Double Standard atau standar ganda merupakan sebuah keadaan dimana kita memberikan penilaian, reaksi, perilaku, atau sikap yang berbeda kepada suatu kelompok tertentu pada sebuah kasus yang serupa.
Riv sebenarnya malas, sangat malas menemani Dan kondangan. Tetapi mamanya dengan semangat mengiyakan permintaan Dan tanpa meminta pendapat Riv terlebih dahulu.
"Boleh Dan, boleh banget! Riv juga pasti gak bakal nolak. Iya kan Riv?" Tanya Mama Riv saat itu dengan mata yang menatap Riv dengan tajam.
Riv terpaksa mengangguk, padahal baru beberapa menit lalu Riv terharu dengan ucapan mamanya tentang kebahagian dan kesedihan itu tetapi Riv harus kembali merasakan sebal karena mamanya yang seenaknya sendiri.
Ada yang Riv takutkan, pergi ke pesta teman Dan. Artinya ada teman Dan, teman Dan tentu tahu tentang Lintang bahkan mereka mungkin jiga tahu Lintang sedang terbaring di rumah sakit.
Kita tentu tidak bisa mengontrol pikiran banyak orang, Riv takut dirinya dikira pelakor alias perebut laki orang. Apalagi dengan adanya standar ganda. Pasti hanya Riv yang menjadi pihak paling bersalah—sebagai contoh saja, Riv juga tidak ingin dikata pelakor tetapi jika dirinya mengikuti Dan pasti hal tersebut bisa terjadi.
Begini loh, selingkuh itu kan dilakukan oleh dua orang secara sadar. Tetapi yang sering menjadi pihak yang paling bersalah adalah si perempuan. Padahal kan yang melakukan dua orang, parahnya lagi orang-orang yang memberikan komentar buruk juga berasal dari gender yang sama.
Riv hanya takut itu, mulut netizen itu kejam-kejam. Walaupun dirinya tidak bakal masuk tv ataupun media sosial lainnya sih tetapi mulut teman itu juga tidak kalah pedas. Bahkan sakitnya lebih terasa.
"Ma, Riv takut," rengek Riv saat mama sedang memoleskan make up pada wajah Riv.
"Takut kenapa?" Tanya Mama Riv mengerutkan keningnya heran. Mama Riv memang suka melihat tutorial make up di YouTube untuk make up dirinya sendiri berbeda dengan Riv yang bedakan saja kalau ingat.
"Mama kan tau Om Dan itu apa. Masa tega biarin anak gadisnya pergi gitu aja," ucap Riv. Walaupun sepertinya Riv jatuh cinta pada Dan—sudah jatuh cinta— tetapi Riv tidak ingin dicap sebagai pelakor.
"Dan laki-laki yang baik, bertanggung jawab, dewasa dan poin plusnya itu tampan," puji Mama Riv membuat Riv mendengus namun dalam hatinya menyetujui ucapan mamanya. Riv memilih bungkam, tidak ada gunanya merayu.
"Akhirnya selesai juga!"
Riv membuka matanya yang sedari tadi tertutup. Betapa terkejutnya Riv saat melihat cermin. Bayangan di cermin itu Riv, tapi Riv merasa itu bukan dirinya. Sosok di cermin itu sangat cantik dan anggun, berbeda dengan Riv.
"Wah, gak nyangka bisa gini," ujar Riv lalu menyentuh wajahnya.
Rambutnya ditata sedemikian rupa, menyisakan anak rambut yang mempermanis tampilannya. Make up Riv pun tidak tebal, make up khas artis-artis Korea. Mamanya patut diacungi jempol.
"Sana cepet turun, udah ditungguin Dan," Mama Riv mendorong-dorong tubuh Riv. Untung saja Riv tidak memaki heels, bisa jatuh dan rusak riasannya.
Riv berjalan keluar lalu jantungnya berdebar-debar saat melihat Dan tampak tampan dengan jas putihnya. Pestanya diadakan di hotel dengan dress code putih, Riv harus berterimakasih karena dress codenya putih. Dan sungguh tampak luar biasa tampan dengan jas putih.
"Pagi Om," sapa Riv membuat mama dan papanya tertawa. Lalu Riv menepuk dahinya karena menyadari kesalahan.
"Malam Riv," jawab Dan dengan senyuman. Iya senyuman.
"Hehehe malam juga Om," saking gugupnya Riv hingga melupakan jika sudah malam.
