Sinar matahari menusuk ruangan Zhen Shang. Mei xia yang tertidur lelap mulai terbangun, kelopak matanya terbuka.
".... Sudah pagi..." Kuro mengingat permintaan Mei Xia kemarin.
"pertama aku harus pastika ular sanca itu tidak menganggu," Mei Xia(Kuro) berdiri dan mengganti pakaiannya.
Dia duduk di kursi Zhen shang, "Festival Naga diselenggarakan pada malam, heheh... Sebelum menjebakku, aku akan menjebak mereka duluan.." Mei xia menggambar sebuah pola pada sebuah kertas.
.
Pelayan wanita yang berdiri di luar kamar putra mahkota mendengar apa yang direncanakan Mei xia, ia berlari ke kamar Lu xie dan melaporkan semuanya.
" Jadi jalang itu memanggilku Ular sanca? Dia berniat menjebakku pimtar juga, tapi kami selangkah lebih maju dari mu, kau akan menyesal karena merebut Putra Mahkota dariku.." Lu Xie bersenandung ria sambil mengelus rambutnya.
"berikan surat ini pada pangeran ke 3," Perintah Lu xie, Pelayan itu mengambil surat tersebut lalu pergi.
"jika aku ular maka kau adalah tikus yang mencoba menjebak ular, sejenius apapun tikus tersebut tetap seekor mangsa di mata ular," Lu Xie tersenyum penuh makna.
.
Di atas atap ruangan Lu Xie, Mei xia duduk, "yes, kalian kepancing jebakan ku!" Mei Xia (Kuro) bersorak.
"aku harus mulai rencanaku fufufu..." Mei Xia melompat pergi dari atap ruangan Lu xie kemudian pergi kembali ke ruangannya.
"aku harus mengambil ini, dan ini ah! Itu juga.." Mei xia mengambil Gaun, tusuk rambut nya dan beberapa peralatan lain.
"Lan Xing... Di mataku kau dan Lu xie masih seekor ular yang belum dewasa, aku sudah melewati berbagai jebakan yang disediakan oleh saudaraku, aku sudah bisa memperhitungkan apa yang akan kau lakukan.." Mei Xia (Kuro) mengambil kertas rencananya.
"Aku adalah ular yang sudah berganti kulit berkali kali, aku harap kalian menikmati kejutan yang kusediakan." Mei Xia tersenyum sambil mencium kertasnya.
.
"jalang itu dia mulai bergerak rupanya... Berencana untuk menyerangku, maaf tapi aku sudah mempersiapkan serangan balik," Lan Xing membaca surat yang dinerikan Lu Xie.
"rencana kita masih berjalan kan?" tanya Lan Xing.
"Iya masih berjalan Pangeran.." jawab pelayan wanita tersebut, "jangan membuat aku kecewa.. Pastikan wanita jalang itu menerima akibat dari menantangku dan Lu xie.." Lan Xing mengangkat dagu pelayan wanita itu.
"Ba-baik pangeran.." pelayan wanita itu tersipu lalu pergi.
.
"heheheh!!! Persiapan untuk rencana pembalasan udah siap!! Sekarang aku harus menemukan baju yang akan kupakai nanti malam!" Mei Xia merogoh rogoh lemarinya.
"Ini terlalu terbuka, ini terlalu alay, ini terlalu menjijikan.." Mei Xia melempar keluar semua baju nya dari dalam lemari.
"apa... Apakah gak ada baju yang Normal?!?! Kenapa wanita ini selera pakaiannya jelek sekali sih!!" Kuro yang di dalam tubuh Mei Xia berteriak.
Tidak ada satupun gaun yang menarim perhatiannya, lalu pikiran Mei xia tertuju ke arah pasar.
'aku ingat kalau tidak salah, di pasar ada pedagang yang membawa dagangan dari luar... Apa lebih baik aku pergi melihat lihat.. Kurasa Zhen Shang tak akan keberatan bila kupakai alasan Festival bulan..' batin Mei Xia, dia mengganti baju nya dan pergi ke kantor Zhen Shang.
.
".... Nanti malam Festival Naga, aku akan menjemput Mei Xia," Zhen Zhang tersenyum, pintu kantor nya terbuka, Lu xie masuk menggunakan pakaian yang terbuka.
