokelat panas di atas meja, aku merasa ada sesuatu yang hangat mulai menempel di punggungku. Ah mungkin ini efek aku meminum cokelat.
"Sudah kuduga kau pasti menyukainya cantalope ha ha." Kataku ketika melihat ekspresi aktor di film.
"Bagaimana denganku?" Suara itu.. tiba tiba aku mendapati tangan yang sedang memeluk leherku.
Tangan ini memeluk leherku, dan sontak aku berbalik kaget.
"Siapa kamu!"
Astaga, siapa laki laki tampan yang berani masuk ke kamarku ini. Matanya sangat indah, bisa kulihat dengan jelas. Dia memiliki bulu mata yang sangat lentik, dan senyumannya merekah. Badannya tegap dan sangatlah sexy.
Apa dia seorang malaikat? Kenapa dia begitu sempurna. Ah tapi itu tidak penting. Bagaimana dia bisa ada di dalam kamarku!
"Apa kamu lupa denganku, Bam?" Tanya pria yang sama sekali aku tidak kenal namanya.
Dengan beraninya dia mengelus wajahku dan mengelus rambutku. "Memangnya kamu siapa? Dan kenapa kamu berani beraninya masuk ke kamarku!"
"Mungkin ini bisa membuatmu kembali ingat," dengan cepat ia menggenggam tanganku.
Sepertinya aku sedang bermimpi, aku sekarang entah berada dimana. Dia membawaku dalam hitungan detik, aku yakin aku tidak berkedip sedikitpun tadi.
Tempat ini jelas sangatlah indah, di penuhi dengan bunga soba yang sedang bermekaran. Yang paling membuatku tidak habis pikir adalah salju salju yang turun dengan lembut menyentuh tanganku dengan dinginnya.
"Apa kamu sudah ingat sekarang?" Pria ini kembali menyantuh wajahku, bahkan sekarang dengan kedua tangannya.
"Siapa kamu sebenarnya! Jawablah dengan jujur!" Tanyaku dengan sedikit membentak. Pria itu hanya tersenyum.
Jujur saja itu membuatnya terlihat sangat manis. Apalagi... ia mengenakan setelan tuxedo hitam yang sangat mengetat dengan indah di badannya yang sexy. Ini membuatku menelan ludah untuk beberapa detik.
"Aku adalah jawaban dari tulisan yang kamu tulis," Jawabnya sambil tersenyum dan menyentuh pinggangku. "Adalah imajinasi yang 10 tahun lalu selalu menemanimu sejak kau kecil dan baru kau sadari saat kau berinjak dewasa," sambungnya.
"Ngaco ini orang." Jawabku dengan ketus.
Sepertinya aku harus meninggalkan orang ini, dia sepertinya gila. Kemudian aku berjalan dengan kesal dengan cepat.
"Astaga," ucapku kaget.
Tapi dia malah berada di depanku sekarang. Jadi dia seorang goblin? Atau malaikat? Kenapa bisa berpindah tempat dengan cepat.
"Aku adalah isi dari semua tulisan diarymu, adalah seseorang yang kau ingin jadikan sosok nyata."
"Siya! Cepatlah jangan berlama lama, sebutkan saja siapa namamu sebenarnya dan pulangkan aku kerumah!"
Cup
Astaga! Bibir perjakaku. Aku sangat shock, ini tidak diduga sama sekali. Mama, maafkan aku dicium oleh seseorang yang aku sama sekali tak kenal. Aku akan menjadi bitsu setelah semua kebodohan ini berlalu.
"Alainia! (Apalagi sih) kenapa menciumku."
"Akulah Tobby itu, Bam Edison."
---
÷ BAM EDISON
Aku akan menjadi bitsu setelah semua kebodohan ini berlalu.
"Alainia! (Apalagi sih) kenapa menciumku." Kataku setelah sadar dari ciuman yang membuatku membisu beberapa detik.
"Akulah Tobby itu, Bam Edison." Ungkapnya, dia tetap santai seolah ini adalah kebenarannya. Mungkin.
Dia Tobby? Benarkah? Tapi kalaupun dia benar Tobby... Ah banyak sekali pertanyaan di otakku yang mulai bermunculan.
"Oke - oke... Kalaupun kamu Tobby apa yang membuatmu datang? Aku baca di buku diaryku sebelumnya, bukankah kau meninggalkanku? Jahat sekali." Balasku dengan ketus.
Ya... Setelah ibu keluar dari kamar saat itu, aku membaca hampir semua catatanku di buku diary itu. Tepat sebelum aku menonton film - film.
"Aku tidak meninggalkanmu, aku hanya menuruti permintaanmu dan perkataanmu. Kau ingat?" Jawab Tobby.
Entahlah... aku tidak percaya saat itu.
"Kalaupun kau adalah Tobby atau mahluk astral sekalipun, bukannya seharusnya kau tau kalau aku ini pernah mengalami kecelakaan mobil. Jadi bagaimana caranya aku bisa ingat. Haduh, kau ini..." ucapku dengan geram.
Sayangnya saat itu cuaca sedang turun salju, ah menyebalkan. Bagaimana mungkin aku bisa berada di tempat yang akupun tak tau dimana ini.
Udaranya dingin sekali, aku bisa merasakan hawa dingin saat itu menyelimuti seluruh tubuhku. Ini bukan hanya menusuk tulang, tapi perasaanku juga. Perasaan yang mulai bingung dengan keadaan saat ini.
