Pagi yang cerah untuk memulai hari yang menyenangkan. Yah… setidaknya begitulah yang seharusnya. Sinar matahari malu – malu menembus jendela kamar Kang Min Young yang masih tertutup rapat. Kang Min Young, itulah nama yang diingatnya saat ia terbangun dari tidurnya. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan langsung menuju cermin. "Min Young-ah, annyeong…" sapanya dengan ceria pada pantulan dirinya di cermin. Dengan pakaian dan rambut hitam berantakan yang menunjukkan bahwa ia baru saja bangun tidur, Min Young menuruni anak tangga dengan riangnya sambil bernyanyi dengan suara berbisik. Namun ia langsung berhenti seketika di salah satu anak tangga saat matanya menangkap sesosok pria yang tengah duduk di meja makan bersama dengan ibunya. Pria itu duduk membelakangi tangga. Sementara ibunya duduk berhadapan dengan pria itu.
Dengan mengendap – endap ia mendekati pria itu sambil meletakkan jari telunjuknya didepan bibir memberi isyarat pada ibunya untuk tetap diam lalu… plak!, sebuah pukulan mendarat di kepala pria itu. Pria yang tadinya tengah akan menyuap makanan ke mulutnya itu mendapati makanannya kini berserakan di atas meja. "YAAA…KAU…" spontan pria berteriak pada Min Young dengan raut wajah jengkel dan ibunya terbelalak melihat mereka. Gadis tersebut tidak menunjukkan sedikitpun rasa bersalah setelah memukul pria tadi dan kemudian duduk diam disamping pria itu sambil menatap lekat pada pria tersebut. Pria dengan tubuh tinggi semampai dan rambut yang tidak tertata rapi itu tidak mau ambil pusing, ia kembali menyantap sarapannya sambil sesekali melirik ke arah Min Young.
"Aigoo… kalian benar – benar seperti anak kecil. Apa kalian tidak malu kalau dilihat oleh adik – adik kalian?" ucap ibu sambil menggelengkan kepalanya ringan dan bangkit dari duduknya untuk menyiapkan sarapan Min Young.
"Sejak kapan dia disini, bu?" tatapan Min Young tidak lepas dari pria disampingnya. Sedangkan, ibunya hanya tersenyum medengar pertanyaan tersebut. Merasa risih dengan tatapan Min Young, pria itu meletakkan kembali sendok yang sudah terisi dengan makanan ke atas piring lalu membalas tatapan Min Young, "Yaaa… tidak bisakah aku menyelesaikan sarapanku dulu?. Aku benar – benar kelaparan.". Min Young hanya mendengus lalu memalingkan pandangannya.
"Ibu yang membukakan pintu tadi malam. Seok Min bilang dia sudah menelponmu tapi kau tidak mengangkat ponselmu. Jadi, dia menelpon ibu." ibu menjawab pertanyaan Min Young sambil menyodorkan sepiring penuh sereal untuk Min Young. "Ibu akan melihat adik – adikmu dulu. Kenapa mereka belum juga bangun…" ucap ibu sambil berjalan pergi meninggalkan mereka berdua di meja makan. Sedangkan mereka hanya mengangguk.
"Yaaa… Lee Seok Min… Sampai kapan kau seperti ini?" tanya Min Young tanpa melepaskan pandangannya dari piringnya.
"Seperti apa?" sahut Seok Min singkat sambil menyuapkan sarapannya kedalam mulut.
"Tidak pulang kerumah, tidak bicara dengan ibumu, dan menginap disini" jelas Min Young dengan tatapan tajam kearah Seok Min.
Lee Seok Min adalah sahabat terdekat Min Young. Mereka sudah berteman sejak mereka duduk dibangku kelas VIII. Hubungan Lee Seok Min dan ibunya tidaklah baik. Hubungan mereka bukan seperti hubungan ibu dan anak yang kerap kali bertengkar karena berbeda pendapat. Ibunya tidak terlalu memperhatikannya dan jarang pulang kerumah sehingga Lee Seok Min lebih memilih untuk menghindari ibunya daripada harus berada didekat ibunya dan membuat ibunya tidak nyaman. Tidak jarang jika ibunya pulang kerumah, ibunya menyuruhnya untuk pergi keluar bersama teman – temannya. Karena rumahnya dan panti asuhan dimana Min Young dan ibunya Min Young tinggal tidak terlalu jauh, maka panti asuhan tersebut menjadi tempat pelariannya jika ibunya sedang dirumah.
