Riv tidak menyangka jika dirinya akan ikut mengantarkan Bintang dengan seorang laki-laki tampan yang dipanggilnya sebagai 'Ayah' itu. Melihat kekhawatiran Bi Narsih dan juga kepasrahan Bi Narsih membiarkan laki-laki itu mengantarkan Bintang membuat Riv tidak tega dan berniat membantu.
Sepertinya lelaki di samping Riv ini bukan orang jahat. Dilihat dari tinggi tumbuhnya yang tinggi—lebih pendek dari Dan, wajahnya tampan—tidak lebih tampan dari Dan sih. Memang, secara fisik, laki-laki ini tidak lebih tampan dari Dan, namun secara attitude dan keramahan jelas laki-laki ini lebih unggul.
Dokter Nathan yang notabene seorang dokter yang sibuk pasti bisa tiba-tiba saja mendapat panggilan untuk ke rumah sakit, sama seperti tadi yang dengan amat terpaksa membatalkan niat baiknya mengantar Bintang ke sekolahan. Bintang sih malah kelihatan senang, senyum yang sangat jarang—atau bahkan tidak pernah ya— Riv lihat kini terlukis indah di bibir Bintang.
"Eum, boleh tau dengan siapa?"
"Eh?" Lamunan Riv buyar saat mendapat pertanyaan tiba-tiba dari laki-laki yang sekarang sedang fokus mengemudikan mobilnya.
"Hahaha santai saja. Jadi, namanya siapa?" Tanya laki-laki tersebut mengulangi pertanyaannya dengan senyum yang tidak pernah luntur dari bibir tebalnya.
"Rivera Jernih Nareswantika. Bapak sendiri namanya siapa?" Tanya Riv. Sebenarnya Riv bingung memanggil apa, tapi ya sudahlah Riv memilih yang paling aman saja.
"Saya Auriga Bina. Panggil saja Bina," balas laki-laki yang baru Riv ketahui bernama Bina itu.
"Ah ya kalau gitu Bina—eh tapikan pasti Anda lebih tua dari saya jadi kalau dipanggil Kak Bina aja boleh kan?" Setelah mendapatkan anggukan setuju dari Bina, Riv melanjutkan, "Kak Bina bisa panggil aku Riv."
"Riv ya? Nama panggilan kamu unik," kata Bina masih dengan senyuman. Riv jadi bertanya-tanya, apa tidak pegal bibir Bina tersenyum sedari tadi.
"Ayah, nanti pulangnya sama ayah lagi kan?" Tanya Bintang mengalihkan perhatian Riv dan Bina yang tadi sedang mengobrol.
"Siap kapten! Asal nanti kapten makan yang banyak ya," ujar Bina dengan lembut kepada Bintang.
Kalau boleh jujur, sebenarnya Bina ini lebih cocok menjadi orang tua Bintang daripada Dan. Melihat bagaimana luwesnya Bina dalam menjawab permintaan dari Bintang pasti sudah bisa disimpulkan; Bina calon papa yang baik.
"Pasti itu! Nanti Bintang makan bekal yang dibawain Bi Narsih sampai habis," perkataan Bintang membuat Riv tersenyum karena Bintang berbicara dengan semangat.
"Anak pintar," puji Bina seraya mengacungkan jempolnya yang langsung diikuti Riv.
Setelah sampai di sekolah Bintang, Bintang segera turun dari mobil tidak lupa menyalimi tangan Bina juga Riv membuat Riv tersenyum semakin lebar.
"Kamu... Pulang bareng saya aja ya?" Tawar Bina setelah Bintang sudah tidak terlihat.
"Gak perlu kak, aku pesen ojek online aja," tolak Riv dengan halus bermaksud agar Bina tidak tersinggung.
"Saya tunggu,"
Riv segera merogoh kantung celananya untuk mengambil handphonenya. Riv mengerutkan kening ketika tidak menemukan benda yang dicarinya.
"Mati gue!" Gumam Riv pelan namun ternyata Bina bisa mendengar gumaman pelannya.
"Kenapa?" Tanya Bina penasaran.
Riv mendongakkan kepalanya dan meringis, "Ternyata lupa gak bawa handphone sama dompet."
Bina tidak bisa menahan tawanya mendengar pernyataan jujur dari Riv. Sedangkan Riv masih meringis malu, kalau saja Riv tidak sok-sok an menolak tawaran dari Bina, pasti dirinya tidak malu dengan kejadian itu.
"Ayo saya antar!" Ajak Bina lalu berjalan menuju mobilnya masih dengan tawa yang terdengar.
Riv kemudian mengikuti Dan. Perjalanan pulang pun tidak dilewati keduanya dengan canggung. Sosok Bina yang ramah tentu cocok dengan Riv yang punya selera humor anjlok. Tidak terasa sudah sampai di depan rumah Riv.