Saat itu yang aku bisa lakukan hanya melipat tanganku, dan setelahnya hanya menggosok - gosok telapak tanganku bergantian. Dan kenapa orang bodoh ini membawaku keluar rumah disaat aku hanya memakai piama tidur. Kenapa dia tidak menyuruhku memakai jaket atau sweater.
"Apa kau kedinginan Bam?" Katanya melihatku sedikit hawatir.
"BODOH." ketusku berjalan entah akupun tak tau arahnya kemana. Semuanya dipenuhi dengan bunga soba, ladang bunga ini sungguh luas.
Aku berjalan dengan cepat, meninggalkan sibodoh itu. Ya aku hanya berharap ini semua hanya mimpi.
"Ah! Kenapa aku hanya memakai piama, dan kenapa harus turun salju dan semakin dingin!" Aku terus menggerutu tak henti henti.
Tiba tiba salju itu berhenti setelah ucapan terakhirku, astaga. Apa aku barusan telah mengutuk pada tuhan? Bagus sekarang aku menjadi manusia berdosa.
Ternyata bukan hanya saljunya yang berhenti, tapi sepertinya waktunya pun ikut berhenti. Kupu kupu di sekitarku berhenti bergerak, tapat di posisi mereka berterbangan. Ini mulai menakutkan, sungguh.
Dan sebuah cahaya kebiruan sekelibat berhenti dihadapanku, membuatku kaget dan takut.
Apakah dia benar benar hantu? Pikiranku kembali kacau.
"Shiyaa, trik sulap apa lagi ini?" Diriku hanya kaget, mungkin lebih tepatnya shock dengan kejadian hari ini.
Tobby berjalan dengan gagah ke arahku, itu pasti berkat tuxedo yang ia pakai. Ya, dia hanya memakaikanku jaket bulu yang lumayan tebal ini. Mungkin lebih tepatnya ini adalah mantel.
Tanpa basa - basi ya aku pakai. Karena aku juga sebenarnya membutuhkannya. Daripada aku harus mati terkena hipotermia.
"Mari kita pulang," ajaknya merangkul pundakku.
"Ai sat!" Kataku sambil melepaskan rangkulannya. "Siapa yang menyuruhmu membawaku kesini? Aku tidak mau pulang. Aku ingin berlama - lama disini." Aku langsung mengeluarkan ponselku dari saku celanaku.
Laki - laki yang mengaku sebagai Tobby ini mengecek kembali suhu tubuhku. Dia menyentuh kembali keningku.
"Kau kedinginan ayolah, kau bisa sakit. Tanganmu dingin sekali." Ujar Tobby, kemudian dia menarik kedua telapak tanganku. Di dekatkannya dengan bibirnya, apakah dia akan mencium tanganku?
"Hey, jangan cium tanganku bodoh!" Kataku meleray, dia memang sangat gila.
Ternyata dia meniup kedua telapak tanganku yang menyatu, ya ini membuatku terasa hangat untuk beberapa saat. Sungguh terasa canggung untukku.
Tapi aku tau ini hanya modus, aku harus beralih. I know what i must to do.
"Ai shiya!" Kataku sambil melepaskan tangannya. "Ini indah sekali. Sebentar aku ingin berfoto. Kau ingin ikut?" Ajakku sambil mengeluarkan iphoneku.
Ya, sebenarnya aku hanya ingin berfoto sendiri. Tapi kasian juga jika dia tidak ikut, toh dia yang membawaku kesini. Kapanlagi aku bisa berpergian ke daerah seindah ini. Mungkin ini di korea.
Tapi tunggu, bagaimana kalau wajahnya tidak ada di foto? Tapikan dia memang hantu, mahluk astral lebih sopannya.
Tanpa menunggu lama aku langsung mengambil beberapa gambar.
"Chirs" kataku dengan ceria, ya dia ikut senyum juga.
Aku yakin di kamera pasti tidak ada wujudnya. Aku langsung membuka handphoneku ini.
"Loh, kenapa wajahmu ada difoto? Bukannya hantu tidak bisa ada di foto?"
"Aku bukan hantu," tepisnya. Ia langsung menggenggam tanganku.
"Lantas kau itu apa? Goblin? Drakula? Werewolf? Atau Peri? Atau semacamnya?" Tanyaku berbicara dengan cepat dan menyolot.
Kemudian dia kembali mendekati wajahku, "Tidak ada mahluk semacam itu, aku ini manusia sama sepertimu. Manusia yang memiliki kekuatan lebih, dan menyukai dirimu. Dan aku ada, karena semua cerita yang kau tulis itu."
"Benarkah? Aku masih tidak percaya." Aku tetap menyangkal semua omongannya itu.
Tobby membawaku kembali berjalan, dia terlihat serius sekarang. Pria yang badannya tidak lebih besar dariku ini ternyata cukup kuat menahan tarikan tanganku. Sebenarnya dia cukup atletis.
Aku melihat ke arah pundaknya yang lebar itu, ya disana terlihat cahaya biru seperti api menyala - nyala. Kata orang goblin selalu memiliki wujud seperti ini. Tapi dia menyangkal semuanya itu.
"Kau goblin? Aku melihat kau memiliki cahaya biru menyala di punggungmu, apa itu api?" Tanyaku penasaran.
"Bukan, sudah kubilang." Jawabnya halus.
Kemudian dia berbalik dan menatapku tajam. Untung saja di detik itu aku masih bisa menelan ludahku kembali, karena kalau mulutku kembali bicara... sepertinya aku akan dimakan.
"Sudahlah ayo kita pulang," katanya memerintahku.
Tobby mengedipkan dan menghirup nafas dengan panjang. Salju itu tiba tiba berhenti berjatuhan, dan waktu kembali berjalan. Shiya, ini sangat luar biasa.
