÷ BAM EDISON
Aku masih memegang erat buku sejarah yang kupinjam dari perpustakan tadi sore. Karena, Tobby sedang menatapku seolah aku adalah pembuat dosa terbesar sejagat raya dimatanya.
Dia masih saja menatapku dengan tatapan kecemburuan. Matanya cukup tajam, dan kepalan tangannya begitu keras. Bahkan aku bisa melihat urat - urat ototnya itu berkeluaran.
Aku tidak mau berbicara, sudah pasti dia akan menyolot dan aku kalah. Lebih baik aku diam.
Kemudian datang ibuku, ya dia membawa spatula kayu yang sering ia pakai untuk memasak. "Kalian berdua, masuklah. Kenapa malah saling bertatap di luar, bisa masuk angin nanti. Cepat masuk... ibu sudah buatkan cream soup."
"Krab Ma." Jawabku cepat.
Mungkin ibu tidak bisa melihat, kalau api yang ada di pundak Tobby itu sudah mirip sekali dengan api di kompor gas, bahkan menyala - nyala ke segala arah.
Ibu hanya menggeleng melihat tingkah kami berdua, "Yasudah, cepat masuk ya. Kalian ini... dasar anak muda." Ia langsung meninggalkan teras rumah.
Keadaan menjadi hening lagi, tapi sepertinya jika aku berlama - lama di luar sini aku bisa masuk angin. Jadi aku masuk ke dalam rumah tanpa menolehnya.
Sepertinya ucapan itu harusnya tidak kuucapkan terlebih dulu, karena Tobby sekarang menahan diriku masuk ke dalam rumah.
"Kau mau kemana," Tanya Tobby bertanya tapi melihat ke arah lain.
"Kau tidak bisa mendengar, barusan ibu menyuruhku masuk." Kataku melepaskan tangannya paksa tanpa menatap matanya.
Dia itu memang aneh sekali, dan tidak sopan. Sungguh! Lalu aku masuk ke dalam rumah, aku menuju kamar.

Tapi namanya mahluk aneh, dia sudah ada di depanku. Dengan tatapan marahnya.

Tapi itu membuatku merasa iba, dia marah seperti yang mau menangis. Lantas aku melewatinya lagi, dan tentu saja dia menahanku lagi. "Tobby, hentikan aku ingin ganti baju." Elakku.
"Bajumu masih rapi, dan tidak kotor sama sekali." Kata Tobby.
Dia memang manusia setengah goblin, dia membuat tubuhku dengan sendirinya maju dan tidak bisa berkutik di depannya.
"Apa Maumu!" Kataku dengan suara pelan membentak.
"Kenapa kalian berdua bisa pulang bersama, dan kenapa harus makan siang bersama juga." Tanya Tobby dengan suaranya yang berat itu.
Kenapa dia bisa mendengar percakapan kalau aku akan makan siang dengan Earth besok. Oh iya dia itu bisa mendengar hal yang tidak terdengar sekalipun. Harusnya aku menggunakan bahasa tubuh saja kalau tau begini.
Lantas aku memalingkan wajah. Tapi ini malah membuatnya membenarkan lagi kepalaku untuk kembali menatapnya.
"Memangnya kenapa? Apa hak mu melarangku!" Jawabku sedikit menyolot.
"Aku cemburu, sangat!" Jawabnya dengan cepat dan membuatku memeluk Tobby dengan sendirinya. Itu bukan kemauanku, kupertegas kembali.
Kemudian aku kembali mencoba melapaskan pelukan ini, ini sangatlah erat. Aku tidak bisa melepasnya.
"Tobby, aku ingin mandi! Lepaskan." Kataku memaksa.
"Apa yang membuatmu tertarik dengannya?" Tanya Tobby sambil mengelus rambutku.
Shiyaaa... apa yang sedang ia pikirkan saat ini. Padahal aku hanya pulang bersama dan makan malam saja. Kalau rencana besok, ya itu hanya makan siang biasa.
"Itu urusanku. Lepaskan." Tapi semakin aku berusaha melapasnya, kini aku malah semakin memeluk tubuhnya erat. Wajahku saja tenggelam di dadanya. Ini sangat memalukan.
