Terjadi sebuah keributan menjelang bell istirahat berbunyi. Dimana Nariel dan Caramel dapat melihat dari kelas mereka keramaiaan terjadi dikelas 12 IPS 3 yaitu kelas Nara.
Nariel sedikit gelisah akan itu namun dia selalu berpikir positif jika tidak terjadi apa-apa pada Nara sang kakak.
Tidak lama kemudian,seorang murid berlari memasuki kelas 11 IPS 3 dengan wajah panik.
"Daniel! Daniel sama Azka ribut!"
Teriak sang murid itu,Nariel mengehela nafasnya lega ketika mendengar itu bukan tentangnya. Tapi para murid terlihat panik,beberapa melirik kearah Caramel dan Nariel.
"Ngerebutin Nara!" Lanjut murid tersebut yang membuat Nariel sebelumnya tidak percaya mendengar kata hati murid lainya dikelas.
Brakkkkk!
Nariel bangkit sambil menendang meja dihadapanya,sontak Caramel terlonjak. Wajahnya sangat kesal namun dia diam ketika betapa terkejutnya melihat wajah Nariel yang penuh amarah. Caramel segera mengikuti Nariel yang berlari kekelas sebrang.
"Riel! Tunggu! Bahaya! Daniel itu.." Terlambat untuk mengatakan semuanya,Nariel sudah berada didepan pintu kelas 12 IPS 3 dimana didalamnya ada Azka dan Daniel juga Nara yang ketakutan.
Bruaaaakkkkk!
Tendangan Nariel pada pintu mengejutkan Azka dan Daniel hingga mereka terhenti sejenak. Nariel melintas menghampiri Nara,ditengah-tengah pertarungan Daniel dan Azka yang terhenti. Meja dikelas itu berantakan,beberapa diantaranya rusak.
Daniel dan Azka tiba-tiba saja menghalangi jalan Nariel yang sedang menggandeng Nara keluar.
"Lepasin Nara,lu mau cari mati?" Ucap Daniel dengan nafas terengah-engah sambil menatap tajam.
"Nara harus tetap disini,karena dia yang nentuin siapa yang akan jadi milik dia!" Ucap Azka dengan lantang.
Tapi Nariel tidak gentar sama sekali mendengar cacian dan ancaman dari mereka,dia hanya menundukan kepala sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangan terbuka.
"Nariel,kamu keluar aja" Ucap Nara Khawatir.
"Pffftt,jangan bercanda.. Gua? Disuruh kabur ngehadepin kroco labil kek gini?" Jawab Nariel yang menyindir pedas Daniel dan Azka.
Para murid diluar terlihat semakin ramai berbondong-bondong menyaksikan,begitupula dengan Caramel yang berada diambang pintu terdorong-dorong murid lainya.
"Anak baru udah cari mati,cih!" Jawab Daniel yang perlahan mendekati Nariel bersamaan dengan Azka.
Nariel mendorong Nara kebelakangnya dan diapun mengambil sebuah kuda-kuda bertarung,dengan tatapan dinginya yang memandang kepada Daniel dan Azka.
"Mampus lu!"
"Gua abisin!"
Daniel dan Azka maju bersamaan dengan tangan mereka yang melayang kearah Nariel,Nara tertunduk menutupi wajahnya dengan kedua tanganya.
"Jackpot.." Gumam Nariel sambil menyeringai.
Bukkk!bakkkk!bukkk!
Sebuah Tsunami kick dilayangkan dan sekaligus mengenai Daniel dan Azka hingga sempoyongan. Hanya dalam satu tendangan Nariel merobohkan mereka berdua.
Nariel menghampiri Daniel dan Azka yang tergeletak lemas dilantai kelas,dia memandang mereka dengan tatapan mengintimidasi yang tajam. Seakan jijik melihat tingkah Azka dan Daniel memperebutkan kakaknya.
"Jangan buat... Kakak gua jadi bahan taruhan... sampah sekolah kayak kalian gak selevel dengan Nara" betapa tajamnya kata-kata yang keluar dari mulut Nariel.
Para murid bersorak riang mengundang guru berdatangan,disana ada Bu Desi,Pak Erlangga dan Pak mamat security sekolah.
"Ada apa ini?!"
"Kenapa ribut-ribut begini?!"
"Kalian yang didalam ikut bapak keruang kepala sekolah!"
Nariel mengenggam tangan Nara,membantu sang kakak bangkit karena sempat terjatuh lemas membayangkan adiknya dipukuli oleh dua berandal sekolahan.
"Dengan senang hati" Sahut Nariel yang berjalan keluar bersama Nara melewati Daniel dan Azka yang terdiam malu.
*****
Semua yang terlibat dalam keributan itu berada diruang kepala sekolah. Nariel,Nara,Daniel,dan Azka serta Caramel.
Nara sebagai korban menceritakan semua kronologinya dibantu Caramel yang menjadi saksi mata kejadian itu,Pak Erlangga tentu percaya dengan apa yang dikatakan oleh Caramel dan Nara karena mereka adalah murid unggulan sekolah ini.
