Nariel berlari menuju orang yang bersebrangan denganya,orang itu menyadari kedatangan Nariel dan melarikan diri,tapi Nariel tidak menyerah begitu saja.
Dia tetap mengejar orang itu,hingga kepersimpangan jalan dan munculah Bara yang mengejutkan orang itu hingga terjatuh.
"Tunggu!" Nariel segera menarik tangan orang itu.
Tudung hoddie yang dikenakanya terlepas,dan Nariel pun dapat melihat wajah seorang gadis perempuan yang dengan jelas dia kenali. Dan dia juga dapat merasakan jika gadis itu adalah indigo juga.
Nara berlari menghampiri mereka,dan terkejut melihat perempuan yang bersama Nariel.
"Loh? Itu kan? Dia bukanya yang biasa dikamar mandi sekolah?"
"Nariel! Tahan dia!"
Gadis itu terkejut melihat kedatangan Nara dan segera menundukan kepalanya. Dai terus menarik tanganya dari genggaman Nariel tapi tidak bisa.
"Kamu kan siswi yang biasa diem dikamar mandi itukan?"
"Hah?!"
Nariel terkejut mendengar jika gadis itu juga satu sekolah denganya,dan dengan cepat Nariel menarik gadis itu hingga bangkit berdiri.
"K..kak.. Nara"
"Kamu ngapain disini?"
"Kamu yang dibelakang sekolah waktu itu kan?! Yang pernah berbicara dengan hantu perempuan itu?!"
Gadis itu mengangguk sambil menundukan kepalanya gemetar dihadapan Nariel. Tentu saja,meski wajah Nariel sangat tampan dipandangan para perempuan tapi jika dia sudah marah Nara pun sedikit segan.
"Lu tau kan? Itu temen sekolah lu juga? Kenapa lu diem aja?!" Bentak Nariel terheran.
"Karena gak mungkin bisa masuk kesana.." Jawab gadis itu ketakutan.
"Kenapa? Emang ada apa?" Tanya Nariel yang mulai meredakan amarahnya.
"Tentu saja itu menakutkan! Emang kamu pikir aku mau gitu terlahir kaya gini?! Enggak! Tinggal sebatang kara aja udah cukup bikin aku takut hidup sendiri! Dan sekarang ditambah lagi aku bisa ngelihat mereka dari dimensi sebrang! Masih sukur aku gak gila! Sekarng kamu malah minta aku ngelewatin gerombolan hantu itu?! Kamu mau bunuh aku! Melewati satu hantu aja udah bikin mual pengen muntah! Dan itu! Disana! Ada puluhan hantu!" Bentak sang gadis melepaskan ketakutanya yang dia pendam selama ini.
Gadis itu terjatuh lemas setelah melepaskan semua beban yang dia pendam selama ini. "Namaku Yuka.. Karina Yuka terserah kalian mau panggil aku apa.. " Ucap Yuka dengan nafas terengah-engah.
Nariel terdiam sejenak setelah mendengar penderitaan Yuka,beruntungnya ada sebuah supermarket yang masih bukan terlihat disebrang jalan lainya. Nariel menarik Yuka bersamanya menuju supermarket itu.
Mereka langsung masuk berlari menuju tepat bahan masakan,mengambil semua garam yang ada disana hingga dua keranjang dan Nariel masih meminta yang berada digudang pada sang kasir. Kasir hanya menuruti Nariel karena mengira Nariel perampok sebelumnya tapi dia langsung berlari menuju gudang penyimpanan dan mengambil sekardus garam membawanya pada Nariel.
Nara tiba dan langsung memberikan Atm nya pada sang kasir. "Maaf ya kak,kita buru-buru" penjaga kasir hanya tersenyum mengangguk pada Nara.
"Anak jaman sekarang ada aja tingkahnya" Gumam penjaga kasir menggelengkan kepalanya.
*****
Nariel berlari bersama Yuka kedepan gerbang rumah Caramel,disana terdapat seorang satpam yang sedang menjaga gerbang. "Kalian mau ngapain?" Tanya satpam dengan tegas.
"Tolong bukain pak! Kami temenya Caramel! Caramel dalam bahaya! Saya liat maling masuk lewat tembok belakang rumah pak!" Sahut Nara asal yang baru saja tiba disana.
Pak satpam langsung membukakan gerbang rumah Caramel,halaman rumahnya cukup luas ditanamai tumbuh-tumbuhan dan pepohonan cemara.
"Dimana malingnya?" Tanya satpam yang menyenter kesekeliling rumah.
Tapi Nariel dan lainya sudah menghilang menerobos masuk kedalam rumah Caramel,mereka menuju lantai dua rumah itu. Mencari letak kamar Caramel,beruntungnya Yuka memiliki kemampuan pendeteksi Aura yang kuat hingga dia dapat langsung tau dimana Caramel berada.
