Mei Xia duduk di samping jendela kamarnya, ia menyandung kan nada lagu kesukaannya.
Di pikirannya terlintas kejadian satu minggu lalu, Putra Mahkota dan Fei Long yang menolongnya membuatnya tersenyum sendiri.
Tiba tiba ia sadar, 'Ya ampun, kuro! Kau ini pria! Bukan wanita! Hanya tubuhmu yang wanita!! Sadarlaah! Benar ini ialah perasaan Mei xia! Pasti benar!' Mei Xia (Kuro) meyakinkan dirinya sendiri.
Ketukan pintu terdengar. Mei xia menolehkan kepalanya ke sumber suara, seorang pelayan laki laki berlari masuk.
"Se-selir Lin! Putra mahkota memanggil anda!" pelayan itu langsung sujud di bawah kaki Mei Xia.
"..... Berdiri," perintah Mei Xia, pelayan itu mengangkat kepala mereka ke atas, sebuah tamparan di pipinya.
"Keluar! Ulangi cara mu masuk!" pelayan itu terpaku diam, Mei Xia menampar Pelayan itu lagi, " Kau tak dengar apa peritnahku?!" Mei Xia mencengkram dagu pelayan itu lalu melemparnya ke lantai.
"Ulangi," perintah Mei Xia, Pelayan itu keluar ruangan lalu mengetuk pintu lagi.
"Pe-permaisuri memanggil anda.... Selir Lin.." ucap pelayan itu terbata bata.
"ulangi! Saat aku bilang belum. Boleh masuk, kau tak boleh menyampaikan pesan!" terdengar suara kesal dari pelayan dari luar, Mei xia hanya tersenyum kemenangan.
Sebuah ketukan terdengar lagi.
"Masuk.." jawab Mei Xia pelayan itu masuk dan bersujud di kaki Mei Xia, "Permaisuri memanggil anda Selir Lin.." lapor Pelayan itu lalu dia berdiri.
Mei Xia menendang kakinya membuatnya jatuh, "Aku belum menyuruhmu berdiri! Berada di posisi sujud sampai aku menyuruhmu berdiri!" pelayan itu membeku, melihat tatapan Mei xia, selir yang dulu takut pada Permaisuri dan pelayan nya kini menjadi singa yang tak segan menerkam semua orang yang lancang kepadanya.
" Kau mengerti? Etika dasar itu saja kau tak bisa bagaimana kau diterima sebagai pelayan disini?" hina Mei Xia, pelayan itu mengigit bibir bawahnya kesal.
"Maafkan saya.. Selir Lin.." Pelayan itu menjawab, namun terdengar amarah dalam suaranya.
"Baguslah kalau kau menyadari kesalahan mu Kau boleh pergi," Mei Xia memberi perintah, Pelayan itu bangkit dan pergi dengan penuh amarah.
Mei Xia (Kuro) tertawa menatap keadaan pelayan itu,kemudian berbalik dan merogoh rogoh lemarinya.
Mencari pakaian yang cocok untuk dia pakai, Gaun merah berhiaskan Renda rendah Putih, tidak cocok.
Gaun biru berhiaskan burung merak, sangat elegan, tapi bukan tipenya.
Gaun emas yang dihiasi permata biru dan phoenix di ujung gaunnya.
Mei Xia memilih gaun emas tersebut, ia segera mengganti pakaiannya, ia memilih sebuah hiasan kepala Phoenix yang dihiasi beberapa mutiara kecil.
.
".... Jalang itu menamparmu?" tanya Lu Xie sambil bercemin menata rambutnya, "dia membanting saya juga ke dinding! Dia menendang kaki saya dan mencoba mengajari saya!" lapor pelayan pria tersebut.
"sialan sekali wanita itu! Putri Mei Xia, tolong beri jalang itu pelajaran!" Pelayan pria itu berlutut di bawah Lu Xie.
"tenang saja.. Kali ini dia pasti mampus.. Tolong berikan surat ini pada Zhen Shang... " ucap Lu Xie memberikan Surat kepada pelayan pria tadi itu.
Di bibirnya terukir senyuman penuh makna, entah apa yang akan dia lakukan pada Mei Xia.
.
Mei xia berjalan menelusuri lorong istana, "Permaisuri ingin bertemu dengan ku di Gazebo danau..." Mei Xia bergumam.