"Ntahlah… Aku juga tidak yakin sampai kapan aku begini. Kenapa kau bertanya seperti itu? Apa kau dan ibumu tidak mau menampungku lagi?" kali ini ia menatap Min Young dengan memelas.
"Aigoo… Kau ini benar – benar… Sudahlah, tidak ada gunanya juga bicara dengan orang sepertimu. Kenapa kau tidak mendaftarkan dirimu saja ke panti asuhan ini supaya kau bisa menjadi penghuni panti asuhan ini secara legal?" tantang Min Young.
"Hmm… Akan kupertimbangkan" jawab Seok Min singkat tanpa menatap Min Young dan terus menyuapkan makanannya sementara Min young hanya bisa tercengang mendengar jawabannya.
"Yaaa… Apa kau benar – benar bodoh? Di usiamu yang sekarang mana bisa kau menjadi penghuni panti asuhan. Kita sudah dianggap dewasa, bodoh."
"Kenapa kau bisa?"
"Aku berbeda dari anak yang lain. Aku ini istimewa" jawab Min Young dengan bangga sementara Lee Seok Min menanggapi dengan senyum kecut.
Ya, Kang Min Young memang tinggal di panti asuhan tapi ia bukanlah anak yang dititipkan orang tuanya di panti asuhan. Memang awal kedatangan Min Young adalah sebagai anak yang dititipkan di panti asuhan, namun karena kedekatannya dengan ketua pengurus panti asuhan membuat ketua panti asuhan tersebut mengadopsi Min Young. Karena itulah ia masih tetap bisa tinggal di panti asuhan tersebut meski ia sudah dianggap dewasa nantinya.
* * *
Seorang pria muda terbangun dari tidurnya yang lelap meski hanya di sebuah lorong dan beralaskan karton. Ia segera duduk sambil menguap dan mengusap – usap wajahnya. Dipandanginya sekeliling tempat ia berada saat ini. "Hmm… kenapa mereka semua disini?", pikirnya dalam hati.
"Hei, anak muda." panggil seorang bapak tua yang tengah duduk bersandar di dinding seberang pria tadi.
Pria tersebut melihat ke kanan dan ke kiri mencari tahu siapa yang diajak bicara oleh bapak tua itu. Tidak melihat siapapun ada didekatnya saat ini, ia lantas menjawab dengan ragu, "Saya?".
"Apa ada orang lain dihadapanku saat ini?", tanya pak tua itu dengan kesal.
Sementara pria tersebut hanya menjawab dengan enteng, "Tidak ada".
"Apa yang kau lakukan disini? Kau masih muda dan juga tampan. Kenapa kau tidur di stasiun bawah tanah seperti ini? Kau gelandangan?" bapak tua itu bertanya dengan santai seolah mengejek pria tersebut.
"Hmm… Anda benar. Aku masih muda dan juga tampan. Hahaha…." Pria tersebut tertawa kecil mengejek dirinya sendiri lalu terdiam sejenak. "Aku juga tidak tahu kenapa aku disini, kenapa aku jadi gelandangan" lanjut pria tersebut sambil menatap lantai dihadapannya dengan tatapan sendu.
Bapak tua itu bangkit dari duduknya hendak pergi meninggalkan pria tersebut. "Yaaa…, bereskan juga tempatku ini sebelum kau pergi", ucap bapak tua itu sambil sedikit menendang karton yang digunakan sebagai alas duduknya tadi. "Carilah pekerjaan dan tidurlah di tempat yang layak. Bagaimana bisa seorang anak muda tidur di stasiun bawah tanah seperti ini. Aigoo…", lanjut bapak tua itu sebelum pergi sambil menggelengkan kepalanya.
Pria itu hanya memandangi bapak tua itu pergi. "Yaaa… Kim Min Gyu. Kau benar – benar gelandangan sekarang", ucapnya dengan lemah tanpa semangat sedikitpun pada dirinya sendiri lalu menghembuskan napas dengan lemah.