Pak Erlangga sendiri memaklumi maksud Nariel yang melindungi kakaknya didalam keributan itu,dan Daniel serta Azka dihukum untuk hormat ditengah lapangan hingga jam sekolah selesai.
Namun seorang siswa kembali mengejutkan semua orang yang berada didalam ruang kepala sekolah,datang dengan wajah panik dan ketakutan.
"Pak! Pak Erlangga!"
"Ada apa Doni?!"
"Diatas Pak!"
"Iya apa?!"
"Kerasukan! Kerasukan Massal!"
Hal tersebut membuat Pak Erlangga terlonjak kaget dari tempat duduknya dan segera menuju lantai dua sekolah. Diikuti Nariel dan lainya.
Sesampainya disana beberapa murid menahan banyak korban kesurupan masaal yang rata-rata murid perempuan.
"Riel.. kamu bisa liat kan?" Ucap Caramel dengan mata terbelalak melihat pemandangan sepanjang koridor.
"Ya,bener-bener menakutkan... gak abis pikir gua,darimana mereka muncul?"
Daniel dan lainya yang mendengar ucapan Nariel dan Caramel hanya kebingungan karena yang mereka lihat hanya siswi murid perempuan yang jerat-jerit disana-sini.
"Dek... ada apa?" Tanya Nara dengan tangan yang masih bergetar.
"Kakak tetep dibelakang kita berdua dan jangan ada yang pergi!" Tegas Nariel sambil membentangkan kedua tanganya.
"Lu mau apa Riel?" Tanya Caramel dengan wajah bingung.
"Lihat aja sendiri" sahut Nariel singkat.
Tiba-tiba saja waktu bergerak maju dengan cepat dimana kejadian itu berakhir tragis memakan banyak korban,Caramel terjatuh lemas yang ikut terbawa dengan kemampuan Nariel.
"Ketemu!" Tiba-tiba wajah Nariel mengeras menatap sesuatu diujung koridor dengan tubuh tinggi hitam,matanya merah menyala menatap kearah Nariel.
Dengan berani Nariel melangkahkan kakinya menghampiri wujud menyeramkan itu dimana penampakanya semakin jelas seraya Nariel mendekat padanya. Kembali Caramel terkejut,jantungnya berdetak hebat dan tubuhnya bergetar ketakutan.
Aura negatif yang luar biasa,membuat Caramel sesak dan melemas hingga terjatuh pingsan. Disaat terakhirnya Caramel melihat Nariel berdiri dihadapan Banteng bertubuh manusia itu dan Banteng itupun tidak lama kemudian menghilang bagaikan abu tertiup angin.
"Na...Riel..."
Bruuukkk
"CARAMEL!!!!" Teriak Nara panik,Azka menangkap Caramel yang hampir terjatuh kelantai.
"Duh ada-ada aja lagi ni cewek aneh!" Ujar Azka kesal sambil memapah Caramel kedalam kelas terdekat.
Daniel masih berdiri disamping Nariel yang terdiam mematung,dia hanya bersiap jika tiba-tiba saja Nariel kerasukan karena tahu seperti apa Nariel yang sebenarnya setelah dia mendapat tendangan telak itu dari Nariel.
Tidak lama kemudia Nariel tersadar dan Menarik Nafasnya begitu dalam,seakan baru saja kembali terbangun dari kematian.
Dia langsung bertekut lutut sambil menopang tubuhnya dengan salah satu tanganya. "Hantu sialan!" Oceh Nariel yang tidak sengaja terdengar oleh Daniel.
"Lu gapapa?! Jangan-jangan lu.."
Nariel segera berdiri dan menepis tangan Daniel yang ingin menepuk bahunya.
"Ga usah so care.. minta maaf aja enggak lo sama kakak gua,cih!" Dengan tatapan dingin menusuk Nariel meninggalkan Daniel dikoridor.
Dia menuju kearah Caramel yang berada dikelas 12 IPS 2,segera Nariel mengangkat Caramel dan membawanya turun tanpa banyak bicara. Diikuti Nara dan lainya.
Nariel berjalan menuju kantin dimana disana masih terdapat beberapa pedagang yang terlihat sedikit panik.
"Setidaknya aura positif disini lebih baik.. tunggu Caramel! Gua bakal bawa lu pulang!"
"Kak! Jaga tubuh Caramel! Dan lo berdua! Jagain tubuh gua!" Ucap Nariel dengan lantang diikuti Nara,Daniel dan Azka yang mengangguk.
Nariel kembali menarik nafasnya dalam-dalam lalu memejamkan matanya. Dan Nariel pun terbangun disekolah nya dengan tempat gelap berkabut,berbeda dengan sekolah yang sebenarnya.
Hawa dingin yang menusuk,dan berapa teriakan,tawa dan suara menyeramkan lainya yang menggema diseluruh koridor sekolah.
"Cara... lu ada dimana?"