"Kau yang mengajakku, lagian saljunya sudah kau hentikan. Kau yang menghentikan, kan?" timpalku dengan sedikit menyolot. "Hei tunggu dulu... bunga apa itu cantik sekali?"
Saat itu aku melihat bunga yang sangat indah diantara banyaknya bunga soba ini. Kemudian aku berlari melapaskan si bajingan ini, dan aku langsung memetik bunga yang berada di depanku itu.
"Hei jangan disentuh!" Teriaknya.
Aku tidak mendengarkannya, dan langsung memetik bunga yang tampaknya baru mekar.
"Hei ini hanya bunga! Tidak usah berlebihan." Kataku membalas teriakannya itu, dan kemudian aku menghirup bunga yang tercium sangat wangi ini.
Wajah Tobby menjadi hawatir, dan langsung berlari menujuku.
Tapi aku sepertinya kehilangan kesadaranku saat itu juga. Pandanganku menjadi sangat rabun, dan sepertinya aku terjatuh.
"Bam!"
"Bam! Sadarlah!"
Ya... aku hanya mendengar suara Tobby memanggil - manggil namaku.
-
"Hei Tod, apa dia sudah bangun?"
"Oih... dia masih saja tertidur dari tadi."
Ah aku tahu suara - suara berisik ini. Mereka pasti temanku. Memangnya hari apa ini, bukankah hari minggu. Kenapa mereka datang sepagi ini kerumahku.
"Bagaimana kalau kita siram dengan air ini saja,"
Sial, mereka akan menyiramku. Sebaiknya aku lanjutkan tidurku, supaya mereka percaya kalau aku masih tertidur pulas.
"Aku punya ide yang lebih bagus dari itu."
Sudah kuduga, mereka tidak akan memakai cara lama itu. Karena aku tidak akan pernah bangun ha ha.
Semuanya menjadi hening, setelah Tod berkata ia punya ide untuk membangunkanku. Apa mereka sudah keluar?
"Shiyaaa! Ai'Tod Ai'Yong apa yang kalian lakukan? Ini sangat asin..." Umpatku saat kusadari bibirku ternyata dilumuri garam.
"Kau tidak akan ke kampus? Ini sudah hampir jam 9 pagi ha ha," ucap Yong. Dia terlihat sangat puas melihatku kesusahan membersihkan garam dari bibirku ini.
"Kalian sangat menyebalkan!" Kataku sambil berdiri.
"Oih Bam, kau tertidur dengan tuxedo? Apa kau semalam mabuk dan langsung tertidur dikasur." Tanya Tod yang kemudian memperhatikan ke arahku, diikuti Yong.
"Tuxedo apa?"
"Itu yang kau pakai, bodoh." Ujar Yong. Aku kemudian menyadari, dan melihat bagaimana aku bi...sa. Ini pasti Tuxedo milik Tobby. Aku kira semalam itu hanya mimpi.
"Shiyaaa! Aku kira tadi malam itu mimpi. Tapi dia benar benar membawaku pulang?" Kataku berbicara sendiri memandangi tuxedo yang ku pakai. Bukannya aku tadi malam memakai mantel?
Lalu kemana anak itu setelah mengantarkanku pulang kerumah? Dan bukannya aku tadi malam pingsan?
Teman - temanku hanya memperhatikanku aneh dan penuh tanya.
"Apa yang sedang kau bicarakan ini, Bam?" Tanya Tod.
"Mungkin dia masih mabuk, Ai'Tod." Kata Yong dengan sedikit bingung, "Tapi dia tidak sedang sakit juga." Kemudian dia mengecek keningku.
Kemudian meleka melompat ke atas kasurku, "Hei Ai'Bam, tolong jelaskan pada kami apa yang terjadi semalam. Sepertinya ini menarik." Kata Yong.
"Tapi kalian tidak akan memberitahukan ini kepada siapa - siapakan?" Kataku sambil melirik ke arah mereka berdua bergantian.
Tentu saja mereka terlihat sangat begitu penasaran, kenapa tidak. Mereka sangat menunggu apa yang akan aku ucapkan.
"Semalam..." kataku mengatakan dengan perlahan.
Yong terlihat sangat tidak sabar. Dia memajukan kepalanya.
"Apa yang terjadi?"
Kemudian aku mulai melanjutkan kata - kataku.
"Tadi malam...."
Tod kemudian menggeser Yong terlalu dekat dengan ku.
"Krab, apa yang terjadi Ai'Bam?"
"Aku..."
Yong kembali mendorong Tod yang merebut tempat duduknya. Ya mereka terlihat sangat amat penasaran.
Apa jangan - jangan mereka mengenali Tobby? Sebaiknya aku tanyakan saja. Mungkin ini bisa menjawab pertanyaanku.
Tod mulai geram karena aku belum mengatakannya juga.
"Oih, cepat katakan." Ujar Tod Kesal.
"Seseorang telah..." Kataku menyambung ucapan.
"Telah apa? Ai'Bam katakan dengan jelas atau ku ketok kepalamu" ujar Yong yang semakin menjadi jadi.
Baiklah, akan aku katakan.
"Apa kalian mengenal Tobby?" Kataku dengan cepat.
"SHIYAAA!!!" Ucap mereka serempak.
"Tentu saja kami mengenalnya, bodoh!" Ujar Tod, dia terlihat kaget dengan apa yang ku katakan barusan.
"Aku kira dia mati." Kata Yong ikut menanggapi.
Tod menoel kepala Yong kemudian, "Ai'Yong... dia itu mahluk aneh kau lupa?"