"Apa dia lebih tampan dariku?" Tanya Tobby lagi.
Aku hanya diam, tidak akan membuka suara sama sekali.
Tapi dia malah mendekatkan matanya padaku, mungkin jarak pandangan mata kami sekarang hanya 1 cm satu sama lain.
"Tobby apa yang sedang kau pikirkan, cepatlah hentikan semua ini nanti ibu melihat." Kataku berbisik. Dia malah tertawa berdecih.
"Aku tidak suka kau bersama dia."
Aku sudah tau, ini sudah terlalu jelas.
"Kenapa?" Tanyaku kesal.
"Karena dia menyukaimu."
Oke, ini membuatku diam dan jantungku terasa teriris sedikit. Tapi kenapa aku harus merasakannya, bukannya aku membenci Tobby.
"Come on dia hanya fans biasa seperti yang lain. Dan siapa kau berhak melarangku! Lepaskan sekarang atau aku teriak, dan ibu melihatmu memaksaku seperti ini." Kataku mengancamnya untuk kesekian kalinya.
"Kalau begitu menikahlah denganku, aku tidak bisa melihatmu dengan orang lain seperti itu." Jawabnya dengan enteng.
Shiyaaa... apa yang barusan dia katakan. Apakah dia serius? Aku tidak bisa berkata apa - apa. Ini sungguh complicated.
"Tobby, apa kau gila. Memang sudah tidak waras." Jawabku tidak percaya apa yang baru saja ia katakan.
Akhirnya setelah perdebatan yang panjang ini dia melepaskanku. Aku langsung masuk ke kamar dan mengganti baju.
"Pulanglah, aku tidak ingin melihatmu!" Kataku sangat kesal.
...
Perutku terasa lapar, tapi aku yakin Tobby masih ada di rumahku. Apalagi ibu belum tidur, ibu sangat menyukai Tobby.
Baiklah, daripada aku harus menahan lapar karena dia. Lebih baik aku menahan hasratku untuk berbicara.
Lalu aku keluar kamar dan menuruni tangga. Kamarku di atas sedangkan dapur ada di bawah.
Aku bisa melihat jelas saat menuruni anak tangga, Tobby membantu ibu membereskan meja makan dan menata piring. Aku turun dengan sedikit bermalasan, juga muka masam.
Kemudian aku mendekati ibu dan mengambil alih mangkuk cream soup yang sedang ibu pegang.
"Bam, sudah mandi?" Tanya Ibu sambil menyidik - nyidik dandananku.
"Krab, Ma." Kataku sambil menaruh cream soup itu ke atas meja.
Kemudian aku duduk dikursi makan, dan meminum jus jeruk.
"Kalau begitu makan cream soup dulu ya, kau pasti belum makan. Habis itu tidur... emmm katanya Tobby juga ingin menginapkan. Tobby tidur dengan..."
Aku tau pasti ibu akan mengatakan tidur denganku, lantas aku langsung memotong pembicaraan ibu sebelum selesai.
"Aku tidak mau tidur dengan Tobby Ma." kataku ketus.
Sontak ibuku kaget, dan mengambilkan semangkuk cream soup untuk Tobby.
"Ah kenapa?"
Tobby sepertinya merasa tersinggung, terlihat dari raut wajahnya. Ah... apa dia mulai menyerah dengan semua yang aku lakukan. Payah dasar. Tapi ini bagus haha aku tidak akan ada yang mengganggu lagi.
Kemudian Tobby menyelesaikan makannya, dan segera berdiri setelahnya.
"Kalau begitu sebaiknya saya pulang saja tante. Sepertinya sudah terlalu malam."
Lantas ibuku langsung melirikku, dan aku hanya menaikan alis merasa tak bersalah. Memang aku tidak salah.
"Iya sana pulang, jangan kemari lagi." Ucapku ketus.
Lantas ibuku menahan Tobby untuk pulang, "Eh jangan... ini sudah terlalu malam. Sayang... Tidak boleh seperti itu." Kata ibuku sedikit memberi rasa iba.
"Aku tidak mau."