Dari pintu kamar lain seseorang muncul,itu adalah Clarissa kakak Caramel. Sontak Clarissa juga terkejut hingga menjerit melihat Nariel,Yuka dan Nara serta Pak Satpam yang baru saja masuk.
Dari sisi kamar lain seseorang kembali muncul,itu adalah ibu Caramel dan Clarissa yaitu Stevani.
"Ada apa ini?! Siapa kalian masuk kerumah saya?! Nara?!" Teriak Stevani menatapa Nara dan lainya dengan tajam.
Yuka gelagapan bingung ingin menjawab apa,sedangkan Nara dalam posisi waspada. "Nanti aja jelasinya tante! Keselamatan Caramel lebih penting!" Jawab Nariel yang membuka pintu kamar Caramel.
Dan disana Caramel berdiri dengan kepala menunduk,rambut panjangnya terurai menutupi wajahnya. Nariel terkejut kamar itu sudah berisi banyak hantu,dan yang paling mengejutkan ada sosok Satan yang kembali berdiri dibelakang Caramel tapi dia kini telah menguasai tubuh Caramel.
"Oh shit! Everybody Move!"
Satan menjerit bersamaan dengan tubuh Caramel yang telah dikendalikan olehnya. Nariel langsung meminta semuanya menghindar dari ambang pintu hingga hanya tersisa dirinya saja saat ini.
"Ugh!"
Nariel terlempar keluar kamar hingga jatuh kemeja tengah ruang tamu dilantai satu. Pintu kamar Caramel terbanting menutup.
"GARAMNYA!!!!!!!!"
Teriak Nariel dari bawah kepada Nara dan Yuka. Dari luar Bara melesat muncul mendobrak pintu kamar hingga terbuka dan Nara pun melemparkan seember Garam bersama Yuka pada tubuh Caramel.
Kini Iblis itu benar-benar lenyap terbakar hangus,Yuka tak sanggup berkata-kata ketika melihat sosoknya yang sangat besar. Beruntung Yuka lebih kuat dari Caramel dalam melawan Aura Negatif para hantu.
Hantu-hantupun berhamburan keluar dan tersisa tubuh Caramel yang jatuh tergeletak dilantai. Stevani dan Clarissa segera menghampiri Caramel.
Nara dan Yuka serta Pak Satpam menghampiri Nariel yang tergeletak pingsan diatas pecahan kaca meja ruang tamu rumah Caramel.
******
Caramel dan Nariel terbangun dirumah Caramel yang berada didimensi lain,selalu banyak kabut menyelimuti lantai serta gema suara-suara arwah penasaran.
"Cara!!!!!Caramel!!!!!" Teriak Nariel yang berlari kesana kemari mencari Caramel.
Nariel pun mendengar sebuah tangisan seseorang dari bawah kasur kamar Caramel. Dan benar saja Caramel bersembunyi disana layaknya anak kecil yang ketakutan.
"Cara!!!" Teriakan Nariel membuat Caramel terkejut,namun setelah mengetahui itu adalah suara Nariel Caramel segera keluar dari bawah kasurnya dan berlari memeluk Nariel yang berdiri diambang pintu.
"Nariel!!!! Aku takut! Dia balik lagi! Aku gak pernah berfikir kalo ada hantu semenyarmkan itu" Ucap Caramel dengan mulut yang masih gemetaran.
"Udah tenang,gua ada disini kok. Kali ini dia udah bener-bener pergi,dan sekarang mending lu cepetan balik keragaa lu karena disana kakak sama nyokaplu nunggu lu" Jawab Nariel yang mengelus pundak Caramel perlahan.
"Biarin kaya gini dulu,aku masih belum siap ketemu mereka. Aku masih butuh ketenangan." Sahut Caramel yang semakin memeluk Nariel erat.
"Ya,tenang aja gua ada disini"
Caramel melepas semua tangisanya dalam dekapan Nariel,semua beban yang dia pendam selama ini. Dan tanpa sadar Yuka nyaksiin itu semua dengan terharu mendengar semua keluh kesah Caramel yang juga sama sepertinya,terlalu malang menjadi indigo meski telah menutupi sekuat tenaga.
"Mulai sekarang dan seterusnya gua akan ada disisi lu Cara.. lu tenang aja,kita pasti bisa lewatin ini semua.." Bisik Nariel perlahan.
"Promise?"
"I Promise"
Caramel melepaskan pelukanya dan tersenyum ceria pada Nariel. Nariel pun mengusap puncak kepala Caramel dengan lembut dan Caramel pun berjalan memasuki tubuhnya.