Riv memandang Bila, Feka, Nova dan Nanda dengan pandangan mencela pasalnya keempat sahabatnya itu memberikan beberapa foto laki-laki dari beberapa fakultas.
"Nih, ini temennya Aldi. Dijamin endes banget deh," ucap Feka menunjukkan foto seorang laki-laki berambut gondrong yang merupakan teman Aldi —pacar Feka— yang juga berambut gondrong. Bisa ditebak kan dari fakultas apa?
"Jangan-jangan Riv, mending sama yang ini aja. Ini orangnya sopan banget tau nggak," kata Bila menunjukkan sebuah foto kepada Riv dengan antusias.
Saat gantian Nanda yang akan berbicara, Riv lebih dulu memilih untuk bersuara menyampaikan pendapatnya karena daritadi ia hanya diam saja.
"Ngapain sih pakai ginian segala? Nanti kalau udah waktunya gue dapat pacar sendiri tanpa ada acara comblang-comblangan kaya gini," ujar Riv sebal lalu membereskan foto-foto tersebut dan meletakkan ke tangan Nova.
"Ya waktunya itu kapan Riv? Kita tuh pengin bisa ngedate bareng-bareng, sama lo juga. Biar kalau kita pacaran di depan lo gak merasa sungkan," ucapan Nanda membuat Riv mendengus sebal.
"Masalahnya ya, tiap kalian pacaran di depan gue tuh gak merasa sungkan deh," ucapan Riv membuat keempat temannya kontan meringis malu.
Memang mereka jika pacaran tidak pernah merasa sungkan pada Riv saat mereka sedang mesra-mesraan sedangkan Riv juga tidak merasa apa-apa toh tidak merugikan dirinya sama sekali.
"Kita juga pengin lo ngerasain punya pacar. Biar kalau gak ada jemputan ada yang siap siaga gitu Riv," ujar Feka.
"Jadi, kalian minta gue nyari pacar atau nyari supir nih?" Tanya Riv seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Pacar lo bisa jadi supir lo juga. Multifungsi gitu loh Riv," ucapan Nova membuat mereka berlima tertawa padahal tidak ada yang lucu.
"Oh jadi selama ini pacar lo juga lo anggap supir Nov?" Canda Riv menggoda sedangkan Nova hanya mendengus.
"Waduh, bisa marah nih Mamas Ledinya gara-gara dianggep supir sama Mbak Nova," timpal Feka lalu mereka melanjutkan meledek Nova yang hanya terdiam kecut di tempatnya.
Sedangkan Riv bersyukur dalam hati pasalnya para sahabatnya sudah beralih menggoda Nova seakan lupa misi mereka mencarikan pacar untuk Riv.
***
Samudera itu tampan, kakaknya itu memiliki banyak teman perempuan yang sering main ke rumah dengan membawakan banyak jajanan. Tapi musuh perempuannya juga banyak, karena sering diphp.
Entah sudah berapa banyak perempuan yang mengirimi pesan kepada Riv sekedar untuk menanyakan status Samudera sekarang ini yang tentu Riv jawab tidak tahu karena memang dirinya tidak pernah ikut campur urusan Samudera. Kecuali meminta makanan yang dibawa teman kakaknya itu.
Namun kakaknya tidak pernah benar-benar jatuh cinta—kata Samudera sendiri— perempuan-perempuan itu hanya Samudera jadikan sebagai hiburan dikala sepi. Memang sok ganteng sekali kakaknya yang satu itu. Semoga karma tidak menghampiri Riv, amit-amit deh.
Namun, berbeda dengan hari ini. Samudera datang dengan wajah cerah secerah matahari siang hari ini dengan senyum selebar jalan tol —abaikan Riv yang hiperbolis— seraya menenteng plastik berisi martabak manis langganan Riv.
"Eh adek gue yang cantik," ucap Samudera setelah mendudukkan dirinya di sofa sebelah Riv.
"Apaan? Ada maunya ya lo?" Selidik Riv kepada kakak satu-satunya ini.
"Ih kok adek gue gitu sih sama kakaknya sendiri. Ini kakak yang ganteng bawain martabak manis red velvet spesial khusus buat adekku tersayang," perkataan Samudera menambah kerut samar di kening Riv.
"Tumben banget. Ada maunya nih pasti," ucap Riv namun tangannya dengan cekatan memindahkan martabak manis yang selalu terasa enak ke dalam mulutnya, menikmati martabak manis red velvet spesial gratis dari sang kakak yang hari ini mencurigakan.
"Oh tentu tidak. Tau gak lo? Gue habis ketemu cewek, cantik banget deh. Ramah lagi sampai nawarin gue sunscreen karena muka gue udah merah banget kena matahari," kata Samudera dengan berseri-seri.
