Larisa tak mempedulikan walau pintu kamarnya terus diketuk oleh ayahnya dari luar, dia tetap menangis sambil membenamkan wajahnya yang penuh dengan air mata pada guling. Tak peduli meski dia masih mengenakan seragam sekolah, Larisa tetap tengkurap di ranjang dengan tiada henti meneteskan air mata.
Banyak alasan yang membuatnya menangis seperti ini. Dia sedih dan kecewa pada Reza yang semudah itu berpaling darinya. Dan dari sekian banyak gadis, kenapa harus Lisa yang dipilih pemuda itu? Itu yang membuat Larisa tak bisa menerima karena hubungannya dengan Lisa yang memang buruk, dia juga sangat membenci gadis itu.
Alasan lain dia juga kecewa dan sedih dengan sikap ayahnya yang terus melarangnya bergaul dengan Arvan. Padahal Arvan pemuda yang baik. Bahkan kini Larisa meyakini bahwa Arvan jauh lebih baik dibanding Reza.
"Icha! Buka pintunya! Papa belum selesai bicara sama kamu!"