Chereads / BILARA / Chapter 35 - Bagian XXXIV

Chapter 35 - Bagian XXXIV

Kabarnya, hari kamis sore Legra akan melaksanakan penerbangan menuju Indonesia. Rindo sudah gemas membujuk Ara untuk segera meninggalkan Jakarta. Yang selalu Rindo dapati hanya terus perkataan nanti dari mulut Ara. Katanya masih banyak hal yang harus diurus sebelum pergi ke Jogja. Terutama masalah pekerjaan. Dia masih masih mengurus masalah surat rekomendasi pekerjaan yang tak kunjung keluar. Ia pikir waktu dua hari sudah cukup untuk menyudahi masalah itu. Tidak memikirkan masalah orang lain yang tidak hanya mengurus hidupnya saja. Akhirnya setelah bujukan Rindo yang kesekian kalinya, Ara menyerah. Mereka akan pergi pada kamis siang tanpa surat rekomendasi. Tentunya dengan Astri yang masih tidak terima akan kepergian Ara.

Sedangkan di lain tempat, Legra tengah menahan beribu-ribu kesal. Berita tentang dirinya dan Ara dari hari senin pagi itu telah mengganggu pikirannya. Bahkan sampai memengaruhi kegiatan syutingnya. Tak jarang sang sutradara yang juga ikut marah atas berita tersebut. Bagaiamana tidak jika hal tersebut akan mengganggu perkembangan statistik penjualan filmnya nanti. Legra pun sering kai tidak fokus saat memerankan adegan. Ditambah Daneen yang selalu menahan kesal atas perilaku Legra.

Sementara waktu, Legra berusaha tenang dan menahan amarah. Bagaiamana bisa sesuatu hal yang dulu terjadi, bisa terjadi lagi di masa sekarang. Ia rasa bukan hanya orang-orang yang selalu berlaku seenaknya pada orang lain. Namun, juga dirinya yang berlaku seenaknya pada diri sendiri. Hingga tanpa sadar perilakunya itu membuat orang lain kesulitan. Ara, dia telah membawa Ara pada akibat perilakunya yang seenaknya. Bahkan ia sudah lengah untuk mengawasi Clover untuk tidak kembali mengganggu orang-orang di sekitarnya.

"Jadi bener kalau Clover yang udah menjebak Ara?"

"Bener bos. Tapi sepertinya, alasan dia melakukan semua ini bukan hanya karena bos." Kini, An berada di dalam ruangan pribadi Legra untuk memberikan detail masalah yang tengah terjadi.

"Lalu, apa masalah Clover dengan Ara hingga tekad Clover begitu besar?"

"Sebenarnya bukan masalah besar," ucap An dengan begitu santai. Seakan-akan masalah yang terjadi kali ini tidaklah besar.

"Gue serius An! Nggak usah berbelit, katakan aja semua informasi yang lo dapetin." Legra sedang dalam mode serius sekarang. Ia sedanh tidak dapat diajak bercanda sepertinya. An yang kaget hanya mengangguk-angguk patuh.

Mulailah An dengan keprofesionalannya dalam bekerja yang sesungguhnya.

"Awalnya, Clover dan Ara pernah menjalani masa SMA pada satu tempat yang sama, bahkan mereka berada dalam satu kelas. Seperti yang anda tahu bahwa Ara adalah anak yang cerdas dan berasal dari keluarga yang hanya berkecukupan. Dia mendapatkan beasiswa SMA. Dia adalah anak yang rajin dan keras, tetapi dia seorang yang pemalu dan sungkan."

"Pernah pada suatu saat-tepatnya selalu pada akhir bulan, ia tidak memiliki uang untuk sekedar membeli makan. Saat itu Clovelah yang selalu membantu dia. Clover memberikan bantuan makanan secara tersirat pada Ara. Clover tidak mau terang-terangan memberikan bantuan pada Ara karena dia juga selalu iri terhadap Ara yang cerdas itu. Ara dan dia selalu kejar-kejaran peringkat pada saat itu. Tapi semakin lama hanya selalu nama Ara yang ada di nomer satu."

"Begitu yang saya dapatkan dari penyelidikan terhadap kasus anak masa SMA pada kala itu."

"Yang selanjutnya, teman Ara-yaitu Astri, dia bekerja sebagai personal training pada GYM yang sering dikunjungi Clover. Astri dan Clover berteman-"

"Tunggu, apa hubungannya dengan Ara?"

"Bisakah nada tidak memotong pembicaraan saya sebelum saya selesai berbicara?" tanya An sopan.

"Ya, ya silahkan." Legra menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Astri adalah seseorang yang mudah berteman. Maka dari itu, ia dapat dengan mudah menjadikan Clover tamannya. Rupanya dia tidak tahu bahwa mereka saling mengenal. Bahkan tidak tahu jika Clover menaruh hati pada anda."

"Terdapat dua masalah dengan satu alasan yang sama."

"Apa itu?"