"Selir hwa, sedang apa anda disini?!" Zhen Shang menatap Lu xie dengan Kesal.
"Putra Mahkota, nanti malam ialah festival naga, kita sudah jarang menghabiskan waktu bersama.. Semenjak jala- maksud saya Mei xia bangun. Jadi bagaimana kalau nanti malam anda menjemput saya dan kita pergi bersama," Lu Xie duduk di meja kerja Zhen shang sambil menunjukkan pahanya guna menggoda Zhen Shang.
"siapa yang ku jemput bukan urusan mu, toh kalian para selir juga akan ikut," balas Zhen Shang, sejenak raut wajah Lu Xie berubah.
"Tapi Lu xie sudah jarang bersama putra mahkota, Lu Xie sangat rindu.." Lu xie berpindah ke pangkuan Putra Mahkota.
"Selir Hwa, saya sedang sibuk.. Pergi.." perintah Zhen Shang namun Lu xie masih mencoba menggoda.
"Saya mohon jemput saya nanti malam ya Putra Mahkota.." Lu Xie memohon memasang wajah malangnya.
"haa.. Saya bi-"
"Jalang, ular sanca, zebra , jerapah, beruang, berapa sebutan yang harus disebutkan oleh Putra mahkota agar kau tahu diri.." Mei Xia masuk ke dalam ruangan, Zhen shang kaget mendengar ucapan Mei Xia.
"apa maksud panggilan anda selir Lin?"Lu Xie mencoba tersenyum ramah.
" Putra mahkota bilang dia sibuk, kau tak dengar? Dia juga tidak mau menjemputmu nanti malam pergi sana! " Usir Mei Xia (kuro) yang sudah kesal.
'jalang ini... Beraninya diaaaa!!!!' Lu Xie mengigit bibir bawahnya.
"Mei Xia, ada perlu apa kamu kesini?" Putra mahkota mendorong Lu xie lalu bangkit dan berjalan ke Mei Xia.
"nanti malam kita akan pergi ke festival naga bersama bukan?" tanya Mei xia dan Zhen Shang mengangguk.
"Bagaimana kalau saya pergi ke pasar untuk membeli baju? Habisnya saya kehabisan baju cantik.." Mei Xia beralasan lagi.
Lu Xie melotot, Putra Mahkota akan pergi ke festival dengan jalang itu! Tak bisa dibiarkan!!!
"aku akan menemanimu.." Zhen shang berbalik dan berniat merapikan dokumennya, dia menatap Lu Xie yang memelototi Mei Xia.
"Lu xie, keluar.." perintah Zhen Shang.
"Ta-tapi say-"
"keluar!" nada Zhen Shang naik membuat Lu xie agak kaget lalu keluar.
Mei xia pun menyusul ke luar. Di luar ruangan putra Mahkota, Mei Xia tersenyum sambil memainkan rambutnya.
"haaa... Kami akan pergi ke pasar bersama.. Kasihan sekali sekor ular sanca di samping ku ini.." Mei Xia menyindir Lu Xie, Lu xie yang sudah dikuasai amarah menatap Mei Xia.
"Jalang liar... Kau pasti menggpda putra mahkota ku kan! Akan kubuat kau menyesaall!!" Lu xie berniat menjambak mei xia namun Mei Xia menghindar membuatnya jatuh.
Menyadari sesuatu Mei Xia berlutut dan menolong Lu Xie berdiri, "Ya ampun kak, kakak tidak apa? Xia xia tidak berniat menghindar tadi tapi kakak mau memukul Xia Xia jadi.." Lu Xie menampar Mei Xia yang berlutut di sampingnya.
"dasar jalang!! Beraninya kau!"
"Lu Xie!" Putra mahkota keluar dari ruangannya, Lu Xie membeku, "Putra mahkota! Selir Lin mengancam saya!!" Lu Xie langsung memluk kaki Putra mahkota.
"kak? Apa yang kakak bicarakan? Aku hanya ingin menolong kakak.." Mei Xia memasang tampang sedih, sambil memegangi pipinya yang merah.
"Xia xia? Apa yang terjadi pada mu?! Kenapa pipimu me merah?!" Lu Xie terdiam terpaku, Zhen Shang memanggil Mei Xia dengan panggilan Khusus.