Tapi tunggu!
Ada Dan di depan rumah Riv!
Menilik tubuh Dan yang menegang dengan wajah yang semerah kepiting membuat perasaan Riv jadi tidak tenang. Melirik kearah Bina yang duduk di sampingnya, Riv tidak menyangka Bina masih bisa menampilkan wajah tenangnya padahal ada hulk yang siap menerkam di depan.
Riv membelalakkan matanya saat melihat Dan melangkah kearah mobil Bina. Setiap langkahnya seperti diiringi backsound musik khas film horor apalagi dengan seenak jidatnya Dan memukul kaca mobil Bina. Untung tidak pecah.
"Jangan khawatir," ucap Bina lalu membuka pintu mobilnya. Kejadian selanjutnya tentu sudah Riv duga.
Dengan tergesa-gesa Riv keluar dari mobil saat melihat Dan yang meninju wajah Bina. Auw, itu pasti sakit sekali. Tetapi Bina malah tersenyum!
"Aduh Om jangan main tonjok-tonjok orang dong!" Teriak Riv yang tentu tidak didengar oleh Dan. Untung saja komplek saat ini sedang sepi, kalau tidak sudah jadi bahan tontonan.
"Lo lupa apa yang gue bilang HA?!" Tanya Dan dengan suara yang sangat menggelegar.
Riv tidak menyangka, orang yang tadi malam dilihatanya dengan pandangan kosong dan tubuh lemah dengan sosok manusia jelmaan hulk di siang hari ini adalah orang yang sama. Ah, Riv tau ternyata orang yang Dan pukul beberapa waktu yang lalu adalah Bina! Sungguh parah Dan ini.
"Bukan berarti lo bisa seenaknya. Gue masih punya hubungan yang lebih kental kalau lo lupa," ucap Bina dengan tenang seraya melirik Riv singkat.
Jangan-jangan ini masalah perempuan lagi. Dalam pikiran imajinatif Riv, Dan serta Bina sedang memperebutkan seorang perempuan. Mungkin Mamanya Bintang, apakah itu sebabnya Bintang menyebut Dan dengan 'Papa' dan menyebut Bina dengan 'Ayah'. Tidak salah lagi. Siapa perempuan yang diperebutkan kedua laki-laki tampan ini? Riv penasaran.
"Lo ninggalin mereka kalau lo lupa," ujar Dan dengan lamat-lamat.
Mereka? Siapa?
Bina menghela napasnya lelah, "Gue gak ninggalin. Butuh berapa kali gue jelasin?" Ucap Bina dengan lelah apalagi dengan sobek di ujung bibirnya, pasti sakit.
"Tapi lo 'iya'!" Sahut Dan dengan dingin.
"Gak adil tau nggak? Gue rasa ada masalah sama otak dan hati lo kalau pada kenyataannya yang lain percaya sama gue,"
"Ngerti apa lo tentang gue?" Tanya Dan seraya tertawa miris. "Gue cuma melindungi apa yang seharusnya dilindungi!"
Hellowww, apakah mereka lupa masih ada Riv di sini? Ah tidak papa, lanjutkan! Riv juga kepo.
"Hahahaha lo bilang lo cuma melindungi apa yang seharusnya dilindungi? Dan, Lintang gak butuh lo lindungin dari apapun itu—kalau kata lo sih dari gue karena pada kenyataannya lo gak pernah peduli sama orang asing yang kebetulan jadi pasangan sahabat lo"
Oh Lintang, jadi Lintang itu istri Dan? Eh atau apa? Batin Riv dengan bingung.
Dan hanya diam membuat Riv kepo setengah mati. Jangan berhenti di tengah jalan please, Riv belum menemukan pencerahan atas masalah ini.
"Lo mau tau kenapa lo ngelakuin ini semua? Cuma buat ngehidupin paksa jiwa lo yang.... Lo pasti tau apa maksud gue," Bina melepaskan tangan Dan yang sejak tadi mencengkeram kerah bajunya dengan pelan. Lalu Bina berjalan pelan kearah Riv.
"Jaga diri," ucap Bina seraya mengusap lembut kepala Riv lalu segera kembali ke mobil miliknya.
Jaga diri? Apa maksud Bina? Jangan-jangan setelah Bina, Riv sasaran selanjutnya. Riv bergidik saat merasakan ada tatapan yang seolah menusuk tubuh Riv.
Dan menatapnya, dengan tatapan yang tidak dapat Riv definisikan artinya. Hanya Dan serta Tuhan yang tahu apa maksudnya.
Tetapi dari tatapan itu, Riv dapat melihat ada luka mendalam dalam dirinya Dan. Yang mungkin..... Sudah merusak Dan terlalu dalam.
TBC