"Gue senang lihat lo nurut sama gue," ucap Sadewa mengambil tasnya untuk dipakai dikedua bahunya. "Lo pikir gue mau tinggal sama lo dengan segampang ini," jawab wiga dengan nada tidak bersahabat.
Sadewa terkekeh, dia berjalan mendekati Wiga. "Benar kata lo, apapun bisa ayah lakukan," Wiga berdecit bodoh. "Gue anaknya, gue yang tahu semua tentang ayah. Apa lo pikir, setelah empat tahun lo tinggal bareng lo bisa langsung tahu apa yang dia bisa?" Wiga tersneyum smirk sedikit.
"Gue enggak akan pernah buang-buang uang dengan alasan sepele. Ayah mau membatalkan pemberangkatannya jadi besok dengan alasan sepele karena dia mau lo tinggal di rumah yang lo mau atas nama lo," Sadewa menggelengkan kepalanya tidak habis fikir.
Rumah disana sangat mahal, dan Wiga mau tinggal disana dengan rumah atas nama rumahnya. Wiga memberi waktu ayahnya sampai satu minggu, tapi karena koneksi kerja disana sangat dekat dengan Ayah.