"Ayo berangkat," Wiga memutar bola matanya malas saat Sadewa kembali ke kamarnya lagi. "Gue harap setelah di Singapura lo enggak seenaknya masuk kamar gue lagi, apa perlu gue pasang pintu listrik disana?" Sadewa tertawa ringan menanggapinya.
"Gue akan terus datang ke kamar lo setiap waktu," jawab Sadewa sekenanya, fiks. Wiga semakin membenci Sadewa sekarang. "Menjauh dari pintu, gue bisa keluar kalau lo jauh-jauh dari gue," Sadewa menurut saja.
Dia berjalan tiga langkah menjauhi pintu kamar Wiga. Dengan langkah tegasnya, Wiga berjalan santai meninggalkan Sadewa dibelakangnya. "Gue mau ke bandara, dan gue enggak mau satu mobil sama lo," Sadewa menganggukan krpalanya santai.