"kudengar nenek tua itu membenci Mei Xia kenapa tiba tiba memanggil ku?" tanya Mei Xia pada dirinya sendiri.
Pangeran ke 7, Shao wang kebetulan berada di dekat sana menyadari keberadaan mei xia.
Ia mengikuti Mei Xia dari belakang, penasaran kemanakah perginya Gadis Manis tersebut.
" Mei Xia.. Semenjak jatuh dari kuda ia berubah, padahal dulu dia selalu ingin bermain dengan ku dan kak Lu Shang, dia bahkan tak peduli aku pangeran yang dibuang..." Gumam Shao wang.
Lu Shao wang pangeran ke 7, ialah Anak di luar selir Kaisar membuatnya tidak bisa menyandang nama Xiao.
Mei Xia, Shao wang, dan Lu Shang ialah teman masa kecil, saat Mei Xia ingin masuk ke selir Putra mahkota Shao wang merupakan pria yang pertama menentang hal tersebut.
Cinta pertama nya kepada Mei Xia layu saat tahu Mei xia sangat mencintai Putra mahkota, sehingga berbagai cara ia lakukan demi mendapatkan Mei Xia nya.
Mei Xia tiba di Gazebo danau, dia tak menemukan siapapun, Shao wang yang mengikuti dari belakang menemukan beberapa pria berpakaian hitam yang mengikuti Mei Xia.
"Mei xia awas!!!!" peringat Shao wang, Mei xia berbalik belakang dan menemukan beberapa pria berpakaian Hitam tersebut bersiap siap membunuhnya.
"Mei xia!!" panggil shao wang.
Hal tak terduga terjadi, para pria berpakaian hitam itu di tendang oleh Mei xia hingga terjatuh ke danau.
"Kalian semua menantangku rupanya, siapa yang menyuruh kalian?!" Mei Xia memasang kuda kuda yang tidak diketahui oleh semua orang disana, kuda kuda itu ialah kuda kuda Taekwondo.
.
Duesshh! Duaak!!
Satu persatu musuh di tumbangkan Shao wang yang menatap dari kejauhan tak bisa berkata kata, apa benar Wanita itu ialah teman masa kecilnya?!
"si-sialan!" Umpat salah seorang penjahat itu, dia langsung menarik pedang dari pinggang nya dan berlari ke arah Mei xia dan berniat menusuknya.
"Hmph! Lambat!" sebuah tendang di layangkan ke kepala Penjahat terakhir itu, dia terhempas ke lantai dan pingsan.
"heh! Cuma segini? Biar ku tebak Lu Xie yang menyuruh kalian kan?" Mei Xia jongkok dan menarik kepala salah seornag penjahat itu.
Namun ia lengah, penjahat itu menancapkan Pisau ke area perut Mei Xia.
"Mei Xia!!!" panggil shao wang, ia berlari keluar dari persembunyiannya dan menghajar penjahat itu.
Mei Xia memegangi perut nya yang mengeluarkan banyak darah, sakit nya seolah terbakar.
"ahh.... Dasar bajingaan..." Gumam Mei Xia kemudian pingsan.
"Mei Xia!!" Shao wang berlari ke arah Mei Xia.
.
Zhen shang duduk di kantornya mengerjakan dokumen, pikirannya melayang ke Mei Xia bagaimana wanita manja itu bisa menjadi wanita mandiri seperti itu?
Sebuah senyuman terukir di bibirnya membayangkan kelakuan Mei Xia, tapi seketika berubah ketika mengingat kejadian satu minggu lalu.
".... Fei Long kau mengajaki ku perang.." gumam Zhen shang.
Sebuah ketukan terdengar, "Putra Mahkota saya membawa surat dari putri Lu Xie," Zhen shang agak kesal.
"Masuk!" perintah Zhen shang pelayan tersebut masuk ke dalam ruangan langsung berlutut dan menyerahkan surat tersebut.
Zhen Shang membuka suratnya dia terkejut melihat isi suratnya.
"Yang mulia Putra Mahkota maaf saya lancang, tapi tadi saya melihat Selir Lin, berjalan menemui 5 orang pria berbaju hitam.." lapor pelayan itu.
"Apa?!" Zhen Shang bertanya dengan penuh amarah.
"ma-maafkan saya Yang Mulia!" Pelayan itu gemetaran, keringat dingin mengucur dari keningnya.
