"Kocok terus yang kenceng elah!"
"Jangan keras-keras dong. Nanti kedengaran orang kan jadi malu!"
"Lo yang bener dong ngocoknya, susah keluar kan jadinya!"
Riv memperhatikan sahabatnya yang sedang semangat mengocok botol berisi nama-nama mereka. Ya, mereka sedang menunggu nama siapa yang akan keluar.
Tapi memang sahabatnya yang berisik ya jadinya seperti ini. Riv tidak terlalu suka permainan ini karena Riv sering kalah dan akhirnya melakukan tantangan yang diberikan oleh sahabatnya.
"Nah, akhirnya!" Bila berseru kencang lalu menggumamkan nama Riv berulangkali begitu juga yang lainnya—kecuali Riv tentu saja.
"Gue yakin seribu satu persen kalau ini Riv," ujar Nova dengan kayakinan penuh yang katanya seribu satu persen itu.
"Cih, masa setiap kayak gini gue terus yang kena," omel Riv pelan namun tak urung dia juga penasaran siapakah yang akan menerima tantangan.
"Mana pernah sih? Elo kan selalu nerima tantangan kalau kalah main," kata Bila seraya membuka gulangan tersebut. Setelah dibuka, mereka semua tertawa kecuali nama orang yang ada di dalamnya.
"Makan tuh seribu satu persen keyakinan lo!" Riv ngakak karena yang terdapat di gulungan tersebut bukan namanya melainkan nama Nova Ariani. Huahahaha.
"Seharusnya keyakinan lo gak usah ditambah satu persen biar yang muncul namanya Riv," ujar Nanda yang ikutan tertawa terbahak-bahak.
"Halah. Apa deh tantangannya?" Tanya Nova pasrah.
"Sapa nih yang mau kasih tantangan?"
"Gue aja deh biar seru," Riv menjawab pertanyaan dari Bila lalu berpikir sejenak untuk menemukan tantangan yang pas untuk Nova dan saat sudah menemukannya Riv menyeringai lebar.
"Jangan aneh-aneh ya," ujar Nova saat melihat seringai Riv. Firasatnya buruk sekali.
"Tenang aja. Gak aneh kok lo juga bakal suka," balas Riv dengan santai namun seringai masih bertahan di bibirnya.
"Tantangannya: Lo harus bersikap super duper manis sama pacar lo. Gak susah kan?" Riv tertawa terbahak-bahak saat berhasil mengerjai Nova. Riv tidak bisa berperilaku tega pada sahabatnya. Apalagi melihat wajah Nova yang tegang, Riv tambah tidak tega mengatakan tantangan aslinya.
"Kecil deh buat gue itu. Kacang, kacang hijau," ucap Nova sambil menirukan bahasa budak kembar dari Kampung Durian Runtuh itu.
"Kok gitu doang sih tantangannya?" Tanya Feka tidak terima padahal dirinya sudah membayangkan tantangan apa yang akan Riv berikan pada Nova.
"Nah, kok gitu doang si?" Sahut Nanda sedangkan Bila hanya mengangguk saja.
"Yah, lo kan tau gimana gue. Hati gue kan lemah lembut, mana bisa gue ngasih tantangan yang memberatkan sahabat-sahabatku tercinta?" Kata Riv yang langsung disambut sorakan tidak setuju dari para sahabatnya.
***
Hidup tanpa cinta
Bagai taman tak berbunga
Ay begitulah kata para pujangga
Aduhai begitulah kata para pujangga
Riv, Mama Riv dan Papa Riv kontan mengalihkan pandangannya kearah Samudera yang baru muncul dari pintu ruang keluarga seraya bernyanyi dengan sangat gembira.
"Kamu kesambet ya?" Tanya Mama Riv yang kontan membuat Riv menahan tawanya.
"Kayaknya iya deh Ma. Soalnya gak biasanya si Kak Sam kayak gitu nyanyi-nyanyi," Papa Riv juga menyetujuinya.
"Hooh, mana senyumnya selebar jalan tol. Auranya secerah sinar matahari lagi," lanjut Riv sambil menatap kakaknya heran.
Ah, Riv ingat saat kakaknya bercerita tentang seorang perempuan yang namanya diambil dari hidrokarbon, Alkana. Bisa jadi karena itu.
"Loh, anaknya seneng dengan senyum selebar jalan tol dan aura secerah sinar matahari kok malah dikira kesambet," ujar Samudera namun senyum masih menghiasi bibirnya. Well, Samudera memang kelihatan sangat tampan saat tertawa.
