Hari Minggu dimanfaatkan Budhe untuk menata taman depan. Budhe mengajak Nayla untuk ikut mengatur tata tempat bunga-bunga yang sedang bermekaran. Mereka menyirami tanaman dari pagi, dibantu mbak Romlah dan Pak Didin. Pakdhe Barata masih berkutat dengan pekerjaan di ruang kerja. Nayla sangat antusias menata pot pot kecil yang sudah ada di Taman. Sampai jam 10.00 mereka duduk di kursi meja bundar yang ada di sana.
"Nayla ndak marah sama Budhe?" tanya Budhe setelah meminum teh Melati.
Nayla tersenyum, membuka topi dan berkata "Ndak lah Budhe. Budhe udah kaya Bunda Nay. Budhe selalu paling baik sama Nay. Jadi Nay ndak pernah marah sama Budhe" Nayla kemudian minum teh yang hampir dingin.
"Maafkan sikap Eja dan Gina ya. Mereka mungkin suka ngomong blak blakan. Tapi mereka ndak bermaksud nyakitin Nay kok" Budhe berusaha menangkan.
"Budhe... Nay ndak pernah marah sama siapapun di rumah ini. Maaf kemarin Nay langsung masuk kamar. Nay takut ganggu" masih dengan senyuman, Nayla menjawab dengan menggenggam tangan Budhe Rintang.
"Kalau Nay ada masalah apapun, Nay bilang aja sama Budhe. Atau misal Eja dan Gina nakal. Lapor aja sama Budhe. Biar dihukum Pakdhe aja"
Mereka tertawa lepas, Budhe sudah seperti Bunda. Sifat mereka hampir sama. Nayla heran kenapa anak-anak Budhe tidak seramah Budhe. Hari ini saja yang nemenin Budhe menata taman malah Nayla. Anak-anaknya kemana coba? Reyza dan Gina pagi sekali sudah pergi bawa mobil. Nayla tidak pernah bertanya mereka kemana. Nayla tidak terlalu peduli.
Saat Budhe dan Nayla akan memulai aktifitasnya kembali, tiba-tiba ada mobil masuk. Mungkin ada tamunya Budhe. Nayla tetap fokus menanam tanaman baru. Budhe berdiri dan menghampiri sang tamu. Nayla masih ingat ucapan Reyza. Tidak boleh ikut campur masalah tamu.
Nayla tidak tahu ternyata yang datang adalah Dimas. Diam-diam Dimas mengambil gambar Nayla yang sedang sibuk menanam Mawar ke pot kecil. Nayla terlihat sangat lucu memakai topi bundar yang lebar biar tidak kepanasan, dan memakai sarung tangan saat memindahkan tanah ke pot. Nayla terlihat begitu mempesona di mata Dimas. Foto yang diambilnya kemudian dibuat status whatsapp dengan caption "Mawar merah 🌹" . Dimas menyeringai saat memasukkan ponsel ke dalam saku celana.
"Sibuk banget Nay" Dimas berjalan mendekati Nayla.
"Kak Dimas?" Nayla terkejut saat menoleh.
"Daritadi udah salam ndak dijawab sama Nay"
"Maaf, Kak Dimas nyari Mas Rey? Tadi pagi pergi sama Mbak Gina" Nayla melanjutkan aktifitasnya.
"Butuh bantuan ndak? Kakak kesini nyari kamu"
"Ndak usah kak. Budhe mana? Tadi bukannya sama Kak Dimas?" Nayla memalingkan pandangan dan baru sadar Budhe Rintang tidak kelihatan.
"Tante Rintang masuk ke dalam. Ini Kakak bawain kue lapis Surabaya paling enak di sini. Kue lapis buatan tante Mira, temannya Tante Rintang. Cobain deh!" Dimas membuka dus kotak yang dibawanya.
Nayla hanya tersenyum dan terus melanjutkan menanamnya. Dimas akhirnya turun ke taman ikut membantu Nayla. Tak lama kemudian Budhe keluar membawa gelas teh untuk Dimas.
"Nak Dimas tumben kesini hari Minggu? Biasanya ada bisnis sama Pak Roto" Budhe bertanya sambil menuangkan teh.
"Ndak tante, Papa pergi ke Jakarta. Jadi aku main kesini" jawab Dimas.
"Eja pergi dari pagi sama Gina. Kamu ndak tahu?"