"Tobby sudah menunggu kamu dari tadi sore loh, dan jangan lupa dia yang membawa bahan - bahan makanan yang sekarang kamu makan. Dia ingin memasak makanan ini bersama mama, dan itu demi kamu Bam."
Shit, aku langsung berhenti makan makanan ini.
"Tidak, aku tidak memakan sedikitpu." Kataku langsung meminum air putih. "Pulang saja, aku tidak mau tidur dengan Tobby." Sambungku.
"Tapi sudah habis lima sendok haha... kamu ini. Kalau suka tidak boleh dipendam." Jawab mama tersenyum dan menggelengkan kepalanya
Aduh, aku memang bodoh. "Siapa juga yang suka Tobby, aku tidak pernah bilang."
"Eh ibu tidak bilang kamu menyukai Tobby, maksud ibu makanannya haha...itukan yang buat Tobby. Atau sekarang kamu sudah mulai menyadari kalau kamu menyukai Tobby?"
Tobby malah tertawa perlahan, ya meski dia menutup mulutnya aku masih bisa melihatnya jelas.
"Yasudah, kalian habiskan makanannya Ibu sudah mengantuk..." Setelah itu ibu beranjak masuk ke kamar.
Sekarang tinggal aku dan Tobby saja di ruangan ini.
"Vandee Na, Tante."
"Vandee Na, Ma."
Kami berdua sama - sama memberi wai kepada ibu dan Ibu hanya tersenyum membalas wai.
Setelah ibu naik ke atas, Tobby kemudian duduk sambil memandangi wajahku. Dia sekarang malah tersenyum - senyum tidak jelas.
"Apa yang kau lihat." Aku berhenti memakan semua crem soup ini.
"Kau." Jawabnya dengan lembut.
"..." Aku bingung harus jawab apa kalau begini, "Katanya kau mau pulang, sana pulang." Usirku sambil berdiri menunjuk ke arah pintu.
"Kau ingin aku pulang? Atau aku menghilang lagi?" Tanya Tobby langsung berdiri dari duduknya.
"Keduanya." Jawabku dengan cepat.
Tapi Tobby malah seperti yang memikirkan sesuatu, "Kalau begitu aku akan menginap disini di kamarmu."
Sialan, kenapa dia menjawab sesuatu yang tidak ada dalam pertanyaanya sebelumnya.
Ah... Tobby perlahan. Itu terlalu besar, cukup sempit untuk kau masukan." Lirihku, melihat dengan pandangan sedikit tidak jelas.
"Maaf," ia mengecup bibirku kemudian. "Kau akan terbiasa."
Benda itu cukup besar, untuk ukuran yang tidak pernah aku perkirakan akan masuk, ahhh..
"Mhhh..."
'Plop
"Apa masih sakit?" Tobby memberhentikan aktivitasnya.
"Bodoh! Tentu saja." Tapi dia malah melakukannya lagi. "Nghhh..."
Astaga, kenapa aku malah memikirkan hal memalukan itu lagi.
"Alaywa, Tidak bisa kamarku sempit." Jawabku setelah berpikir hal mengerikan itu.
Kemudian tobby mengambil makanan dari mangkuk yang aku pegang,"Sepertinya kau menyukai makanan buatanku ini."
"Aku tidak menyuruhmu datang dan membawakanku makanan." Kataku ketus.
Hari ini Tobby sangat meyebalkan sekali.
"Tapi aku tau kau menyukainya."
Hening, aku tidak bisa menjawab lagi untuk kedua kalinya. Entah kenapa kalau dia berkata perkataan yang terdengar manis, aku sedikit ngefreeze.
"Aku tidak menyukai Earth sama sekali." Kataku menpertegas semua pertanyaan yang ada di otaknya itu.
Aku tidak habis pikir, dia masih saja memikirkan kejadian tadi siang.
"Hey maksudku, cream soupnya haha..."
Shiyaaa!
"Lupakan," aku sangat malu. Benar - benar malu.
"Kau tidak perlu marah seperti itu, sampai tidak fokus dengan segala hal. Aku minta maaf." Jawab Tobby dengan nada lembut.
