Masih dengan isak tangis yang tak kunjung reda, Larisa sedang mengeluarkan beberapa pakaiannya dari lemari di dalam kamar. Sebuah koper besar sudah dia siapkan di atas ranjang. Ayahnya mengusirnya bahkan mengatakan tak akan menganggapnya sebagai anak lagi, dia harus pergi sekarang juga karena itu setelah sang ayah melenggang pergi meninggalkannya sendirian, Larisa langsung naik ke kamarnya untuk membereskan beberapa pakaian yang dia perlukan.
Larisa menatap ke arah pintu saat mendengar suara ketukan.
"Non Icha, boleh Bibi masuk?"
Larisa sangat mengenal pemilik suara itu, tentu saja dia adalah Bi Imah yang begitu peduli padanya dibandingkan orang lain di dalam rumah ini. Larisa pun berjalan menuju pintu dan membukanya, mengizinkan wanita paruh baya itu untuk masuk ke dalam kamar.