"Tahu tante, lihat statusnya Eja. Hari ini aku kesini buat nganter pesenannya Nayla. Dia belum nyoba kue lapis buatan tante Mira"
"Loh kok Budhe ndak tahu Nayla pengin kue lapis. Nayla ndak bilang sama Budhe. Kalau tahu kan Budhe tinggal telepon tante Mira" Budhe bingung dan melihat Nayla yang membulatkan mulutnya.
Kapan Nayla minta Dimas beli kue lapis?
***
Di Mall Galaxy Surabaya, Reyza menemani dua gadis remaja belanja. Gina dan Laura sedang memilah jilbab dengan begitu antusiasnya. Mata Reyza tertuju pada jilbab yang terpasang di manekin. Jilbab corak dominan warna ungu muda. Tanpa pikir panjang, Reyza membeli dua jilbab warna ungu muda dan merah muda.
Setelah membayar jilbab pilihannya, Reyza memutuskan untuk menunggu di luar konter dan duduk di kursi yang ada. Memainkan ponsel dan melihat status whatsapp. Reyza meremas ponselnya saat melihat status dari Dimas.
"Mas ada urusan mendadak, kalian mau ikut mas pulang apa masih betah di sini?" Reyza mendekati Gina.
"Kenapa mendadak Mas Eja? Kita kan udah janjian hari ini. Ndak asik ahhh" Gina mengerutkan bibirnya.
"Gapapa Gin, kita bisa pesan grab apa naik taksi aja. Mas Eja kasihan, takutnya urusannya sangat penting" Laura menengahi dengan bijaksana.
"Makasih Laura, kamu paling ngertiin Mas"
"Ya jelas lah, Laura emang paling say... Hmmmmm " mulut Gina dibungkam oleh Laura.
"Yaudah mas pulang dulu. Jangan pulang terlalu sore okeeee!!!" Reyza berlalu dengan cepat.
.....
Nayla merasa terganggu saat suara ketukan pintu kamarnya makin keras. Nayla sudah lelah menata taman dari pagi. Dia hanya ingin istirahat sebentar, tapi keadaan tidak mengijinkan.
"Mawar.... Mawar.... Buka pintunya!" Reyza mengetuk pintu sudah hampir dua puluh menit lamanya.
"Sebentar!" Nayla segera memakai jilbab instannya. Kemudian membuka pintu kamar. Betapa kesalnya dia saat mengetahui yang mengganggu adalah Reyza. "Mas Rey udah pulang? Cepat banget".
"Kalau ndak pulang cepat ntar ada yang kesenengan diapelin" ucap Reyza ketus. Dengan cepat mengulurkan tangan memberi paperbag.
"Ini apa mas Rey?" Nayla menerimanya dengan bingung.
"Biar kamu tahu diri!" Reyza berlalu ke kamarnya.
Nayla hanya menerima paperbag, menatap kepergian Reyza dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
...
Di foodcourt Mall Galaxy Gina dan Laura sedang menunggu pesanan makanan yang tak kunjung datang. Mereka ngobrol tentang segalanya. Sampai akhirnya saat Laura membuka ponsel, Laura langsung menutup mulutnya sendiri dengan tangan. Dia terkejut melihat status Dimas.
"Ya ampun Gina, Mas Dimas masang fotonya Nayla. Wow banget ini" Laura menunjukkan ponselnya kepada Gina.
"Bukannya ini di taman rumah aku, ngapain Mas Dimas kesana. Dan sama Nayla gitu?" Gina menggertak gigi begitu kesalnya. Gina istighfar beberapa kali dalam hati. Takut terbawa emosi.
"Mungkin nyari Mas Eja tapi ketemunya sama Nayla. Kan mas Eja tadi nganterin kita. Apa jangan-jangan Mas Eja pulang karena ada Mas Dimas?" Laura masih menenangkan Gina.
"Ndak tahu, Nayla belum sadar statusnya dalam keluarga" Gina keceplosan, dan dia tidak menyesal.
"Maksud kamu apa Gin? Status Nayla gimana maksudnya?" Laura pun jadi penasaran.
"Dia cuma anak angkat, tiba-tiba pindah ke sini untuk kuliah dan itu mendadak. Aku jadi curiga sama dia" Gina sudah tidak bisa memendam amarahnya, karena cemburu.
"Apa?" Laura terkejut mendengarnya namun bibirnya tersenyum penuh arti.
***
T. B. C