'Mei xia.. Dia... Apakah selama ini dia memiliki hubungan gelap di luar hubungannya dengan ku sebagai selir?!' Zhen Shang mencoba berpikir dengan jernih, mengabaikan dugaannya tersebut.
Tiba tiba pintukantor Zhen shang terbuka menampilkan pangeran ke 7, "Kakak!" panggil shao wang.
Pelayan tersebut kaget melihat Mei Xia yang penuh darah,' Bo-bodoh apa yang mereka lakukan?!' pelayan itu semakin berkeringat.
"pangeran ke 7! Berani sekali kau masuk ke kantor ku tanpa izin dan mema- Mei Xia?! Apa yang terjadi?!" Zhen Shang meninggalkan pekerjaannya dan berlari ke arah Mei Xia.
"di-dia di serang oleh beberapa pria berjubah hitam saat berada di Gazebo danau!" lapor Shao Wang, putra Mahkota langsung menarik Mei Xia ke pelukannya.
"Shao wang! Panggilkan dokter!" perintah Putra Mahkota, Shao wang mengangguk, namun mata nya tertuju ke pelayan di bawah, "kau.. Pelayan yang bilang Mei Xia dipanggil permaisuri kan?" pelayan itu terdiam tak berkutik, ia membela dirinya.
"Ti-tidak! Sa-saya ta-ta-" Putra Mahkota menatap pelayan itu dan Shao Wang berulang.
"Aku akan mengurus masalah ini nanti, Shao Wang! Panggil dokter kerajaan!" perintah Putra Mahkota lagi.
Shao wang bergegas keluar dan memanggil Dokter kerajaan, Pelayan yang masih di ruangan itu mengendap untuk pergi, "tak ada yang menyuruh mu pergi!" Putra Mahkota beridir di depan pelayan itu.
"tunggu sampai keadaan reda, baru aku akan mengurus mu.."
Pelayan itu sudah mati, ia pasti mati, satu satunya harapannya hanyalah meminta bantuan Putri Lu Xie atau mengaku saja.
.
Dokter telah tiba, beberapa selir dan pangeran juga tiba di ruangan Putra Mahkota untuk melihat hal yang terjadi.
" Lukanya tidak begitu dalam dan menghindari titik vitalnya, dia tak apa hanya pingsan kehabisan darah.. Saat dia bangun berikan ramuan ini untuknya, setelah itu pastikan dia ada makan.." untuk sementara semua pangeran dan selir yang ada disana bisa melihat kelegaan di wajah Putra Mahkota.
"kak.. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Liu Chen, pangeran ke 2.
"Kau tak biasanya membiarkan selir istirahat di ruanganmu selain jalang Lu Xie itu," sindir pangeran ke 5, Lu Ming.
"Lu ming jangan mulai!" Pangeran ke 4, Lu Shang memberi peringatan.
"Whoa whoa... Santai saja.." Lu Ming mengangkat tangannya dengan nada bercanda.
"Shao wang.. Kau bilang pelayan itu menyampaikan pesan kepada Mei Xia bahwa ia dipanggil Permaisuri?" Putra Mahkota menanyai Shao wang yang sedang menyiksa pelayan tadi.
"Ah.. Iya... Setelah itu kulihat pelayan Sialan! Ini pergi ke kamar Lu Xie jalang itu..." Jawab Shao Wang sambil menendang Perut pelayan itu.
"Ke kamar Lu Xie? Darimana kau bisa tahu semua itu?" tanya Putra Mahkota.
"kak kau lupa aku Mei Xia dan kak Lu shang ialah teman masa kecil? Aku selalu bermain dengannya saat ada waktu luang dan kebetulan juga tadi ada waktu luang yah aku langsung pergi ke kamar Mei Xia, dan ketemu pelayan ini, karena merasa ada yang mencurigakan aku mengikutinya dan Boom! Dia pergi ke kamar Lu xie, setelah itu aku mengikuti Mei xia! Dan dia dijebak di Gazebo danau!" Shao wang menjelaskan sambil memukul pelayan tersebut.
"Kau.." putra mahkota menunjuk pada salah satu selir, "Panggilkan Lu Xie kemari," perintah putra Mahkota semua selir disana ketakutan, jika Putra amhkota memanggil nama tanpa jabatan berarti beliau sudah sangat marah.