"Ti-tidak! Ini bukan salah kak Lu xie! Ini salah Xia Xia.. Karena.. Menganggu kak Lu Xie.." Mei xia memeluk Putra Mahkota lalu menyunging kan senyuman ke arah Lu Xie.
"Jangn percaya ja-"
"Pergi! Kembali ke ruanganmu, kau tak boleh keluar dari ruangan mu selama 1 minggu kecuali ada urusan penting! Itu hukumanmu selir Hwa!" Lu Xie Mengihit bibir bawahnya hingga berdarah Mei Xia(Kuro) yang melihat hal itu mengacunginya jari tengah.
'ini hanya permulaan..' Mei xia berpikir sambil tersenyum.
" Em.. Apakah kita akan berangkat ke pasar sekarang?" tanya Mei Xia, Zhen shang mengangguk.
.
Di pasar terjadi kegiatan jual beli yang sangat ramai, ada penjual berbagai makanan, baju dan budak bahkan ada.
"Em.. Saya ingin pergi ke toko itu boleh?" Mei Xia menunjuk ke arah Toko yang dimiliki pedagang yang datang dari luar.
"boleh saja tapi jangan berpisah dariku," jawab Zhen Shang mengenggam tangan Mei Xia erat.
Mereka berdua berjalan ke dalam toko tersebut, dan dari kejauhan Zheng Ho menyaksikan mereka berdua, ia membuntuti mereka.
"apa yang direncanakan gadis itu disini.." Zheng Ho ikut masuk ke dalam toko ia melihat Mei Xia yang sedang memilih pakaian dari luar.
'dia ingin membeli gaun? Untuk pesta naga nanti malam? Aku harus memberi tahu selir Hwa...' Batin Zheng Ho lalu masih melihat Mei xia dan Putra Mahkota.
"kalau saya ambil yang ini bagaimana? Cocok sekali dengan pakaian yang akan anda pakai Yang Mulia," Mei Xia menunjukan sebuah gaun buatan Eropa Klasik yang jarang dilihat di negeri ini.
"Hm.. Kesannya agak asing tapi.. Kalau kita minta penjahit kerajaan memodifikasinya dengan atasan Congsam mungkin bisa.." komentar Zhen Shang, Zheng Ho tau apa yang harus ia perbuat sekarang lalu ia pergi.
Setelah kepergian Zheng Ho, Mei Xia tersenyum dan berbisik kepada Zhen Shang, "dia memakan umpaj yang kita beri," bisik Mei Xia di telinga Zhen Shang.
"Kau wanita yang licik juga...." Zhen Shang balik berbisik.
'ya tuhan... Saya sudah 40 tahun masih sendiri.... Irinya melihat pasangan muda ini,' batin snag Penjual.
.
Selesai berbelanja Mei Xia pergi bersama Zhen Shang kembali ke istana, "Aku akan menjemputmu nanti malam, aku harap kau tidak mengecewakanku," Zhen Shang mencium kening Mei Xia lalu pergi.
Kuro yang sekarang di tubuh Mei Xia tersungkur ke bawah.
'gila.. Kok aku degupnya kencang banget?!' Mei Xia (Kuro) memegang kedua pipinya yang menjadi merah.
'ini pasti karena aku ditubuh Mei xia makanya begini! Ya benar!!!' Kuro yang di tubuh Mei Xia memperingati dirinya lagi.
.
"Apa?! Penjahit kerajaan tak bisa datang?!" raut wajah Mei Xia menjadi cemberut, "Ahh padahal aku ingin memakai gaun ini.." ungkap Mei Xia.
"maaf Nona tapi kata mereka Penjahit kerajaan ada urusan makanya tidak bisa saya sudha mencari penggantinya namun tidak ada yang mau.." Jelas Xin er.
Mei Xia tersenyum, ia menyadari bahwa Zheng Ho dan Lu Xie berdiri di depan Ruangannya, setelah. Merasa mereka pergi Mei xia menatap Xin er.
" Kerja bagus Xin er.. Sekarang aku ingin kau memanggil penjahit kerajaan dan memberikannya emas Ini, bilang padanya untuk datang menemui ku dan Putra Mahkota saat Festival nanti malam," Mei Xia memberikan Xin er hal yang perlu ia lakukan.