"Oh iya benar." Kata Yong sambil menggaruk kepalanya.
Tod melirik leherku dan menyidiknya dengan cepat, "Ai'Bam.. apa dia tadi malam mengigit lehermu? Maksudku.. e... sejak kapan tanda ini ada dilehermu?"
"Tanda apa?" Tanda apalagi yang ia maksud.
"Aku juga bisa melihatnya dengan jelas dari sini, itu sedikit bercahaya. Ya warnanya sedikit kemerahan, tapi berbentuk seperti kelopak?" Ujar Yong, ia mengambilkan cermin yang ada di dekat meja belajarku. "Lihatlah, ini aneh bukan?" Sambung Yong.
"Kenapa tanda ini, mirip seperti kau di ... ya kau tau... mmmh... seperti itu." Tod mulai meledekku dengan candaannya yang cukup gila itu.
"Ai'Tod... ini tidak lucu." Balasku.
Tapi Yong dan Tod hanya mentertawakanku. Ya kalau dipikir pikir memang tanda yang mirip seperti kelopak ini... kalau dari jauh akan seperti... ya kau tahu... seperti itu.
'Ting
Suara Handphone itu membuat kami semua berhenti berbicara, "Apa Hp mu berbunyi barusan?"
"Tidak, Hp ku sedang di charge. Coba lihat Hp kalian berdua, mungkin itu notif dari grup." Kata Yong.
Kemudian aku membuka pesan whatsappku,
"Shiyaaa!"
"Ada apa? Ai'Bam" tanya mereka berdua.
"Hari ini kita akan berlatih untuk lomba renang bulan depan, bagimana ini. Bagaimana kalau semua orang melihat tanda merah ini?" Ah gila saja. Kenapa bisa aku mendapatkan sebuah tanda merah, dan itu dileher. "Bagaimana cara menghapus tanda ini?" Sambungku dengan sangat kesal.
"Diaw (Tunggu) , bagaimana kalau kita tutupi dengan plaster. Mungkin ini akan membantu." Usul Yong.
"Dimana kotak P3k nya?" Tanya Tod. Aku menunjuk ke arah kulkas.
Kemudian mereka berdua mencoba mentutupi dari segala arah, namun yang terjadi malah ini membuatku terlihat sangat buruk.
"Ini sangat buruk, apa kau yakin akan percaya diri dengan plaster yang setebal ini?" Ungkap Tod setelah melihat hasil plasteran Yong.
"Mau bagaimana lagi, ini tidak akan hilang!" Ungkapku kesal.
Tiba tiba pintu terkunci dan gorden jendela tertutup rapat. Lampu dikamarkupun ikut mati, sontak mereka berdua menjerit. Layaknya lelaki jantan.
"Ai'Bam, apa kau sungguh memiliki peliharaan hantu?" Ujar Tod.
"Tidak Ai'Tod. Akupun tidak tahu bodoh." Jawabku dengan kesal. Ah ini sepertinya aku tahu, siapa yang akan datang.
"Ai'Bam apa kau sedang mengerjai kami?" Tanya Yong dengan ketakutan.
Mereka sudah seperti anak kecil dengan badan atletis yang ketakutan, mereka berdua memeluk kedua lenganku dengan kuat.
Dan cahaya biru itu muncul lagi, kali ini ia datang dengan Tuxedo putih dan gaya rambut yang sepertinya berbeda.
"Ai'Bam... dia..." ucap Yong gemetar.
"Ya tuhan, dia benar - benar masih hidup." Muka Tod benar benar sangat pias. Seperti mau mati.
"Bam, apa kau mendapatkan tanda merah itu?" Tobby berjalan beberapa langkah ke arah kasurku.
Kedua temanku kembali ketakutan, "Bisakah kau hilangkan efek dramatis ini? Api biru itu dan cahaya seolah ini film horor?"
"Oke maaf, aku hanya bercanda" kata Tobby dan kemudian menarikku berdiri.
Kedua temanku sekarang sudah tidak takut, mereka mulai bernafas layaknya manusia normal.
"Hei Tod, Hei Yong... apa kabar?" Tanya Tobby dengan senyuman manisnya.
Apa aku baru saja berkata manis?
"Kau masih mengingat kami?" Tanya Yong.
"Tentu, kaliankan sahabat Bam. Pasti aku ingat." balasnya dan kemudian menatap leherku.
Tentu saja aku langsung menutupi leherku ini, "Apa ini sakit?" Tanya Tobby.
Ia hendak menyentuh leherku, dan kemudian aku menepisnya. "Jelaskan dalam 1 menit ini sebenarnya apa? Karena aku harus bergegas ke kampus dengan mereka!"
"Itu karena kau menyentuh bunga itu, mungkin itu akan bercahaya saat malam hari atau diposisi gelap. Kau tidak akan merasakan sakit, mungkin hanya ngilu. Juga..." kata Tobby yang kemudian memotong bicaranya.
"Juga apa?" Tanyaku dengan kesal.
"Tidak, tidak apa - apa." Balas Tobby.
Yong kemudian berdiri dan memisahkan aku dan Tobby yang sedang berseteru. Mungkin hanya aku yang berseteru.
"Oke kalian berdua, sepertinya 2 menit lagi kita harus ke kampus. Karena kalau tidak, Bam tidak akan bisa mengikuti tes pemilihan lomba renang itu." Ujar Yong melirik aku dan Tobby.
"Beritahu saja apa yang harus aku lakukan agar ini bisa hilang." Kataku memaki Tobby.