"Ba-baik.." selir itu pergi dari ruangan dan memanggil Lu Xie.
Putra Mahkota mendekati Mei Xia yang pingsan, ia menggengan tangan Mei Xia yang sangat hangat, kemudian ia mengekus bibir Mei xia.
'kenapa aku sangat marah saat tahu kau bersama pria lain.. Kenapa aku bisa semarah ini saat kau terluka, padahal duku kau hanyalah hama di mataku..' batin putra mahkota.
"Yang Mulia? Anda memanggil saya?" Lu Xie memasuki ruangan, Putra Mahkota menatapnya dengan sinis.
"jelaskan kenapa kau menyuruh pelayan ini menyampaikan pesan palsu Permaisuri kepada Mei Xia?" tanya Putra Mahkota, semua pasang mata menuju ke arahnya, Lu xie sadar pelayan nya sudah babak belur di sudut ruangan.
"apa maksud anda putra mahkota? Saya tak mengerti," Lu xie berpura pura tidak tahu.
"Jangan bohong jalang! Aku tahu kau kan yang menyuruh pelayanmu! Aku melihatnya!" shao wang menuduh Lu Xie, Lu xie memasang tampang korban dia menangis dan tersungkur memeluk dadanya.
"Ba-bagaimana anda tega menghina saya dan menuduh saya?! Saya.. Saya tak pernah berpikiran seperti itu! Saya tak pernah berniat membunuh selir Lin!" Shao wang menatap Lu xie jijik.
"dasar pelayan rendahan! Aku memperlakukan mu dengan baik! Dan kau mau menjatuhkan ku?!" Lu Xie berlari ke arah pelayan yang babak belur itu dan memukulnya.
"Putra Mahkota tolong hukum pelayan rendahan ini!" Lu xie memeluk kaki Zhen shang.
"aku akan tetap menyelidiki siapa yang mencelakai Mei xia, Shao wang perintahkan para penjaga menenggelamkannya di kolam!" perintah Zhen Shang.
"Ti-tidak!! Putri anda bilang anda akan menjamin keselamatan saya!!" Pelayan itu meronta ronta dari genggaman shao wang.
"Apa yang kau katakan?! Setelah ingin menjatuhkan ku kau ingin menarik ku mati bersama mu?!" Lu xie menendang pelayan itu lagi.
"tunggu sebentar..." Lu Shang mencela.
"Bagaimana anda tahu selir lin akan dibunuh, padahal Pangeran Shao wang tak mengatakan apapun soal pembunuhan.." Pernyataa Lu Shang membuat Lu xie kaku.
"A-aa... I-itu aah selir yang memanggil saya tadi menjelaskan kondisi nya kepada saya makanya saya bisa tahu.." Jawab Lu Xie terbata bata, ia termakan jebakan dari shao wang.
"dan bagaimana kau tahu pelayan ini yang menyalahkanmu, padahal pelayan ini tak mengatakan apapun," Lu Ming membantu kakak nya itu.
Lu Xie membeku tak dapat mengatakan apapun, ia menatap Putra Mahkota meminta bantuan.
Putra Mahkota tak menghiraukannya, ia terus mengelus tangan Mei Xia.
" Putra mahkota! Tolong saya! Pangeran semua memojokan sa-" Zhen Shang menatap nya kesal, "sudah salah tak mau mengaku... Apa mau mu! Pelayan! Hukum selir Hwa 30 pukulan!" perintah Zhen shang.
"Ti-tidaakk!!!" Teriak Lu Xie.
.
Sakit, panas, pertama kalinya aku merasakannya, tusukan ini benar benar lebih menyakitkan dari segala tusukan yang pernah aku terima, apa mungkin karena aku masih di tubuh wanita ya jadi sakitnya lebih dari biasanya...
" Tidakk!! "
Ribut ribut apa itu?
"Pu tra ma"
Apa yang dikatakan nya. Tolong... Aku.. Sakit sakit.
.
Mata Mei Xia terbuka orang yang pertama ia temukan ialah Putra Mahkota yang menatapnya dengan eskpresi yang tak pernah ia lihat...
"Pu..putra ma," Putra mahkota memeluk Mei Xia erat.
"Mei Xia... Kau baik baik saja.." Mei Xia tak mengerti apa yang terjadi namun nampaknya sesuatu yang gawat pasti telah terjadi.