"Menurut Riv nih Ma, Kak Sam lagi dimabuk asmara," pendapat Riv yakin yang diangguki oleh papanya.
"Bener Ma. Papa juga bisa lihat," ucap Papa Riv seraya mengangkat tangannya ke depan wajah Samudera, berlagak seperti menerawang.
"Wah, ini langka banget. Siapa? Siapa perempuan yang bisa naklukin hati anak mama yang playboy cap ikan teri ini?" Tanya Mama Riv membuat Samudera cemberut dan membuat Papa Riv dan Riv tertawa terbahak-bahak.
Lalu Samudera menceritakan tentang Alkana. Ternyata mereka bertemu lagi. Pantas saja Samudera sangat bahagia. Kakaknya ini benar-benar jatuh cinta dan Riv berdoa supaya cinta kakaknya berlabuh, no karam-karam club.
"Bagus dong, pepet terus itu Sam. Nanti kalau udah resmi langsung aja bawa ke KUA," ujar Papa Riv dengan semangat yang berlebihan.
"Bener banget, Mama setuju kalau ini. Pepet terus aja, jangan mau kalah sama Papamu dulu waktu masih muda," dukung Mama Riv yang membuat senyum Samudera semakin lebar.
"Pepet terus Kak sampai dapet terus gak bisa lari kemana-mana. Habis itu bawa deh ke KUA," kata Riv.
"Ya jelas dong tetep Kakak pepet. Tapi, kamunya kapan nih bawa pacar ke rumah?" Tanya Samudera jahil.
"Mulai lagi," sungut Riv kesal.
"Biarin Riv fokus ke sekolahnya dulu. Urusan itu bisa nanti kalau udah lulus," rasanya Riv ingin berterimakasih pada mamanya karena telah membantunya dari Samudera.
"Tapi kan gak papa Ma. Lagian juga buat nambah pengalaman, biar gak kagok kalau udah punya pacar," ucap Samudera namun dengan tawa.
"Tunggu aja nanti kalau aku udah punya pacar, langsung aku bawa ke rumah. Kalau bisa langsung ke KUA ya oke," kesal Riv membalas perkataan Samudera.
"Oke apanya? Mama sama Papa udah punya kandidat buat kamu nanti," ucap Mama Riv yang membuat Riv memelototkan matanya kaget.
Apa mungkin dirinya dijodohkan? Oh tidak mau! Riv ingin menikah sekali seumur hidup dengan orang yang benar-benar Riv cinta dan cinta Riv. Kalau perjodohan, itu akan sangat susah untuk Riv.
"Masih aja si Mama. Biarin semuanya mengalir Ma," ucap Papa Riv entah apa maksudnya yang pasti Riv tidak tahu.
"Nah, bener apa kata Papa ini," Samudera menyetujui ucapan Papanya lalu Mamanya juga hanya mengangguk pasrah karena kepala rumah tangga sudah bertitah.
"Apasih ini? Riv gak mau ya kalau dijodohin," kata Riv sambil memandang keluarganya.
"Geer banget sih. Udah ah aku mau stalking Alkana, bye!" Samudera langsung meninggalkan ruang keluarga setelah mencium kening mama dan Riv disusul mencium tangan papa.
"Dasar bucin permulaan," gumam Riv sebal.
"Loh, memang bucin ada tahapnya?" Tanya Mama Riv dengan penasaran.
Riv menggelengkan kepalanya sambil meringis. Itu ucapan refleknya. Riv mana tahu bagaimana tahapan perbucinan karena Riv tidak bucin dan tidak ingin bucin.
"Ck, bercanda aja terus."
"Hidup tanpa bercanda itu gak nikmat dong Ma."
"Jawab aja terus. Mama mau tidur dulu, kamu jangan tidur kemalaman," ucap Mama Riv lalu mengelus pelan rambut Riv.
"Mama kamu pasti nyuruh Papa tidur di kamar tamu deh malam ini," ucapan Papa Riv tiba-tiba.
"Hah? Kok bisa?" Tanya Riv penasaran.
"Urusan orang dewasa. Anak kecil jangan ikutan," kata Papa Riv lalu mencium kening Riv sebentar kemudian menyusul istrinya yang sudah keluar lebih dahulu.
Ada apa dengan orang dewasa di rumah ini? Riv bingung!
TBC