Chereads / I FEEL ALONE / Chapter 9 - I FEEL ALONE - Sangat tak di inginkan

Chapter 9 - I FEEL ALONE - Sangat tak di inginkan

Setelah beberapa menit gue terdiam, gue baru sadar kalau ternyata gue diam di sini sudah 30 menit, karena setelah telepon-an sama Om baru jam 22:30 dan sekarang sudah jam 23:03.

"Pah, apa Papah gak rindu sama Vitta?" tanya gue sambil menatap ke arah langit-langit apartemen gue.

"Mah, apa Mamah juga gak rindu sama Vitta?" lanjut tanya gue sambil tersenyum entah karena apa. Senyuman untuk menahan air mata? Haha, gue tahu itu kok.

"Udah satu tahun lebih lho kita gak temu. Om, aja kadang suka telepon aku, apa kalian gak mau telepon aku?" Gue bermonolog sambil melihat ke arah layar ponsel.

Gue mencoba membayangkan kerinduan gue kepada mereka, membayangkan semuanya indah, membayangkan gue dan mereka bisa bersama dan diterima dengan keterbukaan oleh mereka semua.

Gue tahu kalau gue sudah berusaha melupakan mereka, gue sudah berusaha untuk menutup harapan gue akan kembali bersama dengan mereka, tapi hati kecil ini tak bisa dibohongi.

"Bagus deh kalau kamu udah mau keluar dari rumah ini, kita gak perlu cape-cape biayai kamu lagi!" ucap Papah dengan nada yang begitu membentak disertai dengan ekspresi yang begitu bahagia.

"Iya udah sana pergi!" sambung Mamah dengan nada yang begitu enteng. Tak terlihat kalau Mamah merasa berat hati saat menyuruh gue pergi dari rumah.

Awalnya gue sempat berpikir apa gue se-begitu tak diharapkannya oleh keluarga ini? Apa gue begitu tak berharganya di keluarga ini?

"Dan jangan harap kamu bisa kembali lagi ke rumah ini!" bentak Papah lagi.

Kalian bisa bayangkan tidak bagaimana perasaan gue saat itu. Perasaan seorang anak yang tidak salah apa pun, tapi kehadirannya sangat tak diinginkan, bahkan kehidupannya pun sangat tak diharapkan.

Gue tahu kalau tak semua anak merasakan apa yang gue rasakan saat ini, tapi gue yakin kalian bisa merasakan apa yang gue rasakan saat ini.

"Arghhh! Kenapa yang muncul di pikiran gue sekarang malah kejadian itu?!"

Gue mengacak-ngacak rambut gue. Kenapa dada gue tiba-tiba sesak ya, kenapa napas gue tiba-tiba menjadi cepat? Kenapa jantung gue semakin berdebar kencang?

"ARGHHHH!!!"

Prnkkkkkk

Gue sudah tak bisa menahan emosi gue lagi. Mangkuk mie yang semula ada di meja, kini sudah pecah berantakan. Emosi gue kumat lagi, gue benci situasi ini! Gue tidak bisa mengontrol diri gue kalau gue sudah ada di situasi seperti ini.

"Kenapa gue selemah ini?" Gue mencoba berteriak untuk mengeluarkan semua emosi gue.

"Kenapaaa????"

"KENAPA?" Air mata itu keluar tiba-tiba dan mengalir jatuh dari mata gue membasahi pipi gue.

"Arghhh, gue gak kuat." Kali ini air mata gue mengalir dengan begitu derasnya, sakit yang hati gue rasakan sudah kelewatan.

"Engggak!" teriak gue saat bayangan masa lalu gue kembali berputar di pikiran gue.

Srrretttttt

Tanpa berpikir panjang gue langsung mengambil pisau yang berada di depan mata gue, membuat luka sayatan yang cukup panjang. Luka itu terukir indah di bagian paha gue.

Sayatan kali ini berbeda, ia lebih panjang dan bahkan lebih dalam. Darah yang keluar pun dengan begitu cepatnya dan banyak yang membuat lantai apartemen gue kotor oleh cairan kental berwarna merah yang baru keluar dari tubuh gue.

Gue berjalan begitu cepat kemudian mematikan lampu kamar gue, gue menangis di sana. Tangisan gue semakin kencang, bahkan gue semakin inghak-inghakan.

Gue memang orang yang takut akan kegelapan, tapi tak ada cara lain selain merenung dalam kegelapan dan merasakan kesendirian.

Bagaimana hati gue tidak semakin sesak sekarang, gue baru sadar ternyata luka yang gue buat sekarang ternyata terlalu besar. Perih? Sakit? Itulah yang tengah gue rasakan sekarang.

Rasa sakit di hati gue tengah bercampur aduk dengan rasa sakit yang ditimbulkan oleh luka yang baru saja gue buat itu. Sakit sekali, saat kedua luka ini bersama. Tapi luka yang mereka timbulkan rasanya jauh lebih sakit, jika dibandingkan dengan ini.

Gue mencoba memejamkan mata gue, gue mencoba untuk mencari titik tenang dalam diri gue. Gue mencoba membuat isak tangisan dalam diri gue mereda. Gue merasa tersiksa saat berada di kondisi seperti ini.