.
"Xia xia!! Kau bangun!!" Shao wang dan Lu Shang menghampiri Mei Xia yang terbaring lemas namun segera mendapat tatapan kematian dari Zhen Shang.
"Selir Lin, anda perlu beristirahat saya akan menyuruh pelayan membuatkan mu makanan, setelah itu minum obat ini.." Zhen Shang mengelus kepala Mei Xia.
"sampai kau sembuh total, kau akan tinggal disini.." ucapan Zhen Shang membuat semua nya kaget.
"Aaa.... APA?!" Sahut semua disana kaget.
.
"Ada keributan apa di istana?" tany Fei Long menatap ke luar jendela,Mu qing masuk ke dalam ruangan Fei Long membawa kabar.
"nampaknya Putri Lu Xie berniat mencelakai Selir Lin... Belakangan ini dia menjadi topik hangat diantara Pangeran dan selir, kemungkinan nya Lu xie iri pada nya dan ingin membunuhnya.." jelas Mu qing yang masuk ke ruangan.
"Apa?! Apakah Mei Xia baik baik saja?" Fei Long bangkit dari duduknya dan menatap Mu Qing.
"Dia baik baik saja, sekarang sedang beristirahat di ruangan Putra Mahkota," jawab Mu qing, sedikit kelegaan bercampur kesal muncul di hati Fei long mengapa bukan dia yang menemani Gadis kecil yang tampah rapuh nan Kuat itu?
"begitukah.. Syukurlah kalau dia baik baik saja..." Fei Long menatap ke arah Dokumennya lagi.
".... Aku harus segera menyelesaikan pekerjaan ini lalu kembali ke kerajaan Han.." Fei Long lanjut mengerjakan Dokumennya lagi.
"Mu Qing, kirimkan beberapa Hsdiah untuk Selir Lin, jangan lupa salep untuknya." Perintah Fei Long sambil mengerjakan dokumen.
'Lin Mei Xia, reputasinya cukup buruk dari yang kudengar, namun, dari yang kulihat, dia hanya gadis biasa yang suka berbuat sesukanya... Satu satunya gadis yang membuat Raja ku jatuh cinta,' batin Mu qing sambil melaksanakan perintah Fei Long.
Kembali ke Fei long..
"..... Mei Xia.. Kau membuat ku tergila gila padamu, akan kulakukan berbagai cara demi mendapatkan mu.." Fei Long menulis nama Mei Xia pada Kertas yang sudah tidak dipakai sembari membayangkan gadis tersebut.
"Aku akan mengunjunginya besok, karena lusa aku harus kembali, disini terlalu lama membosankan juga.. Dokumennya harus selesai hari ini," Fei Long menatap dokumennya yang sisa sedikit.
.
"Jalang itu!!! Karena dia! Aku kehilangan pelayan ku dan harus dihukum seperti ini! Putra Mahkota pasti sudah membenciku juga! Siaaallann!!" Lu Xie membanting semua barang di kamarnya.
"Ada apa sayang?" panggil Lan Xing, pangeran ke 3 yang merupakan kekasih gelap Lu Xie.
"Aku sangat membenci Lin Mei Xia karena dia!!! Aku aku!!!" Kan Xing memeluk Lu Xie, "Tenang sayang, jangan marah... Simpan amarah mu untuk pembalasan yang lebih kejam... Aku akan membantu mu.." Lan Xing mencium leher Lu Xie.
"ufufufu.. Kau benar juga sayang ah.." Lu Xie berbalik dan menciumi Lan Xing.
"Posisi Putra mahkota akan kudapatkan untukmu.." Lu xie memeluk lan Xing erat, keduanya menukar senyuman licik.
.
".... Sudah kuduga Lu Xie pelakunya tapi aku tak menyangka bahwa dia dan siapa tadi Lan Xing bekerja sama... Tidak mereka punya hubungan khusus, hehe lebih baik aku menunggu kejutan lang xing, dan memutuskan bagaimana membalasnya." gumam Mei Xia (Kuro) yang sedang jongkok di bawah Jendela kamar Lu Xie.
Mei Xia mungkin masih terluka tapi dia bukan Mei Xia dulu, ia ialah Kuro yang tak akan diam bila seseorang telah mengusiknya.