Chereads / Greentea Latte / Chapter 21 - -21- Rehna Zaida

Chapter 21 - -21- Rehna Zaida

Suara heels menggema di lorong kantor polisi. Tas branded yang ia tenteng seakan memberi tahu semua orang bahwa dirinya berasal dari kalangan atas. Blazer putih melekat sempurna pada tubuh eloknya. Usianya boleh dikatakan berumur,tetapi tubuhnya seperti remaja yang baru saja puber. Di depan sana,ada anak laki-lakinya yang sedang memohon dibebaskan oleh pihak kepolisian.

"Dia anak saya," kata wanita tersebut.

Afka yang mendengar suara itu tertegun. Manik matanya berubah menjadi dingin tak berperasaan. Dia berdiri dan menggenggam tangan Ghirel disampingnya berniat meninggalkan wanita tersebut. Tetapi langkahnya harus terhenti saat seseorang bertanya,

"Dia ibu kamu?"tanya polisi tersebut.

Afka menatap dingin polisi tersebut,"bukan. Aku gak kenal dia pak."

Wanita tersebut menghampiri Afka, meletakkan tangannya di atas pundak lebar anaknya,"Afka mau sampai kapan kamu benci sama mamah?"

"Sejak gue liat lo main sama laki-laki itu, lo bukan ibu gue!" ketus Afka.

Ghirel tidak pahan dengan situasi yang ada, dia hanya bisa terdiam dan coba memahaminya meskipun otaknya tak mendukung. Bukankah Ibu Afka telah meninggal? berita ini menyebar di sekolahan dua tahun yang lalu. Terus, siapa wanita di depannya itu?

"Bukannya ibu kamu udah meninggal?"tanya Ghirel ragu-ragu.

Afka tersenyum,"Iya dia udah mati Jie."

"Afka! apa-apaan kamu? Tolong hargai mamah setidaknya sekali Afka,mamah selama ini udah berusaha yang terbaik buat kamu. Bahkan mamah bela-belain kesini cuman untuk membebaskan kamu! " balas wanita tersebut.

Dia adalah Rehna Zaida. Wanita yang dulu memiliki marga Fedrick sama seperti Afka. Sekarang marganya berubah atas pilihan wanita itu sendiri. Dia ibu kandung Afka, ibu yang melahirkan Afka sekaligus mengurus Afka. Dia pernah menjadi orang yang sangat Afka cintai hingga berubah menjadi orang yang paling Afka benci.

Alasannya hanya satu, ibunya memilih laki-laki lain secara terang-terangan. Saat Afka tengah sibuk mengurus berkas kepindahannya keluar negeri, ia melihat ibunya sedang bermesraan bersama laki-laki lain. Afka yang emosi akhirnya melabrak ibunya saat itu juga. Dan alangkah kecewanya Afka saat ibunya lebih membela laki-laki tersebut dibandingkan anaknya sendiri.

Afka menatap sinis pada ibunya,"gue gak pernah minta lo untuk ikut sama masalah gue. Lo sendiri yang mau tanpa diminta."

"Ibu mana yang tega melihat anaknya berurusan dengan kepolisian terus-menerus?" kata Rehna dengan suara lembutnya.

Selama ini Afka terbebas dari setiap masalah karena ikut campur ibunya yang istri kepala kepolisian. Ayah Afka tidak mendidik laki-laki itu untuk kabur dari setiap masalah,dia selalu menekankan Afka untuk bertanggung jawab akan segala hal yang terjadi.

"Ibu? Apa seseorang seperti lo pantes disebut ibu? lo lupa sama apa yang udah lo lakuin dulu sampai keluarga kita hancur?!" Afka menatap sengit ibunya. Dia mengacak rambutnya frustasi. Tetapi,berkat tangan Ghirel yang mengelus punggungnya membuat Afka sedikit tenang.

"Kita pergi dari sini Jie," ajak Afka sambil menggandeng tangan dingin milik Ghirel. Afka yakin gadisnya itu sedang gugup karena berada di tengah situasi yang tidak seharusnya.

"Jie?" suara Rehna membuat Afka menghentikan langkahnya. Ghirel otomatis menoleh merasa dipanggil.

"Jangan bicara apapun atau gue gak akan mau ketemu sama lo lagi," ancam Afka.

***

Bel sekolah telah berbunyi, Ghirel yang kurang tidur karena urusan Afka akhirnya ketiduran saat ulangan berlangsung. Belum lagi Hevan dan Afka sama-sama tidak masuk sekolah hingga Ghirel merasa hampa. Dia kurang dekat dengan anak-anak kelasnya, belum lagi ruang ujian Ghirel dan Tzuwi berbeda sehingga Ghirel jadi benar-benar merasa kesepian.

Tadi dari kantor polisi, Afka membawa Ghirel kerumahnya. Entah kenapa rumah itu terasa cukup familiar untuk Ghirel, rasanya seperti sesuatu yang Ghirel rindukan. Di sana mereka tidak berdua saja, ada Mbok Bina asisten rumah tangga Afka yang sudah bekerja selama kurang lebih 18 tahun lamanya.

Pagi tadi, Ghirel juga numpang mandi di rumah Afka. Bahkan ia mengenakan parfum milik Afka, baunya benar-benar membuat Ghirel rindu Afka bahkan saat dia harus mengerjakan soal matematika.

