Kecanggungan melanda dua remaja itu setelah insiden Arvan yang memeluk Larisa secara mendadak dan tanpa permisi. Larisa tak menolak, juga tidak membalas. Dia hanya membiarkan Arvan memeluknya hanya dengan maksud untuk menenangkan pemuda itu yang sedang bersedih. Meski tak Larisa pungkiri jantungnya berdetak tak karuan saat Arvan memeluknya erat dalam waktu yang cukup lama.
Mereka berdua kini duduk di pinggir lapangan. Larisa mengedarkan pandangan, menelisik lapangan basket yang terletak di daerah perumahan elit tersebut. Dia jadi bertanya-tanya kenapa bisa Arvan menyendiri di sini sambil bermain basket sendirian.
"Lo kenapa main basket sendirian di sini?" tanya Larisa, penasaran karena itu dengan berani dia melontarkan tanya.
Arvan menerawang ke depan, ikut mengedarkan mata menatap sekeliling lapangan yang tidak ada perubahan dari yang Arvan ingat. Lapangan basket penuh kenangan itu masih tetap sama seperti dulu.