Lee Bona membuka pintu rumahnya dan masuk. Dilepasnya sepatunya namun tetap memakai kaus kakinya lalu dipakainya sandal rumah yang memang sudah tersedia di samping pintu "Aku pulang". Ia berjalan masuk melewati dapur menuju kamarnya. Dua orang wanita tampak sibuk tengah menyiapkan makanan untuk makan malam. "Oh… Mandilah dan segera keluar untuk makan malam" ucap seorang wanita yang lebih muda dari wanita satunya lagi tanpa membalikkan badannya.
"Aku tidak lapar" jawab Bona.
Mendengar jawaban Bona, wanita tadi segera membalikkan badannya. "Sudah. Cepatlah mandi dan makan malam atau bibi yang akan menyeretmu keluar dari kamarmu" ancam wanita muda yang ternyata adalah sang kepala sekolah Kirin. Bona melanjutkan langkahnya menuju kamar yang terhenti hanya untuk mendengar ancaman dari wanita tadi. Sepeninggal Lee Bona, dua wanita tadi melanjutkan kesibukan mereka menyiapkan makanan.
Banyak makanan tersaji di meja makan. Lee Bona melangkah keluar dari kamar dan segera duduk di meja makan. Bibinya sudah duduk lebih dahulu di meja makan sementara wanita tua yang tadi membantu bibinya memasak tengah mengambil panci dari atas kompor dan memindahkannya ke meja makan. Tutup panci dibuka dan ternyata isinya adalah sup rumput laut. "Bibi ulang tahun?" tanya Bona yang tentunya dengan ekspresi datarnya.
"Aku benar �� benar harus banyak bersabar punya keponakan sepertimu. Hari ulang tahun bibimu satu – satunya saja kau tidak ingat" keluh bibinya.
"Aku memang tidak pernah ingat tanggal setiap harinya" jawab Bona santai
"Nikmati makanannya" ucap wanita tua setelah selesai menyajikan semua makanan lalu beranjak pergi.
"Ahjumma mau kemana?" tanya Bona sebelum wanita itu pergi.
"Aku akan beristirahat sebentar. Kalian makanlah"
"Duduklah. Kita makan bersama" ucap Bona. Wanita itu dan bibinya sedikit terkejut mendengar ucapan Bona. Selama ini Bona sangat susah untuk diajak makan bersama. Bibinya harus menyiapkan seribu satu ancaman untuk mengajaknya makan bersama. Tapi kali ini… Bona yang mengajak makan bersama? Bibinya tersenyum kecil melihat perubahan sikap Bona.
"A... Tidak apa – apa. Kalian makan saja duluan, aku akan makan nanti saja" tolak wanita tadi.
"Jangan begitu. Hari ini hari ulang tahunku. Duduklah dan kita makan bersama" ucap bibinya Bona yang sebenarnya bernama Jiyeon.
Setelah terlihat berpikir sejenak, wanita tadi menarik kursi di depan Bona dan duduk disana.
"Setiap hari Ahjumma selalu makan sendiri karena kami tidak dirumah. Hanya saat weekend kami bisa dirumah jadi kita harus makan bersama saat ada waktu" ucap Jiyeon.
"Terima kasih sudah memperlakukanku dengan sangat baik. Kalian mau memperkerjakan wanita tua sepertiku. Bahkan kalian mengijinkaku tinggal disini. Dan sekarang, kalian juga mengajak makan bersama. Aku senang karena bertemu orang baik seperti kalian"
"Kami juga berterima kasih karena ahjumma mengurus rumah ini dan juga kami dengan sangat baik" Jiyeon pun berterima kasih kembali.
Mereka mulai menyantap makanan di depan mereka. Jiyeon mulai membuka pembicaraan agar suasana makan sedikit lebih hangat daripada harus diam satu sama lain. "Kenapa kau pulang terlambat" tanya Jiyeon pada Bona.