"Siap Nona! Saya akan segera kembali!" Xin er berlari pergi ke rumah penjagit kerajaan.
"fufufu.. Mari lihat siapa yang akan menang malam ini, aku.. Atau kau.." Mei xia menatap Kukunya sambil bersenandung lagi.
.
"Dia pasti sangat stress sekarang! Aku tak akan membiarkan dia merebut perhatian Putra Mahkota!" Lu Xie meremas bunga di tangannya.
"tenang saja.. Penjahit itu sudah kuberi emas untuk tidak memvantu Gadis tersebut," Lanjut Sheng ho yang berdiri di samping Lu xie.
Seorang pelayan wanita memasuki kamar Lu Xie, "Permisi Putri Hwa, Pangeran Lan Xing sudah datang untuk menjemput anda," Lapor pelayan itu.
Lu xie memperbaiki beberapa Riasan di wajahnya, "Baiklah.. Terima kasih ya Menteri Jia, saya tak bisa berterima kasih lebih.." Lu Xie berpamit lalu pergi keluar.
Zheng Ho yang masih tertinggal di luar jendela ruangannya menatap ke langit, "tentu saja Putri Hwa saya harap anda menikmati malam ini.." Zheng Ho berbalik dan pergi.
.
Zhen Shang menatap baju yang ia beli tadi dengan Mei Xia, dia tersenyum sendiri saat membayangkan kelakukan Mei Xia di pasar.
Tapi ekpresinya berubah saat mengingat percakapan mereka siang tadi, "Putra Mahkota berhati hatilah pada Permaisuri dan pangeran ke 3," Ucapan Mei xia tersebut membuatnya kebingungan sekaligus penasaran.
"..... Aku harus cari tahu apa maksudnya.." Zhen shang keluar dari ruangannya menuju ruangan Mei Xia.
Di tengah perjalanan menuju ruangan Mei xia, Zhen Shang masih terbayang perkataan Mei xia tersebut, mengapa ia harus khawatir dan waspada pada permaisuri yang merupakan ibunya, Pangeran ke 3 adalah saudaranya mana mungkin mereka berdua ingin mencelakainya.
Namun ia mengingat fakta bahwa Mei xia bukan seperti dulu lagi, ia yakin Mei Xia tidak berkata seperti itu tanpa alasan tertentu.
Zhen Shang menatap ke arah kebun dan berjalan ke satu Bunga, bunga Lilac yang berwarna magenta, ia memetik nya dan membawanya ke kamar Mei xia.
"Cinta dan Gairah adalah apa yang kurasakan dari mu saat ini, Kuat namun rapuh disaat bersamaan," Zhen Shang mengecup Bunga itu sesaat.
Meski ia masih ragu apakah Mei Xia ini asli atau bukan dan mengapa Mei Xia berubah drastis seperti itu namun satu hal yang dia tahu, sebuah perasaan kecil muncul di hati nya, menggeser posisi Lu xie dari hatinya, ya perasaan Cinta kepada seorang Selir yang selalu ia abaikan. Kepada Lin Mei Xia.
.
Kuro masih mengingat bagaimana Ibunya dulu berdandan, yang perlu ia lakukan sekarang adalah menjadikan Mei xia pusat perhatian sehingga rencananya bisa berhasil.
Ia mengambil beberapa peralatan yang telah ia beli di pasar bersama Zhen Shang tadi.
Malam ini akan menjadi malam yang indah baginya, ia yakin, ia akan membantu Mei Xia mendapatkan keinginannya.
Meski hanya seorang Selir Mei Xia bukan seorang Selir lemah seperti yang dulu lagi, ia sekarang ialah Mei Xia yang baru, dibawah Kendali Kuro oda, ia akan menunjukan siapa pemimpinnya dalam permainan ini.
.
Setangkai Bunga bakung pelambang kemuliaan berdiri di atas puncak bulan.
Tak satupun bisa meraihnya tanpa tekad dan perlawanan yang kuat sebuah panggung megah telah disediakan.
Hanya menunggu tibanya sang Waktu dan pertunjukan akan dimulai.
Word count 2001