Sepertinya kali ini ucapan dia benar - benar tulus dari hati. Sebenarnya aku juga merasa kenapa aku bisa sekesal ini ya hari ini. Harusnya Tobby yang marah bukan, bukan aku.
"Tidak perlu minta maaf," kataku dengan sedikit menurunkan egoku.
"Iya aku cemburu, sepertinya dia ingin mendekatimu." Tobby mencoba meraih tanganku.
"Kalau kau tau kita ini dulu sudah dekat untuk apa cemburu seperti itu." Kataku memperjelas semua ini. "Kalaupun kau suka denganku, berusahalah untuk gentle." Sambungku.
Astaga bodoh apa yang baru aku katakan, itu pasti akan membuatnya melakukan hal lain yang jauh lebih gila.
"Karena itulah aku tidak ingin melepasmu," aku cukup tertegun dengan perkataannya ini.
Tapi saat dia mengucapkan itu, tiba - tiba asap biru itu muncul dari tubuhnya dan membuatku susah untuk melihat wajahnya dengan jelas. Bahkan aku tidak bisa melihat batang hidungnya sedikitpun.
Lantas saat asap itu menghilang, aku kaget dan mencoba mencari anak itu.
"Tobby." Kataku shock saat melihat kursi di depan mejaku sudah kosong tidak ada siapa - siapa.
"Tobby kau dimana!" Kataku mencari - cari dia di sekitar dapur.
Aku mencarinya hingga ke seluruh isi ruangan rumah ini, tapi dia sama sekali tidak ada disana.
"Tobby sialan, shit mahluk aneh kau dimana sedang bicara tidak sopan sekali menghilang!"
Haduh orang ini membuatku kesal bukan main. Dia datang seenaknya, dia pergi seenaknya.
Lantas aku kembali lagi ke kursi meja makan, dan memakan cream soupnya.
Ya, jujur saja makanan ini enak. Sepertinya aku harus memakannya sampai habis, daripada dibuang sayang.
Tiba - tiba aku merasa hawa dingin menyelimuti leherku dan sebuah kain hangat bersandar di sebuah kain hangat. Tapi kenapa ini bertekstur.
Lantas aku berdiri dan berbalik,
"Tobb..." Shiyaa Dia dibelakangku.
Tapi Tobby tidak memberikan reaksi sedikitpun. Situasi canggung itu datang lagi. Tobby dengan santainya menyentuh pipiku.
Sisa cream soup yang masih menempel di bibirku ini ia seka dengan tangannya.
Kemudian dia menciumku, rasanya hangat. Masih sama seperti saat pertama kalinya. Jika kau pernah memakan jelly rasanya tidak jauh seperti itu, kenyal dan manis.
Kenapa aku jadi menikmati keadaan seperti ini, Bam kau harus tetap konsisten.
Ia menatap mataku lagi, dan mengelus - elus pipiku.
"Apakah kita perlu berpacaran terlebih dulu baru bisa menikah. Apa itu yang kau mau hmm?"
Entahlah... Jika dia terus membuatku seperti ini mungkin aku bisa berpikir ulang. Semoga saja tidak.
Wajahku memerah, kurasa. Karena telingaku mulai terasa hangat. "E... aku mau tidur." Ujarku dan langsung meninggalkannya.
...
Saat tobby masuk ke kamarku aku pura - pura tertidur, dia memelukku. Itu sangat nyaman sekali. Badannya yang atletis membuatku menjadi geli, meski aku ini tidak menyukai wanita tapi ini skinship bukan yang pertama kalinya dengan Tobby, tapi aku masih saja merasa geli.
"Aku menyukaimu, Bam." Kata Tobby sambil mencium puncuk kepalaku.
Aku masih berpura - pura tidur. "Jika kau tidak suka aku menunjukan rasa cemburuku di depanmu, baiklah..." Shiyaa... apa dia akan menghilang lagi? " Aku akan menyembunyikannya." Sambung Tobby.
Hingga aku terlelap dan terbangun tanpa ada Tobby di kamarku.
...
"Oihhh Ai'Tod, kembalikan Handphoneku." Kata Yong merengek sambil merebut Handphonenya.