"Oh," jawaban Riv mengundang decakan Samudera namun mungkin karena Samudera benar-benar senang saat ini lima detik kemudian wajah Samudera sudah kembali.
"Jadi, nama ceweknya siapa?" Tanya Riv basa-basi. Yah, sekedar menyenangkan Samudera sajalah paling tidak kan Riv juga untung karena bisa makan martabak manis sepuasnya.
"Alkana. Namanya Alkana. Nama sama orangnya aja cantik banget," ucap Samudera dengan semangat.
Riv mengerutkan keningnya mendengar nama itu, " Alkana? Kayak nama-nama hidrokarbon yang gue pelajarin dulu kelas sebelas," ucap Riv.
"Hahaha. Gue tadi juga bilang gitu, terus lo tau dia bilang apa?" Tanya Samudera yang tanpa menunggu jawaban Riv langsung berkata, "Dia ternyata tiga bersaudara. Namanya tuh nama-nama hidrokarbon dari Alkana, Alkena, Alkuna!"
"Pfft, pasti orang tuanya suka banget sama kimia deh," Riv tidak kuasa menahan tawanya seolah itu sesuatu yang lucu.
"Gak tau. Tau gitu gue tanya ya," gumam Samudera lalu diam dan tersenyum-senyum sendiri. Riv yang melihatnya meringis jijik, ekspresi Samudera benar-benar cerah.
Lalu bergerak sepelan mungkin tanpa diketahui Samudera, Riv pergi meninggalkannya menuju teras depan. Lalu saat sampai teras depan malah menemui Dan yang keluar dari mobilnya dengan terburu-buru.
Riv berjalan menuju pagar rumahnya lalu terkejut saat mendengar suara Dan yang menggelegar marah. Lalu Mama Riv dan Samudera keluar rumah saat mendengar suara Dan yang menggelegar.
"Kenapa?" Tanya Mamanya yang Riv jawab dengan gelengan kepala karena Riv benar-benar tidak tahu.
Mama Riv dan Samudera langsung berlari ke rumah Dan meninggalkan Riv sendirian. Riv akan menyusul namun lebih dulu menenangkan para tetangga yang keluar dari rumah karena suara Dan benar-benar menggelegar.
"Aduh itu mas Dan nya kenapa Mbak Riv?" Tanya seorang tetangga yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Riv. Lalu yang lain ikut menganggukkan kepalanya tanda juga penasaran.
"Gak tau Bu. Tadi tiba-tiba aja Mas Dan teriak," ucap Riv sama bingungnya.
"Woalah gimana ini, ini kita-kita masuk ke rumah Mas Dan aja gumana?" Tanya tetangga Riv yang lainnya.
"Brengsek!" Riv terlonjak kaget saat lagi-lagi mendengar teriakan Dan begitupula ibu-ibu di depan Riv.
"Itu, mending ibu-ibu pulang ke rumah masing-masing aja biar saya yang kesana ya?" Pinta Riv dengan pelan lalu meringis saat mendengar suara tangisan anak kecil.
Riv langsung berlari masuk ke dalam rumah Dan meninggalkan ibu-ibu tak lupa Riv menutup gerbang dan menguncinya jaga-jaga agar para ibu-ibu —bisa saja bertambah bapak-bapak— masuk ke dalam Rumah Dan.
Pintu rumah terbuka lebar tetapi sumber kekacauan bukan di ruang tamu. Riv segera berlari kearah kamar yang dulunya kamar anak Bu Rina.
Semakin dekat semakin terdengar jelas tangis anak kecil dan suara tangis mamanya yang membujuk Dan untuk berhenti. Saat mencapai pintu, Riv terkejut melihat Dan yang duduk diatas perut seorang laki-laki dewasa yang pasrah menerima segala pukulan Dan.
Sedangkan Samudera mencoba menarik Dan namun Dan tidak bergeser seinchi pun. Di samping itu, Bintang menangis keras menyebutkan kata 'ayah'.
Riv tidak bisa berbuat apa-apa selain bergabung dengan mamanya yang berusaha menenangkan Bintang yang terus saja menangis.
"Ma, ini gimana?" Tanya Riv panik saat melihat Samudera kewalahan menahan Dan padahal kakaknya pandai bela diri.
"Gak tau! Kamu jangan tanya terus dong!" Bentak Mama Riv kesal membuat Riv tambah bingung.
Riv menatap kasian laki-laki yang diduduki Dan, bisa meninggal jika ini tetap diteruskan. Dengan tekad kuat Riv menghampiri Dan lalu menarik tangan Dan dengan kesal lalu kejadian tak terduga terjadi padanya.
"RIV!"
***