Di dalam kelas, Larisa benar-benar tidak bisa fokus mengikuti pelajaran. Karena selain pembicaraannya dengan Arvan tadi pagi terus terngiang di pikirannya, dia juga merasa duduk di samping Arvan merupakan keputusan yang salah. Dia begitu gugup sekarang terlebih setelah mendengar semua pengakuan pemuda itu yang siapa sangka ternyata sudah memendam perasaan cinta cukup lama padanya.
Sejak tadi Larisa tampak duduk dengan gelisah di kursinya dan hal itu tentunya disadari oleh Arvan.
Arvan menyentuh lengan Larisa dengan ujung penanya karena pemuda itu memang sedang menulis materi pelajaran yang sedang disampaikan oleh guru yang sedang mengajar di depan kelas. Tak ingin mengganggu jalannya pelajaran dengan obrolan mereka karena selain tak ingin mengganggu sang guru yang sedang berkoar-koar di depan kelas, apalagi mengganggu siswa lain yang sedang fokus mendengarkan, Arvan juga tak ingin dirinya dan Larisa dimarahi jika ketahuan sedang mengobrol oleh sang guru.