Tapi dasar Tod, dia memang anak yang cukup gila. Dia membuka kontak whatsapp milik Yong dan menelepon laki - laki yang Yong sukai belakangan ini.
"Shiyaaa Tod!" Yong langsung merebut Handphonenya dan mematikan telepon itu.
"Haha... Itu balasan untuk kemarin," Kata Tod sambil meminum pepsi. "Oh iya, saat kami tinggalkan pulang, apa yang kau lakukan bersama Earth?" Sambung Tod.
"Dia mengajakku makan siang, hari ini." Jawabku dengan sedikit penyesalan.
Apa aku harus melakukan ini dengan Earth, dia memang tampan sih. Tapi apa Tobby akan baik - baik saja kalau tau aku kencan dengan Earth.
"Bagus kalau begitu." Ujar Yong.
"Tidak sama sekali, saat Earth mengajakku Tobby ada disana. Seperti yang kalian tau dia itu mahluk aneh yang bisa mendengar pembicaraanku dalam jarak jauh." Kataku mengeluh.
Meski hari ini aku tidak yakin bisa atau tidak makan siang dengan Earth. Karena akan ada kelas renang untuk lomba bulan depan.
"Benarkah, jadi Tobby ada didepan rumahmu saat kau pulang bersama earth." Yong sangat tidak percaya atas apa yang aku katakan.
"Begitulah."
"Shiyaa!!!" Kata mereka bersamaan.
Sudah kuduga, mereka pasti akan kaget mendengarnya.
"Begitulah, ini menjadi membingungkan. Aku malah jadi merasa kasian dengannya."
Yong kemudian memindahkan kursinya ke depanku.
"Tapikan kalian belum resmi berpacaran, jadi kau bebas untukmu memilih ingin dengan Tobby atau Earth."
Tod kemudian menyentuh bahuku, dan meneguk kembali pepsi miliknya.
"Tapi kalau kau tidak mau, Tobby bisa untukku." Sambungnya.
Tiba - tiba semua mahasiswa berbondong masuk kekelas. Aku segera mengintip ke kaca.
"Shiyaaaa..." Kataku, ternyata ada Dosen Med.
Lantas aku buru - buru membereskan semua makanan di atas mejaku dan memasukkannya ke dalam tas.
"Kenapa?" Yong menjadi bingung.
"Dosen Med disini." Kataku dengan suara perlahan.
Kami langsung duduk kembali ke posisi masing masing. Benar saja, Dosen tergalak sekampus ini masuk. Tapi dengan seorang wanita di belakangnya. Apakah itu asdos yang baru? Dia sering sekali mengganti Asdos.
"Baiklah, saat ini kampus kita sedang ada mahasiswa pertukaran pelajar dengan University Of Queensland dari Australia. Jadi kita mendatangkan dua mahasiswa baru. Kebetulan sekali mereka bisa berbahasa Thailand sangat lancar. Silakan masuk, Essely."
Essely, ya itu memang terdengar sangat ke barat - baratan sekali namanya. Mungkin dia bisa menggoda semua orang disini.
"Shiyaaa.... cantik sekali." Ujar yong. "Kalau begini aku bisa berubah menjadi straight." Tambahnya.
Aku hanya mendengarkan mereka dengan malas dan tidak peduli dengan keadaan.
"Dan juga satu lagi, Tobby silakan masuk." Kata Dosen Med, sambil menunjuk keluar.
Shiyaaa, ini benar benar membuatku shock. Mungkin terdengar berlebihan, tapi jantungku terpompa sangat cepat.
"Baik silakan perkenalkan diri kalian." Ujar Dosen Med.
"Halo Saya Essely Walington, 23 Tahun."
Mataku terus terpaku pada seeonggok laki - laki yang tadi malam baru aku musuhi. Apa maksudnya dia dengan mengikuti program ini. Tobby kau membuatku tambah kesal.
"Halo Saya Tobby, 25 Tahun." Kata Tobby sambil melirikku, ya tentu saja ini membuatku jadi kesal.
"Bam, apa yang akan terjadi sekarang?" Tanya Yong.
"Aku mau mati saja!" Kataku dengan ketus.
#ToBeContinue