Nariel masih terkapar lemas diatas serpihan meja kaca yang hancur,beruntung dia masih sadarkan diri. Nara dan Yuka seger menghampiri Nariel dan membantunya berdiri.
Tidak lama kemudian,Stevan,Clarissa dan Caramel iku turun kebawah menghampiri Nariel.
Semua bersyukur Nariel tidak mengalami luka serius atas kejadian itu. Stevani yang ternyata mengenal Nariel segera menghubungi Elisa untuk kerumahnya.
Tidak perlu waktu lama untuk Elisa tiba disana,dari pintu masuk dia dapat melihat sebuah kekacauan yang baru saja terjadi. Geram dirinya jika mengetahui semua ini ulah kedua anaknya.
Stevani dan Clarissa segera menceritakan apa yang terjadi,begitu pula dengan Yuka dan Nara.
"Yaampun,kasihan sekali kalian berdua sampai harus mengalami hal seperti ini" Ucap Elisa yang mengelus Nariel dan juga Caramel yang terlelap dipinggir kasur mengenggam tangan Nariel erat.
"Sebaiknya biarkan saja Nariel disini dulu,aku juga tidak keberatan kok Lis. Dia sudah selamatkan nyawa Cara,jika dia tidak ada disini tadi mungkin entah apa yang terjadi esok hari" Ucap Stevani sambil mengusap kedua bahu Elisa.
Elisa hanya mengangguk dan berpamitan dengan Nara dan Yuka,mereka akan segera kembali lagi esok pagi untuk menjemput Nariel.
*****
Keesokan harinya Nariel terlihat kebingungan saat dirinya terbangun didalam sebuah kamar yang tidak dikenalinya. Karena semalam saat dia masuk kamar Caramel keadaan lampu mati dan sangat gelap.
Melirik kesekitar kamar,terlihat bingkai diatas nakas yang berisi foto perempuan yang dikenalinya. Nariel bangkit dan meraih bingkai tersebut sambil mengelus foto tersebut dengan jemarinya.
Caramel muncul dari balik pintu,melihat Nariel yang sudah bangun sedang memegang bingkai foto miliknya sambil tersenyum. Caramel pun duduk disamping Nariel dan ikut memandangi foto tersebut yang berisi seorang gadis perempuan cantik bersama seorang pria berumur 40 tahunan.
"Itu ayah,dia meninggal waktu aku berumur sekitar 5 atau 6 tahun"
Terlihat mata Caramel perlahan berkaca-kaca. Dia menceritakan sosok ayah kesayanganya dengan suara yang mulai parau. Nariel segera menjadi pendengar untuk kisah kelam Caramel pada saat itu,dan dia segera menjadi sandaran Caramel yang sudah tak sanggup lagi menahan tangisanya.
"Mantap Jiwa! Baru bangun udah dapet disenderin bidadari pagi hari" Sindir Nara dari pintu masuk,diikuti tawa Clarissa.
Nariel dan Caramel kelabakan saat membenarkan posisi duduk mereka. Caramel tertunduk malu,pipinya memerah sedangkan Nariel hanya mengalihkan pandanganya keluar jendela.
"Ayok pulang,untung sekarang hari minggu. Kalo enggak kakak sih ogah jemput" Ucap Nara sambil melangkah pergi bersama Clarissa yang tersenyum tipis.
Nariel menghela nafas kasar dan kembali memandang Caramel yang masih tertunduk disampingnya. Diapun menolehkan wajah Caramel kepadanya hingga tatapan mereka bertemu.
"Gua pamit dulu,mulai sekarang dan seterusnya kalo ada apa-apa tolong kasih tau gua ya. Jangan terus lu pendem sendiri" Nariel tersenyum pada Caramel yang masih terdiam menatap matanya begitu dalam dengan pipi yang memerah.
Nariel beranjak pergi dari kamar Caramel,namun Caramel menginterupsinya hingga dia berhentu dan menoleh. "Terimakasih untuk hari ini"
"Sama-sama. Tetap senyum kaya gitu,kamu tambah cantik kalo lagi senyum"
Nariel menghilang keluar kamar,wajah Caramel berubah memerah ditutupi dengan kedua tanganya.
*****
Keesokan harinya disekolah,mereka berkumpul dikantin bersama. Dimana ada Nariel,Caramel,Yuka,dan Nara.
Keempat orang itu menjadi pusat perhatian banyak murid karena sebelumnya mereka tidak pernah terlihat bersama-sama,bahkan sekarang malah ada Yuka yang bersama mereka dimana dia juga salah satu dari anak aneh disekolah ini.
Yuka melihat sosok bayangan didekat pintu masuk kantin,diapun pamit untuk pergi sejenak. Nariel dan Caramel hanya melirik kearah Yuka berjalan pergi dimana mereka juga melihat sosok hantu perempuan yang cukup cantik mengenakan pakaian SMA jaman dahulu kala.
"Oia,tadi mamah titip pesen. Kalo mulai besok udah gak ada yang nganter kita lagi soalnya Pak Roby mulai sekarang stand by terus sama mamah" Ucap Nara yang membuka pembicaraan setelag hening beberapa saat.
"Kan masih ada lu?"
"Kakak bareng Yuka"
"Lebih mirih bareng orang dari pada ade lu sendiri? Parah emang" timpal Nariel sarkas.
"Gak gitu,dia ternyata sering terlambat kesekolah karena dideket rumahnya minim transportasi yang lewat. Kamu naik taxi aja kalo gak mau bawa mobil sendiri"
"Yaudah,ntar gua biar bawa mobil sendiri"
"Yang biasa-biasa aja"
"Emangnya mobil papah ada yang biasa-biasa aja?"
"Ya emang nggak sih,tapi maksudnya tuh jangan yang mencolok"
"Aston Martin DB11 besok gua yang pegang" Sahut Nariel menghabiskan jus alpukat lalu pergi meninggalkan Caramel dan Nara dikantin.
"Kalo gak gitu kan manja" Ujar Nara yang menatap Nariel berjalan pergi meninggalkan kantin.
Caramel hanya diam membayangkan kejadian yang lalu,dia masih merasa trauma akan kejadian itu.
"Cara?" Nara mengibaskan tanganya didepan wajah kara yang terlihat sedang melamun. "Eh iya kak? Apa?" Jawab Caramel spontan.
"Udah Bell? Kamu gak kekelas" Tanya Nara menaikan alisnya sebelah. "Kalo begitu aku permisi ya kak" Caramel pun kembali kekelasnya dengan berlari kecil.
Nara masih memutar-mutarkan kunci mobilnya sambil berfikir tentang perkataan Nariel sejenak.
"Aston Martin? DB 11? Emang ada ya digarasi? Setau aku disana cuma ada Sesto elemento,huayra,P1,i8 terus... ah bodo lah,papah kebanyakan nyimpen mobil sport udah kayak tanem saham digarasi rumah,terserah anak itulah mau pakai apa selagi bukan Prosche 918 aku"