"Alasannya adalan kecemburuan Clover terhadap hubungan anda yang dekat dengan Ara. Seperti hubungan anda dan.. Arina terdahulu." An terdiam sebentar menatap Legra yang hanya diam membisu. Setelah mengambil napas ia melanjutkan ucapannya. "Masalah pertama adalah berita yang tidak seharusnya menjadi masalah public. Yaitu ketika anda dan Ara berada di cafe. Masalah kedua adalah berita bohong besar yang sekarang sedang menjadi kerakusan umum."

"Semuanya.. ulah Clover. Maaf bos, saya akan segera membereskan segala kekeliruan ini."

"Cloverrr.."

Legra menggeram dengan menyebut nama Clover. Wajahnya merah padam menahan amarah. Kali ini, Clover sudah tidak dapat ditoleransi. Mungkin yang Clover lakukan pada Arina dulu hanyalah sebuah gertakan. Namun sekarang, semua ini sudah masuk penghinaan, pencemaran nama baik terhadap Ara. Legra tidak terima hal ini.

Legra keluar dari ruangan itu. Berjalan dengan langkah cepat seakan dia sudah tidak sabar lagi menumpahkan emosi. Dia benar-benar marah.

An sendiri panik di tempatnya.

"Ini semua gara-gara adik lo tau nggak!" Legra mendatangi Nasir tiba-tiba dengan marah.

"Kok lo nyalahin adik gue. Yang punya masalah itu lo. Kenapa jadi bawa-bawa adik gue?"

"Lo bilang, Clover udah besar, udah dewasa. Mana buktinya? Bahkan dia masih bertingkah seperti anak kecil. Dari dulu nggak pernah berubah, cih!"

"Biasa aja dong. Orang elo yang bermasalah di sini. Nggak usah bawa-bawa orang lain kalo nggak bisa menyelesaikan masalah sendiri!" ucap Nasir tidak terima.

"Nyatanya adik lo yang mengawali semua ini. Adik lo yang udah buat nama baik Ara hancur. Mau apa sebenarnya, hah?"

An datang menghampiri Legra dengan tergesa-gesa. Ia tak menyangka bila Legra malah akan mendatangi Nasir dengan kemarahannya.

Namun, bila diingat kembali, wajar jika Legra sangat marah. An tahu betul kemarahan Legra ini sangat berhubungan dengan masa lalunya. Ia marah, marah sebab tingkah kekanakan Clover pada saat dia masih kuliah dulu. Clover yang membeberkan berita bohong bahwa Legra memiliki kekasih lain sementara dia sudah bertunangan. Arini namanya, ya, dia adalah mantan tunangan Legra yang sekarang sudah menikah. Mereka berpisah disebabkan tingkah kekanakan Clover pada saat itu. Arini yang tidak terima dan merasa harga dirinya di injak-injak. Setiap harinya ia selalu diikuti oleh wartawan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Tentu Arini tidak betah dengan semua itu dan memilih meninggalkan Legra.

"Gra, udah Gra. Nggak baik marah-marah kayak gini," kata An menasihati.

"Diam, An!"

Nasir tampak sedikit mencerna ucapan Legra yang sebelumnya terlontar padanya. Setelah beberapa saat bungkam, akhirnya ia memilih menyuara kembali.

"Oh, kalo lo nggak buat adik gue cinta sama lo, mana mungkin dia akan berbuat nekat," ujar Nasir.

"Dengerin ya, nggak ada yang namanya cinta itu dibuat. Cinta datang dengan sendirinya, nggak ada yang tau dan mau cinta itu datang kapan waktunya dan siapa orangnya." Legra sudah lebih tenang dari saat sebelumnya. Ia sadar memang bahwa cinta selalu hadir tanpa kita mau. Namun, apakah yang Clover rasakan itu adalah sebuah cinta? Ia rasa tidak, itu hanyalah sebuah obsesi.

"Tapi gue tetep nggak terima, dia udah nyakitin banyak orang selain diri gue sendiri. Dia udah buat Arini pergi ninggalin gue, bahkan sampai kakak gue meninggal," ucap Legra dengan nada pedih.

'Gue nggak mau semua itu terjadi juga pada Ara,' batin Legra masih sempat memikirkan Ara ketika ingin kembali pada masa lalu. Ia yang tak dapat berbuat apa pun, hanya menahan rasa pedihnya ditinggalkan. Makanya ia juga tidak mau Ara melakukan hal yang sama. Dan siapa pun orang di sekitarnya.

"Jaga adik lo baik-baik. Kalo enggak, gue juga nggak akan segan-segan berbuat sesuatu untuk menghentikan dia. Inget itu baik-baik."

Legra sudah tidak mood lagi membahas semua ini. Bahkan amarahnya sudah menguar jauh tak kasat mata. Ia membalikkan badannya kembali meninggalkan tempat itu. Tempat yang masih disaksikan banyak orang atas pertengkarannya dengan Nasir. Ia tau ia akan selalu kalah jika pembicaraan serah memasuki tema 'ditinggalkan'.