"Tenanglah... untuk saat ini aku tidak tahu apa obatnya, ada cara lain yang bisa menghilangkan itu hanya saja aku yakin kau tak akan suka" Jawab Tobby dengan entengnya. Astaga anak ini.
"Kau..." ucapku geram. "Yasudah ayo kita pergi. Membuang waktu saja." Ajakku pada Yong dan Tod.
Kemudian aku melepaskan Tuxedo yang masih kukenakan? dan mengganti pakaianku di lemari dengan kaos putih. Kemudian aku mengambil tas dan handphoneku.
"Ayo kita berangkat! Kenapa kalian masih disitu." Kataku pada Yong dan Tod. Kemudian mereka mengikutiku.
Sebelum aku menutup pintu, Tobby mengucapkan sesuatu "Ap kau yakin ingin melakukannya saat ini? Aku sebenarnya tahu cara lain itu." Kata Tobby, ia masih berdiri di posisinya.
Aku tak mengiraukannya, aku menutup pintu itu. Tapi saat aku akan menguncinya, dan saat aku berbalik. Dia dihadapanku.
"Kau harus kucium!"
Cup
----
÷ BAM EDISON
"Kau harus kucium!"
Cup
Astaga! Brengsek... dia menciumku di depan kedua temanku. Mereka sontak membalikan badan, dan segera turun ke bawah, namun Ai'Yong berhenti sebentar.
"E... kami akan menunggu kalian dibawah, kalian bisa keluar jika sudah selesai." Kata yong sedikit canggung, dan mereka langsung kabur.
Tangan itu masih sibuk menangkup wajahku, dan Tobby sangat lihai menciumku. Aku terhanyut untuk beberapa saat. Ya, itu cukup manis. Seperti rasa bibir. Tapi aku harus bergegas ke sekolah, dan memberi anak ini sedikit pelajaran.
"Mh... kau ini brengsek!" Kataku saat melepaskan ciuman ini. Saat aku akan memberinya sedikit pelajaran di pipinya, entah kenapa dia seolah sudah siap. Hingga tanganku berhasil ditahannya. Picik.
"Aku tau kau akan memukul wajahku, tapi itu tidak akan berhasil." Ucapnya. Aku menjadi sedikit bingung.
Cup
Aku kembali kaget, ya bibir itu cukup kecil untuk menguasai benda kenyal ini.
Yas, aku harus menghentikan ini.
"E... sepertinya aku harus bergegas." Kemudian aku meninggalkannya sendiri.
Saat aku berada didepan pintu garasi, temanku sedang bergosip. Sudah kuduga.
"ohooo... kalian sedang bergosip." Kataku sambil tersenyum.
"Ai'Bam bagaimana kami tidak menggosipi kalian berdua, kalian melakukan..." aku langsung masuk ke mobil. "Ciuman di depan kami, hargailah kami yang jomblo ini.." Kemudian aku memasang sabuk pengaman. "Tapi, apa itu bekerja?" Ujar Tod.
"Ai'Tod lihatlah... tanda merah itu mengeluarkan cahaya." Ujar Yong, ya dia menunjuk-nunjuk sedikit tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Kemudian aku membukanya, ya antara ingin tahu dan penasaran kenapa benda ini bercahaya.
"Astaga, benda ini memudar." Kataku dengan senangnya.
"Wow, aku sedikit takjub." Ai'Tod terus membuat wajah menganga... seperti tidak percaya.
Yong kemudian memajukan kepalanya, ia mendekatkan matanya dari kursi tempat duduknya itu ke tanda merah ini. "Apakah ini yang disebut the power of love?" Ujarnya.
"Ya aku berpikiran seperti itu juga," balas Ai'Tod.
"Ayo kita ke sekolah." Ujarku. Kemudian aku memajukan mobilku.
-
2.00 PM
"Ah.. segar sekali." Ai'Yong meminum kembali air kelapa itu. Ini sudah buah ke dua.
Asal kau tau, kami saat ini sedang memakan es kelapa hijau. Tapi... ini seperti fan meeting. Kenapa? Karena semua wanita berbaris di depan meja tempat kami meminum es.
"P'Bam Kha.. boleh aku minta foto?" Kemudian aku mengiyakan permintaan gadis yang mana ketua fans club ku.
"Aaaaaaa! Aku berfoto dengan P'Bam!" Aku hanya memberikan senyuman pada mereka. Itu membuat mereka berteriak.
Ya, hanya beberapa dari mereka saja yang aku izinkan untuk berfoto. Kalau terlalu banyak, aku tidak mempunyai privasiku sendiri.
Kami bertiga memang sangat terkenal, dan aku bosan memberikan tanda tanganku. Tidak seperti Ai'Tod. Dia menyukai hal gila ini. Bahkan dia mencium pipi salah satu fansnya.
Kantin tempat renang ini, sekarang benar-benar mirip seperti stadion bola. Penuh, oleh wanita.
Namun... disaat aku membagikan tanda tanganku.
"Ai'Bam.. mobil siapa itu?" Tunjuk Ai'Tod. Aku menghentikan aksi tulis menulisku kemudian.
"Shiaaa... dia sangat tampan! Apa dia ingin menjadi sainganmu juga Ai'Bam?" Ujar Yong, pria itu berjalan menuju mejaku. Dia membuat semua wanita-wanita itu menjerit.
Kemudian ia membungkukan badannya, menopangkan kedua tangannya. Menatap wajahku cukup dekat.
"Aku menyukaimu," Shiyaa... siapa dia? Datang-datang berkata suka.