"Mah, Pah, tolong. Jika Mamah sama Papah sudah tidak sayang sama Vitta, tolong Mamah sama Papah jangan terus muncul di pikiran Vitta." Ternyata tangisan itu tak berhenti, hati gue merasa begitu sedih kali ini.

"Vitta sudah merasa sangat sakit saat sedang bersama dengan kalian. Apa rasa sakit yang Vitta derita saat bersama dengan kalian masih belum cukup? Sampai-sampai sekarang Vitta sudah tak tinggal bersama dengan kalian juga kalian masih belum puas melihat Vitta menderita?"

"Bukankah keinginan kalian sudah Vitta penuhi? Kalian pengen Vitta keluar dari rumah itu kan? Sekarang Vitta sudah keluar dari rumah itu, tapi kenapa Mamah sama Papah belum keluar dan pergi dari pikiran Vitta? Ini gak adil Mah, Pah. Vitta merasa begitu tersiksa akan ini semua Mah."

Saat kalian mendapatkan sebuah kebahagiaan yang tak terhentikan dari keluarga kalian, mungkin gue juga mendapatkan sesuatu yang tak terhentikan dari keluarga gue. Tapi, bukan kebahagiaan yang gue dapatkan, melainkan sebuah kesedihan.

Kesedihan itu terus berjalan dan terus membuat diri gue tersiksa dalam keadaan seperti ini. Gue seperti benar-benar disiksa oleh pikiran, selain gue yang terus merasakan kesendirian dan kesepian, gue juga terus merasakan kecewa dan sakit hati saat semua kejadian itu terus terbayang di pikiran gue.

*****

Sinar mentari sudah tampak lumayan terang yang membuat mata gue merasa silau, tidur gue sudah tak terasa nyenyak.

"Ah sial! Gue telat lagi!" gerutu gue saat melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan kurang, sedangkan gue baru membuka mata gue dan baru tersadar dari alam tidur gue.

Gue bangkit dari tempat tidur gue dan gue langsung berjalan ke kamar mandi. Selesai mandi ternyata gue baru sadar kalau ternyata gue tidak keramas.

Ah bodo amat! Mau jam berapa gue sampai ke sekolah kalau gue harus mandi ulang? Gue hanya menggunakan parfum rambut saja, gue sudah tidak punya waktu yang lebih untuk keramas, bahkan waktu gue sudah kurang.

Sarapan? Ah gue lupa akan hal itu, yang gue ingat sekarang adalah telat! telat! Dan telat! Itulah yang ada di pikiran gue.

Gue hari ini telat bangun mungkin karena tidur gue terlalu nyenyak, soalnya sebelum gue tidur gue habis menangis sampai ter-inghak-inghak dan tanpa sadar ternyata gue ketiduran dalam keadaan yang masih mengeluarkan air mata.

Tenang saja itu semua tak membuat mata gue bengkak karena semalaman menangis, gue masih ingat untuk menggunakan eye cream dan gue rasa ini cukup menghilangkan bengkak serta mata panda gue. Gue tidak mau kalau nantinya bakalan ada orang yang menanyakan alasan kenapa mata gue seperti ini.

Percayalah ketiduran setelah menangis itu bukan hal yang menyedihkan, namun itu adalah kenikmatan yang bisa didapat tanpa harus sengaja dibuat. Menangis sampai ketiduran itu sangat nikmat, nikmat tidurnya maksudnya. Buktinya gue sampai telat bangun, karena saking nikmatnya haha.

Jangan tanyakan kenapa gue menangis sebelum tidur, karena tak ada jawaban lain selain gue teringat akan bayangan masa lalu gue. Bosan? Lelah? Itulah yang gue rasakan saat masa lalau itu kembali muncul di pikiran gue.

Gue sudah cape kalau setiap kali gue sedih atau setiap kali gue bad mood bayangan masa lalu gue selalu muncul, gue benci situasi itu.

Gue serasa dihantui oleh kejadian buruk di masa lalu, bahkan seketika gue merasa depresi berat kalau misal kejadian yang sudah berusaha gue lupakan justru malah kembali teringat.

Ah, i hate this situation! I very hate this situation!!

Gue terus menambah kecepatan motor gue, meski gue tahu kalau gue sudah telat se-enggaknya jangan sampai kelamaanlah telatnya.

Kalian pikir gue bodo amat akan hal sekolah? Enggak kok! Gue masih takut kalau kesiangan, gue juga masih punya rasa gak malu saat kena hukuman.

Terlebih kalau gue harus menjalan hukuman di tempat umum, gue juga masih mempunyai rasa malu kalau gue harus di hukum di depan banyak orang.

Saat kalian beranggapan kalau gue menjalani hidup yang bahagia, tapi gue tidak merasa menjalani hidup seperti yang kalian bayangkan dan mungkin seperti itu juga dengan kepribadian gue di sekolah.

Saat kalian berpikir gue termasuk salah satu siswi yang bad student, tapi kenyataannya mungkin memang seperti itu, hanya saja gue berbeda dengan yang lain.

Saat yang lain tahunya hanya berbuat onar dan yang lainnya, tapi gue masih memikirkan bagaimana nasib gue ke depannya dan gue juga memang sering bolos saat jam pelajaran, tapi bukan berarti gue tidak paham sama materi apa yang sedang dijelaskan.

Intinya jangan terlalu cepat dalam hal menilai dan juga menyimpulkan!