Chereads / BILARA / Chapter 37 - Bagian XXXVI

Chapter 37 - Bagian XXXVI

Berdiri di belakang pembatas balkon dengan menikmati semilir angin yang syahdu. Nyatanya kesyahduan itu hanyalah menjadi angan-angan. Sebab yang didapatkan adalah tatapan kosong menuju hamparan rerumputan luas di depannya. Tidak ada maksud ingin melamun sebenarnya, tetapi ketika pikiran tidak bisa sinkron dengan keinginan, kita bisa apa? Meski tidak ingin memikirkan Ara kembali, kalau bayangannya dengan tiba-tiba muncul, maka hati Legra bisa apa kecuali memikirkannya?

Mata Legra bergerak-gerak berusaha mengembalikan pikirannya yang berkelana jauh. Kemudian, ia melihat An yang datang menghampirinya melalui tangga balkon. Lelaki itu menghampiri Legra dan ikut berdiri di sampingnya, ikut memandang ke bawah sana pula.

"Nggak capek ngelamun terus dari semalem? Ini udah pagi loh."

"Gue ditinggalin lagi."

"Ya, itu karena lo nggak tegas. Mana ada cewek yang mau sama cowok lembek."

Legra membelakan mata setelah mendengar penuturan An dan melihat An melalui lirikan mata. Rupanya An ingin membuka suara kembali.

"Dulu, lo emang selalu jaga Arini, lindungi dia dimana pun dia berada. Semua itu adalah bentuk penjagaan fisik. Tapi lo lupa kalo Arini juga punya hati, dia punya hati yang perlu dijaga supaya nggak sakit. Lo nggak pernah mikir sampai segitunya, lo nggak menjaga hati Arini dengan baik, bahkan jauh dari kata baik."

"Sampai pada saat hatinya terluka karena lo, lo masih nggak peka buat jaga hati dia. Lo cuma sibuk berpikir sama hati lo yang terluka tanpa peduli kalo hati orang lain lebih terluka. Dia terluka karena Clover mencoba menfitnah dia, dia terluka karena dihujat sana sini demi bertahan hidup sama lo, juga dia terluka karena lo sama sekali nggak melakukan pembelaan untuk dia."

"Apa yang sebenarnya ada di pikiran lo? Arini pergi, kakak lo yang nyusulin sampai musibah malah terjadi. Apa nggak cukup pengalaman setelah apa yang terjadi setelah Arini untuk melihat bagaimana posisi Ara?"

"Seharusnya, lo lebih dewasa dengan usia yang sekarang. Masalah Ara lebih besar dibanding Arini. Dia dihina, dicaci maki, dikejar sana sini sama penggemar lo. Bahkan dia juga rela pindah dari pekerjaan yang dia sangat butuhkan itu. Apa lo hanya mau bertanggungjawab sama diri sendiri dan selamanya menghindar dari tanggung jawab untuk orang lain. Mana jiwa laki-laki yang seharusnya lo keluarin sebagai kaum adam?!"

Dari sekian banyak penjelasan dan pertanyaan yang An lontarkan, tak ada satu pun yang Legra tanggapi. Lelaki itu hanya diam sembari merenung. Entah merenungkan nasibnya atau merenungkan sikapnya yang menurut An di luar tanggung jawab. Lelaki yang baik itu dilihat dari seberapa bertanggungjawabnya ia dalam kehidupan. Entah tanggung jawab terhadap diri sendiri, maupun tanggung jawab terhadap orang lain. Jika lelaki tidak memiliki tanggung jawab, maka akan hancur keluarga yang dipimpinnya nanti. Begitulah yang An pikirkan sejauh ini.

"Tapi posisinya, gue juga merasa tersakiti di sini. Gue juga ditinggalin selama dua kali, dengan persoalan yang sama pula. Coba kalo lo yang ada di posisi gue, pasti lo juga bakal mikir hal yang sama."

An mendesah pelan, susah sekali membujuk Legra ini. "Susah banget emang kalo ngomong sama lo. Nggak akan selesai sebelum gue jelasin berulang kali," keluh An sembari menghadapkan tubuh ke arah Legra.

Legra diam dan mengangkat alisnya bertanya hal yang akan selanjutnya An ucapkan.

"Lo sakit hati karena apa? Karena ditinggalin? Iya, lo sakit hati karena ditinggalin dan penyebabnya juga diri lo sendiri. Kalo lo nggak buat mereka ninggalin lo, mereka juga nggak akan ninggalin lo. Lo cuma jaga tubuh mereka, bukan perasaan mereka. Seharusnya lo bisa lebih tegas, entah itu sama diri lo sendiri atau orang lain. Lo bisa pilih karir lo yang bagus dan terus sama Daneen dengan hubungan settingan atau serius sama Ara dengan membiarkan karir lo sebagai artis turun."

"Gue bilang gini adalah sebagai sohib, sobat curhat, atau bisa jadi sebagai sahabat."

"Sekarang gue mau ngomong sama lo sebagai asisten! Dengerin baik-baik," ucap An seakan khawatir jika nantinya Legra akan melamun kembali.

