Motor mereka berhenti di sebuah taman. Meski di sana cukup ramai karena banyak pasangan yang sedang bermalam minggu, Larisa dan Arvan tetap memilih tempat itu. Mereka mencari tempat yang sepi dan memilih duduk di salah satu kursi yang kosong dan jaraknya cukup jauh dari kursi lain yang ditempati para pasangan itu.
Larisa sudah tak meneteskan air mata meski wajahnya terlihat sembab dengan mata yang merah dan bengkak karena terlalu banyak menangis.
"Lo mau permen?" tanya Arvan sembari mengulurkan satu buah permen rasa kopi pada Larisa yang sedang menundukan kepala tanpa mengatakan apa pun.
Larisa tersenyum tipis lalu menerima permen itu dan memakannya tanpa ragu.
"Kalau lo masih butuh waktu buat nenangin diri, nggak apa-apa. Gue tungguin kok ampe lo siap cerita sama gue."
Larisa kembali tersenyum tipis merasa terharu karena Arvan begitu perhatian dan memahami dirinya.