"Tidak apa – apa"
"Kau tidak salah bus kan?" tanya Jiyeon dengan nada sedikit mengejek. Dia tahu keponakannya bisa saja salah naik bus mengingat keponkannya yang satu ini sangat jarang bahkan hampir tidak pernah pergi keluar sendirian.
Bona yang hendak mengambil kimchi langsung berhenti sejenak namun langsung melanjutkan kembali gerakannya agar tidak ketahuan kalau ia sedikit terkejut. Namun bukan Jiyeon namanya jika tidak bisa melihat perubahan tingkah Bona. "Aaaa…. Jadi kau benar – benar salah bus?..." goda Jiyeon.
"Tidak. Aku pulang dengan taksi" jawab Bona santai seolah – olah bibinya salah menebak.
"Aaaa…. Jadi karena kau salah bus akhirnya kau memilih pulang dengan taksi?" goda Jiyeon lagi.
"Sudah aku bilang aku tidak salah bus. Aku pulang dengan taksi" jawab Bona sedikit kesal. Mendengar percakapan keponakan dan bibi ini membuat wanita tua itu tersenyum.
"Baiklah baiklah. Kau pulang dengan taksi" Jiyeon memilih menyerah daripada nantinya Bona semakin kesal.
"Mulai minggu depan pulanglah bersama bibi" sambung Jiyeon lagi.
"Tidak"
"Kenapa?"
"Menurut bibi apa yang akan dipikirkan oleh siswa lain jika tahu aku pulang bersama kepala sekolah? Ditambah lagi aku bahkan masuk ke sekolah Kirin tanpa audisi"
"Oh… Ada yang menyadari kau tidak audisi?"
"Tentu saja. Hanya saja mungkin mereka tidak berani bertanya"
"Jadi tidak ada satu pun yang bertanya?"
"Ada. Satu orang"
"Lalu kau jawab apa?"
"Aku hanya bilang padanya kalau aku dan dia berbeda. Itu saja"
Jiyeon dan wanita tua hanya bisa menghela napas lemah mendengar jawaban Bona. "Kau harusnya tidak berkata seperti itu. Dia pasti berpikir kau adalah orang kaya yang sombong, yang menggunakan uang untuk mendapatkan apa saja yang diinginkan" Jiyeon menasihati keponakannya.
"Dia bebas berpikir apa saja. Itu haknya"
Jiyeon menyerah.
"Aku dengar di sekolah, ada siswa laki – laki yang selalu mengikutimu?" tanya Jiyeon lagi karena begitu tertarik pada hidup Bona. Ia menyadari sedikit perubahan sikap Bona. Bona menjadi sedikit lebih mudah untuk didekati dan itulah tujuannya menyuruh Bona untuk kembali bersekolah. Setelah kecelakaan beberapa tahun lalu, Bona menjadi sangat pendiam dan tidak lagi mau berinteraksi dengan orang lain. Bona bahkan tidak mau lagi sekolah dan memilih home schooling. Namun Jiyeon tidak ingin keponakannya terus menerus menyendiri, ia ingin keponakannya kembali seperti dulu. Ya meskipun tidak kembali seperti dulu sepenuhnya, setidaknya ia ingin Bona mau berinteraksi dengan orang lain dan lebih menerima keadaannya sendiri sekarang.
"Wah… Senang mendengar nona Bona sudah punya teman" ucap wanita tua sambil tersenyum ke arah Bona.
"Hyun Jae?" tanya Bona balik pada bibinya.
"Aku tidak tahu namanya. Aku hanya dengar kau selalu makan siang bersama siswa itu"
"Namanya Hyun Jae"
"Waaahhh… Kau sedang mengenalkannya padaku?"
"Hanya memberi tahu namanya saja"
"Baik – baiklah padanya"
"Kenapa?"
"Kau bisa mulai berteman dengannya. Melihat dia tahan dengan wajah datarmu itu, kupikir dia orang yang baik".
Bona terdiam sejenak mengingat kembali bagaimana Hyun Jae tetap berusaha mengajaknya berbicara meski dia selalu diam atau hanya menjawab dengan jawaban yang benar – benar singkat.