Sontak semua wanita di tempat ini menjerit. Begitu pula dengan kedua temanku, mereka memperlihatkan wajah penuh tanya.
"Siapa kau?" Tanyaku dengan sedikit sinis.
"Earth, 24 Tahun.. Mahasiswa Semester akhir dari fakultas seni dan design." Ujarnya.
"Aku tidak mengenalmu." Kataku sambil mengambil botol aqua yang ada di depanku.
"Jadi ini wajah aslimu... kau sangat cute, aku menyukaimu. Sangat!" Tegas Earth, ya dia mengelus wajahku kemudian.
"Hei berani sekali kau menyentuhnya!"
'Pletakkk
Ya, Tobby baru saja melempar botol mineral ke kepala Earth.
"Shiya... bagaimana dia bisa disini." ujar Tod. Dan aku sama kagetnya.
Tobby dengan cepatnya berjalan menghampiri Earth, dia menarik kerah itu sampai sampai kancing baju itu hampir terlepas.
"Siapa Kau!" Tanya Earth.
"Kau yang siapa?" Kata Tobby dengan geram dan menjatuhkan tubuh Earth kebawah.
"Tobby, kenapa kau bisa disini?" aku kemudian menarik lengannya.
Tapi sebelum aku menarik tangan itu, Tobby mau melayangkan tinjuan ke muka Earth.
Astaga, ini akan terjadi hal absurd dan memalukan. Aku harus mengentikannya.
'Bug
Sial, niatku menjadi pahlawan untuk menolong Earth malah membuatku tertinju oleh tangan Tobby.
-
"Ah... Tobby perlahan. Itu terlalu besar, cukup sempit untuk kau masukan." Lirihku, melihat dengan pandangan sedikit tidak jelas.
"Maaf," ia mengecup bibirku kemudian. "Kau akan terbiasa."
Benda itu cukup besar, untuk ukuran yang tidak pernah aku perkirakan akan masuk, ahhh..
"Mhhh..."
'Plop
"Apa masih sakit?" Tobby memberhentikan aktivitasnya.
"Bodoh! Tentu saja." Tapi dia malah melakukannya lagi. "Nghhh..."
Kemudian dia mengeluarkannya kembali, dan memasukan hingga salivaku mengalir.
"Tapi ini baru setengah"
Apa? Dia bilang baru setengah.
"Aku akan memasukan semuanya, tahan ya" aku sungguh sangat pasrah.
Tobby kemudian mencium bibirku dan menggenggam tanganku. Ini cukup mengalihkan rasa sakitku hingga, sekali hentakan.
"Ahhhh!" Semua masuk hingga kurasa sangat penuh. Sontak aku meremas dada bidangnya cukup kuat.
"Kau kenapa? Apa yang kau mimpikan barusan." Tobby mengguncang guncang tubuhku.
Hingga ku benar benar terbangun, dan aku sangat geram terhadap apa yang ia lakukan barusan. Meski itu mimpi.
Plak!
"Hei kenapa memukul wajahku?" Tanya Tobby bingung sambil mengelus pipinya.
Seperti kenyataan, ya dia saat ini sedang berbaring disebelahku. Dan kami dalam satu selimbut yang sama.
"Itu sangat sakit bodoh" kataku kesal.
"Apanya yang sakit?" Tobby bingung, ia mengecek apakah dia menindih tangan atau kakiku. Kemudian saat dia melewati selangkanganku, ia merabanya. "Tunggu dulu, kenapa dengan e... dengan baby bam?" Tobby melirik ke arah selangkanganku.
Shit! Aku langsung menepas tangannya itu.
"Sudahlah lupakan! Aku ingin mandi" kataku langsung bangkit dari kasur dan menyibatkan selimbutku.
"Sebentar, aku ingin memelukmu." Tobby menarik tubuhku dan jatuh kepelukannya lagi. Shiyaaa.
"Bukannya kau sedari tadi sudah menontoniku tertidur, aku gerah ingin mandi." Kataku ketus membalikan badan.
Tobby berusaha mendapatkan tatapanku. "Apa yang tadi kau mimpikan, hm?" Tanya nya sambil menepatkan dagunya itu di bahuku.
Aku tidak bisa bergerak, padahal tubuhku lebih besar darinya. Seolah dia lebih kuat dariku. "Bukan urusanmu." Balasku lagi.
"Ayolah aku ingin tahu..." Tobby kemudian membalikan badanku lagi.
"Tidak," kataku tegas.
"Oke baiklah, aku akan mencari tau sendiri." Ujarnya, ia mencubit hidungku.
"Apasih." Kataku kesal dengan perlakuannya. "Kau mana mungkin bisa mencari tau mimpi orang lain bodoh. Kalaupun aku cerita memangnya kau yakin aku bercerita benar atau bohong? Mimpi itu hanya aku yang tau." Sambungku dengan panjang lebar.
"Kau lupa hm?" Tobby menaikan alisnya.
"Lupa apa?" Kataku mencoba mengingat apa yang sudah dia lakukan.
"Begini." Tobby langsung menangkup pipiku.
'Cup
Tobby menarik tubuhku dengan kuat, hingga aku susah untuk bernafas.
"Mhhhh..." lenguhku, nafasku sungguh sempit.
Hingga ia sadar kalau aku sesak, karena ya aku memukuli dadanya sangat kuat.
"Aku tau apa yang kau mimpikan" dia tersenyum nakal. "Kenapa kau bisa memimpikan hal seperti itu hm?"
Shiyaa, dia mengetahui apa yang baru saja aku mimpikan. Ah aku lupa, dia bisa mengetahui hanya dengan sebuah ciuman.