Dan merogoh sesuatu dari kantung jasnya. Lalu mengeluarkan sebuah kotak beludru merah dari sana. Riv membelalakkan matanya saat kotak itu terbuka.
Sebuah kalung!
"Buat kamu,"
Riv merasakan jantungnya kian berdetak-detak dan juga wajahnya yang memanas. Tanda bahwa dirinya malu. Bagaimana Riv tidak jatuh cinta jika Dan saja seromantis ini. Riv jadi terharu.
"Om yakin? Ini cantik banget loh, pasti mahal," ujar Riv yang setelah mendapat jawaban dari Dan membuatnya menyesal.
"Tenang, ini diskon,"
Dan tetap Dan.
***
Ballroom hotel dihias sedemikian rupa hingga tampak indah. Ternyata mereka telat, ini gara-gara Riv yang tiba-tiba perutnya mulas. Ah bukan, bukan. Ini bukan salah Riv, tetapi salah Dan yang membuat Riv gugup. Jika gugup memang Riv selalu merasa mulas. Jadi salah Dan saja.
"Temennya mana Om?" Tanya Riv yang berjalan di samping Dan.
"Saya tidak kenal," jawab Dan membuat Riv melongo bingung. Tidak kenal tetapi datang ke kondangannya?
"Terus Om ngapain?"
"Menghargai undangan."
Dan berjalan menuju kursi-kursi yang telah disediakan, Riv mengikutinya dari belakang. Mendengarkan MC yang menyebutkan urutan acara, ternyata ada acara dansanya. Tetapi Riv tidak berharap terlalu banyak dari Dan.
Riv menggulirkan pandangannya ke segala arah, pandangan Riv berhenti saat melihat seorang wanita yang familiar di matanya. Riv ingat, wanita itu adalah Alkana. Wanita yang disukai kakaknya tetapi kening Riv berkerut saat menemukan seorang pria tampan yang duduk di sampingnya.
"Kenapa?"
Riv mengalihkan pandangannya pada Dan lalu menggelengkan kepalanya. Untung yang ditakutkan Riv tidak akan terjadi, pemilik pesta hanya kolega Dan. Dan jiga sepertinya tidak terlalu peduli, seaneh itu Dan.
"Ini acara yang ditunggu-tunggu nih. Pasti para tamu juga menunggu ini! Ada yang tau apa?" Tanya MC tersebut dengan antusias yang langsung di soraki semangat oleh penonton.
"Pesta dansa!"
Semua orang mulai berdiri dengan pasangan masing-masing saat lagi perfect milik Ed Sheeran berbunyi pertanda jika pesta dansa dimulai. Riv hanya duduk karena Dan juga masih duduk tenang.
"Wanna dance with me?" Saat lagu sampai pada reff, Dan mengajak Riv berdansa.
"Sure," Riv menerima uluran tangan Dan. Riv bisa berdansa, ini semua berkat latihan dance yang dilakukannya saat SMP dulu.
Baby, I'm dancing in the dark with you between my arms
Barefoot on the grass, listening to our favourite song.
When you said you looked a mess, I whispered underneath my breath
But you heard it, darling, you look perfect tonight
Riv dan Dan berjalan menuju lautan manusia yang sedang berdansa. Riv meletakkan tangannya di pundak Dan sedangkan Dan memeluk pinggang Riv.
Baby, I'm dancing in the dark, with you between my arms
Barefoot on the grass, listening to our favorite song
Riv dan Dan saling menatap tanpa kata, mengirimkan gelanyar yang menyenangkan lalu bergerak pelan mengikuti alunan musik. Riv takut, takut jatuh terlalu dalam pada Dan dan sakit terlalu dalam nantinya. Tetapi Riv ingin menikmati ini, sekali saja.
I have faith in what I see
Now I know I have met an angel in person
And she looks perfect
I don't deserve this
You look perfect tonight
"Riv, you look perfect tonight," ucapan Dan dengan senyum lembut di bibirnya. Riv tidak bisa tidak tersenyum mendengar perkataan Dan.
"Om, you—"
Drrt drrt
Riv mendengar handphone Dan yang bergetar di sakunya. Dan mengangkat telepon masih dengan mata yang memandang Riv intens. Riv juga memandang Dan sama intensnya. Mengamati Dan yang hanya terdiam mendengar penelpon di seberang sana. Setelah selesai, Dan memasukkan handphonenya ke dalam saku.
"Ayo ke rumah sakit. Lintang sudah sadar,"
TBC