Setelah An memberi tahu seluruh hal yang harus ia lakukan mulai dari menjadi sahabat sampai asisten, kini Legra mengerti. Banyak hal yang harus dilakukannya untuk saat ini. Tidak hanya dilakukan, tetapi juga diselesaikan sampai tuntas. Ia harus meyakinkan dirinya sendiri dalam mengambil keputusan atas penyelesaian semuanya. Dengan Legra yakin, semuanya akan kembali bangkit. Dengan dia percaya dirinya bisa dan Tuhan selalu di sisinya, dia berjuang. Berjuang menuju penyelesaian masalah hidup yang tiada akhirnya.

***

Satu kata yang dapat diucapkan untuk menggambarkan seisi jagad raya. Heboh. Memang benar adanya, semua orang heboh setelah mendengar, melihat, menonton, membaca, keadaan yang langsung terucap oleh Allegra Arizki. Bagaimana bisa? Dia telah melakukan siaran langsung melalui akun sosial medianya untuk mengungkapkan suatu kebenaran. Kebenaran yang selama ini tersembunyi dari media atau lebih tepatnya tidak sengaja tertutupi. Benar tidak sengaja, karena memang tidak ada yang berniat menjadikan semuanya nyata.

Awalnya, media memang sudah percaya dengan isu Ara yang ingin memanfaatkan Legra. Percaya dengan berita bohong yang sengaja disebarkan oleh Clover. Sebab setelah berita itu disebarkan, memang tidak ada sanggahan sedikit pun dari Legra. Maka dari itu mereka semua percaya, termasuk Ara yang percaya akan anggapan Legra tentang dirinya. Namun, tidak disangka, pengakuan Legra datang setelah begitu lama isu tersebut menyebar. Legra baru membuat pengakuan setelah sepulangnya dari negara berpatung singa itu.

"Ra, coba kamu lihat akun sosial medianya Legra. Dia buat pengakuan sebenarnya, Ra. Dia buat pengakuan."

Astri menelpon Ara sepulangnya dari seharian berkeliling mencari pekerjaan, bersama Rindo tentunya. Nadanya seperti sedang senang sekali. Awalnya Ara berpikir Astri tengah mendapatkan kejutan besar, tetapi rupanya ini adalah tentang Legra. Ara sedikit cemas sebenarnya, ia takut apabila ada berita yang akan mengganggu ketenangannya kembali. Namun, karena penasaran, ia juga ingin menonton vidio itu.

"Iya, bentar ya aku cek, soalnya aku sedang di jalan sama Do. Nanti aku cek kalau sudah sampai kosan."

"Buruan loh ya? Seturunya kamu dari motornya Do, kamu harus langsung cek ponsel."

"Iya memang kenapa to?"

"Cek aja, nanti kamu tahu sendiri. Kalau kamu nggak cek sendiri, pengakuan Legra nggak mengejutkan nantinya."

"Ck, iya iya."

Setelah mengucap salam, Ara melihat jalanan sudah hampir menunjukkan tanda-tanda tempat kosnya. Turunlah dia dari motor Rindo setelah sampai di depan kos. Ya, di depan langsung, karena tempat kos mereka masih satu wilayah. Hanya saja dibedakan antara wilayah putra dan wilayah putri. Tentunya untuk menghindari suatu hal yang buruk terjadi.

Setelah memberikan pelindung kepalanya pada Rindo, Ara berkata, "Do, Astri bilang Legra buat pengakuan di akun sosial medianya. Aku mau lihat dulu."

"Ya udah aku ikut lihat. Kita duduk di bangku sana dulu aja." Rindo menunjuk bangku yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

Setelah duduk, Ara membuka ponselnya kembali. Menyaksikan Legra yang duduk sendirian di dalam layar ponselnya. Mendengarkan dengan baik, pengakuan yang Legra berikan. Pun begitu dengan Rindo.

"Hallo semua, selamat sore! Seperti yang kalian tahu ya, ada beberapa masalah yang terjadi akhir-akhir ini. Saya mewakili diri saya sendiri ingin memberikan penjelasan di sini, insyaallah sejujur-jujurnya. Silahkan di simak dengan baik."

"Penjelasan ini berkaitan dengan kesalahpahaman hubungan antara saya dan Daneen. Juga berkaitan dengan Ara. Tentu kalian tahu siapa Ara meski belum mengenalnya. Maka dari itu saya akan menjelaskannya di sini."

"Saya tidak memiliki hubungan spesial dengan Daneen, tetapi saya punya itu dengan Ara."

Ara dan Rindo saling pandang, tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Legra baru saja. Bingung, tentu saja. Mereka tak paham dengan pemikiran Legra saat itu. Apakah Legra berusaha untuk menjebak Ara sekarang? Apakah Legra berubah membenci Ara dengan membenarkan mereka memiliki hubungan, lalu Legra juga membenarkan keburukan Ara yang telah tertulis dan terpampang di media? Apakah Ara seburuk itu? Ia tak habis pikir dengan Legra. Dia sungguh tega melakukan semua itu.