"Hey aku juga tidak mau memimpikan hal seperti itu!" Kataku membantah.
"Kau sudah mulai mengingat hubungan kita yang sebenarnya? Atau kau hanya berpura pura lupa?" Tanya Tobby dengan senyum nakalnya. Ya.. tangannya meraba raba ke yang lain. Shiya.
"Apasih."
"Baby bam tidak bisa berbohong." Tobby terus meledekku sambil melirik ke bawah.
"Kau tau semua laki laki di dunia ini selalu mengalami morning erection jadi ini bukan karena kau." Apa dia tidak pernah mengalaminya dipagi hari? Semua laki laki juga sering.
Tobby kemudian bangun dari posisi baringnya. "Tapi kau membayangkan kita sedang melakukan itu bukan?" Kemudian dia menduduki selangkanganku. "Terakhir kita melakukannya di..." sambungnya dengan nada nakal.
'Plak
"Hentikan Tobby," ujarku sambil menampar wajahnya.
Tapi dia malah menangkap tanganku, dan mengelus eluskan ke wajahnya. Modus gila.
"Akhirnya kau memanggil namaku." Kata Tobbu tersenyum.
"Shit, kau ini menyebalkan. Enyahlah, kau pikir kau itu ringan?" Kataku berusaha mendorongnya.
"Bagaimana jika aku memegang baby bam, apa kau keberatan. Sudah lama sekali aku tidak melihatnya."
Ini sungguh membuatku tegang! Kenapa dia harus menggesekan benda itu. Ah aku bisa mati rasa.
"Jangan bermimpi!" Kataku mencoba memukul wajahnya lagi. Tapi dia malah menahan kedua tanganku, dan menciumku dengan cepat.
'Cup
"Mhhh.."
Dengan nakalnya Tobby mengecup leherku, dan memainkan puting dadaku. Kenapa dia harus melakukannya.
"Sudah kuduga kau menikmatinya, kau sebenarnya sadar jika aku ini memanglah pacarmu." ujar Tobby.
"Kau selalu tiba tiba menciumku, aku tidak menikmati sama sekali." Kataku dengan jelas.
Astaga. Apa yang baru saja aku katakan.
"Jadi kau ingin menikmati, baiklah akan aku ajarkan caranya." Tobby terlihat begitu bersemangat.
Aku kembali melihat cahay biru dari pundaknya, ya dia mulai membuka bajunya.
Aku dapat melihat dengan jelas badannya yang cukup sexy itu, meski miliku lebih baik. Tapi itu cukuo membuatku tergiur.
Astaga apa yang aku pikirkan.
Kemudian ia menghidupkan lagu DVDku dengan hanya sekali lirik saja. Ah aku benci lagu ini... lagu italia.
Entah kekuatan apa yang ia punya, tapi yang jelas baru saja pintu kamarku terkunci dengan sekali lirik.
"Aku akan membantumu mengingat diriku," kata Tobby membuka kancing bajuku perlahan.
Kau pikir aku menyukai apa yang ia lakukan? Andai saja aku bisa bergerak akan kubunuh orang ini. Ia membuat tubuhku tak bisa bergerak sekarang. Seolah terborgol.
Tobby mendekati pipiku. Ia hendak menciumku, tapi aku langsung memaligkan wajah."Aku tidak akan mau mengingatmu dimasa lalu"
Kemudian ia membenarkan posisi kepalaku, ia menatapku cukup dekat.
"Benarkah? Bagaimana dengan ini?" Kemudian ia meremas baby bamku. Shiyaaa.
Tobby membuka bajuku paksa, ya semua kancingku terlepas " Tobby apa yang kau lakukan!"
"Katanya kau mau mandikan? Jadi aku bukakan bajumu" kata Tobby berusaha membalikan perkataanku.
"Tapi kau merusak bajuku dasar bodo..." dia lagi lagi memutus kata kataku dengan ciumannya.
'Cup
Aku mengingatnya ketika dia membantuku belajar, berduaan ditaman, dan bermesraan dipadang bunga.
"Kau sudah mengingatnya ?" Tanya Tobby dengan sedikit senyum nakal.
"Tidak!" Kataku berbohong.
'Cup
Tobby membuka resleting celananya dan mulai menimpa tubuhku, ia menggesekan bulge yang cukup besar dan bergerak mengeras itu. Dan kembali mengecupku.
Kemudian Tobby menutupi tubuh kami dengan selimbut.
"Mph..."
Aku ingat ketika dulu kami membuat janji akan saling menjaga satu sama lain dan terus saling mencintai. Bahwa aku sangat mencintainya, siang dan malam kami selalu menghabiskan waktu bersama. Bahwa dia adalah mimpiku yang selalu hadir didunia nyata. Disaat semua kebahagian keluargaku hilang.
"Tobby apa yang kau lakukan!" Tanyaku saat ia menyentuh baby bamku. Ia membuka resleting celanaku dengan lancang.
"Menyentuh baby bam." Ucapnya dengan mudah.
"Hentikan!" Kataku protes.
"Mengelusnya..." dia terus menggodakku dengan senyumannya.
"Ahhh hentikan" sial benda itu mulai menegang. Aku tidak mau sampai aku terbawa suasana.
Karena aku adalah seseorang yang susah untuk terlepas dari nafsuku jika sudah tergoda.
"Meremasnya"
Tapi tubuhku berkata ya, meski otakku berkata jangan. Sialan dia benar benar gila.
"Ahhh please hentikan" Tobby kemudian membuka seluruh celanaku. Dan mengelus lubang kemaluanku.