"Ghirel, kamu melamun?" tegur guru pengawasnya.

Ghirel tersentak lalu mengangguk sambil tersenyum,"maaf bu."

"Kerjakan dengan teliti, jangan melamun nanti kamu kehabisan waktu," tegur guru pengawasnya lagi.

Ghirel sih sudah tidak peduli dengan soal-soal di depannya, toh pada akhirnya dia akan mengerjakan asal-asalan. Otaknya tidak mampu lagi mengerjakan soal-soal sulit tersebut. Jika saja ada Afka disini,pasti dia tidak akan kesusahan seperti ini. Ghirel tidak munafik,dia selama ini mengandalkan contekan dari kekasihnya.

Ulangan jam pertama telah selesai,Ghirel menghampiri Tzuwi di kelas sebelah untuk mengajaknya menuju kantin. "gila otak gue udah keriput kayaknya."

Tzuwi menatap Ghirel heran,"perasaan soalnya gak sesusah itu."

Astaga Ghirel lupa jika Tzuwi tidak ada bedanya dengan Afka. Mereka sama-sma berotak jenius,hanya Ghirel yang bodoh diantara mereka. Meskipun Siska tidak sepintar Tzuwi dan Afka,setidaknya dia jauh lebih pintar daripada Ghirel. Kedua orang tua Siska berharap besar kepada anaknya sehingga Siska diwajibkan mengikuti les setiap mata pelajaran pokok.

"Iya iya yang pinter,gue mah apa ngerjain gitu aja udah mabok!" kesal Ghirel.

"Idih,emang lo pernah ngerasain mabok?" tanya Tzuwi.

"Pernah,"

"Gak usah sok nakal ye lo, di suruh bolos aja lo ogah-ogahan gimana mau mabok!" kata Tzuwi. Memang di antara ketiganya,Ghirel yang paling penurut dan baik hati. Hatinya sangat gampang tersentuh terhadap sesuatu hal,misalnya kucing mengeong. Ghirel pernah memberikan jatah makan siangnya untuk 3 ekor kucing yang mengeong kepadanya. Padahal dirinya belum makan sejak pagi hari.

"Mau ke kelas Siska dulu?" tanya Ghirel. Ruang ujian mereka terbilang cukup jauh dengan ruang ujian Siska yang berada di pojok koridor kelas 10. Hal ini membuat mereka jarang bertemu dengan Siska.

"Gak usahlah,kelamaan elah. Gue udah kelaparan nih,kasihan anak-anak di perut gue," ujar Tzuwi sembari mengelus perutnya.

Ghirel menjitak kepala sahabatnya, "gue yang pacaran tapi lo yang hamil. gimana ceritanya?"

"Tiap hari liat oppa-oppa bikin rahim anget bund,"

Tak terasa,mereka telah sampai di kantin kelas XI. Kantin disekolah ini terbilang cukup banyak dan menyebar. Biasanya Ghirel akan menyantap seblak buatan Bang Mpik saat stress ulangan,tetapi mengingat Bang Mpik berada di area kantin kelas XII yang jaraknya lumayan jauh membuat Ghirel mau tidak mau membeli seblak di tempat lainnya.

Saat keduanya tengah asik menikmati seblak,seseorang datang mengacaukannya. Dia menyiram Ghirel menggunakan segelas air putih yang cukup dingin. Tzuwi yang melihat itu sontak berdiri dan menarik Ghirel menjauh.

"Lo gila Tal?" teriak Tzuwi.

Pelakunya sudah pasti Kristal Caramela. Gadis yang dikenal sangat terobsesi dengan Afka,dia selalu mengganggu siapapun yang Afka cintai tidak peduli apapun resikonya. Sialnya,dia tidak pernah di hukum atas perbuatan kejinya.

"Apa mau lo?" ketus Ghirel. Emosinya sudah berada diujung ubun-ubun,tetapi gadis itu tetap harus menahannya. Ghirel sudah tau bahwa ia akan kalah dari Kristal si anak Komite Sekolahan yang sangat dihormati oleh kepala sekolahnya yang sangat gila uang.

"Jauhin Afka," jawab Kristal dengan sinisnya. Tatapan matanya terlihat sangat membenci Ghirel.

"Kenapa? Lo ngerasa kalah saing sama gue yang disayang-sayang Afka?" sindir Ghirel.

Kristal memutar bola matanya malas,"kalah saing sama cewek culun kayak lo? Jangankan saingan,dari nama aja kita udah beda kasta. Marga gue Caramela!"

Ghirel menghela nafasnya kasar,"yaudah deh iya terserah lo aja!"

Ghirel sudah mencoba menghindari pertengkaran,tetapi sepertinya memang pertengkaran ini tidak bisa dihindari.

Kristal murka,dia menyiramkan kuah seblak milik Ghirel dan menjambak rambut Ghirel. Tzuwi yang melihat hal tersebut segera membela temannya,dia menjambak Kristal meskipun Tzuwi juga dijambak oleh kedua pengikut Kristal. Kericuhan itu tak terkendali,mereka saling mencakar,menjambak hingga menendang satu sama lain.

Hingga puncaknya,Kristal mendorong Ghirel sampai jatuh dari tangga kantin yang cukup tinggi. Hal itu membuat Ghirel tak sadarkan diri.