Tapi aku mendengar suara seseorang datang, apa itu ibuku. Aku kira ibu belum pulang dari singapore.
"Bam ayo sarapan, ibu sudah membuatkan makanan kesukaanmu." Ya benar saja, ibuku sudah pulang.
Tok tok tok
"Mphhh.. Tobby hentikan," kataku memohon saat dia mengelus elus baby bam ku, ini membuatku seolah tersetrum listrik.
"Kau menyukainya? Apa harus kita lakukan sekarang?" Tanya Tobby berbisik.
'Plak
Akhirnya dia lengah, sehingga aku bisa memukul wajahnya.
"Kau gila apa ya!" Kataku dengan kesal.
Ya kini aku sadar dia benar benar pernah bersamaku. Tapi ini, waktunya tidak tepat.
"Dulu kau sering menggodaku" kata Tobby mengelus elus dadaku.
"Aku tidak pernah meminta hal seperti itu." Bantahku.
Ibuku memanggil lagi,
"Bam ayo cepat makan, nanti kau bisa terlambat kuliah sayang. Kau bilang ada kelas pagi." Kata ibuku dari luar kamar.
Aku lantas berdiri, tapi tobby menahanku dengan tangannya.
"Tobby aku ingin keluar, ibuku memanggilku. Aku tidak pernah sekalipun menghiraukan ibuku." Kataku memohon.
"Katakan kau mengingatku sekarang." Kata Tobby serius.
"Aku tidak ingat." Kataku beberbohong lagi.
Tobby mendorongku kembali ke kasur, mengunci seluruh pergerakanku. Dia seperti menyihir tubuhku agar tidak bisa bergerak, lagi.
"Baiklah aku sudah selesai mengerjaimu ha ha." Kata Tobby sambil tertawa. Dasar gila.
'Plak
Aku langsung menamparnya, untik kesekian kalinya.
"Kau ini menyebalkan."
Tobby melirik ke arah pintu dan membuka kunci itu, sepertinya ibu sudah pergi.
"Tapi aku serius, kau sekarang sudah mengenaliku, kan?" Ia menggenggam tanganku dengan erat.
"Hm.." jawabku mengiyakannya.
"Akhirnya, aku tahu kau berbohong. Ada gunanya aku menjadi mahluk yang memiliki kekuatan aneh ini." Jawabnya dengan riang.
Sungguh dia ini sangat menyebalkan.
"Kekuatan macam apa yang harus menciumku dulu."
Kemudian dia mengacak rambutku, "Itu surplus bagiku."
"Itu namanya modus." dengan cepat aku ambil baju dan celanku, dan memakainya.
Tapi dia mendorongku ke kasur, lagi.
'Cup
Tanpa ku sadari ternyata Ibu membuka pintu kamarku.
"Bam!"
shiyaaa.
"Ma..." kataku langsung melirik ibuku, dan mendorong sitolol ini.
-
Kejadian tadi sungguh memalukan, aku dipergoki oleh ibuku sendiri sedang dicium olwh si tolol ini.
"Jadi kamu sebenarnya siapa?" Tanya ibuku.
"Saya Tobby, Ma." Kata Tobby, ya dia tidak takut sama sekali.
Ibuku mengambilkan kami dua buah piring, dan menuangkan nasi.
"Oh jadi kamu yang membuat putraku menjadi begini." Kemudian ibu memberikan piring itu pada Tobby.
"Maafkan saya ma, saya memang sebenarnya tidak ingin meninggalkannya. Tapi Bam memintaku untuk pergi." Kata Tobby berterus terang.
"Untuk apa gunanya meminta maaf! Dan jangan panggil saya Ma!" Shiyaaa ibuku sepertinya benar benar marah.
Tapi bukannya itu bagus, aku harus mengompori ibuku.
"Usir saja dia ma," ujarku.
"Diam Bam, kau pun bersalah." Ucap ibuku sambil mengangkat centong nasi itu.
Akhirnya aku kena juga kan, menyebalkan kay Tobby.
"Kalau begitu mari ikut makan dengan tante dan Bam." Tawar ibuku.
"Apa!" Kataku kaget, ini gila. Tobby langsung kembali ceria dan memberi wai ke ibuku.
"Dia memang sepertinya mencintaimu, sangat mencintaimu. Sebelum ma membaca buku itu sebenarnya ma tau kalau Bam memiliki sosok yang selalu membuatnya tertawa. Dan ma sebelumnya juga sempat melihat kalian berciuman ditaman, hanya saja tidak terlalu jelas wajahmu. Jadi kau rupanya." Ujar ibuku, sebenarnya apa yang sedang ibuku pikirkan. Bukannya seharusnya ia marah.
"Begitulah ma..." balas Tobby.
"Apa kalian satu kampus?" Tanya ibuku, kini ia menuangkan sayuran ke piring milik Tobby.
"..." hening. Kami tidak sama sekali berbicara.
Aku bingung harus berkata apa.
"Iya ma, kami satu kampus." Balasku cepat.
"..." ya Tobby hanya diam.
Hening beberapa saat. Dan ibuku membagikan makanan dan kembali mengobrol entah apa dengan Tobby lagi.
-
"Apa? Ibumu malah menyuruh dia makan bersamu?" Ai'Tod kaget dengan apa yang baru saja aku katakan padanya.
"Begitulah,"
"Keadaan ini menjadi sedikit roemit, hm..." Ai'Yong kemudian mengelus elus pundakku.
"Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?" Tanyaku dengan mereka berdua.
Sungguh aku bosan.
"Aha... aku tau!" Kata Ai'yong.
#ToBeContinued