Chereads / Menikahi Putri Mafia / Chapter 42 - Tepergok

Chapter 42 - Tepergok

Rachel memperdalam ciumannya ketika tiba-tiba Antony melirik ke kanan dan melihat sosok Redita yang membalik tubuhnya berjalan pergi. Antony memegang kedua bahu Rachel, sedikit mendorongnya hingga terpaksa melepas ciumannya. Dia sontak menoleh ke arah Nona Mudanya dan memanggil wanita itu dengan suara lantang.

"Nona Redita!"

Sayangnya Redita tidak menengok sedikit pun. Dia terus berjalan pergi dari tempat itu. Rachel ikut memandang punggung Redita yang pergi dengan terburu-buru lalu mengalihpandangkan kembali ke arah Antony.

"Antony, mengapa kamu menolakku?" Manik biru Rachel menatap dalam wajah Antony yang terlihat gelisah setelah melihat Redita.

"Rachel, semua sudah berakhir, bukan? Kamu yang sudah mengakhirinya. Menulis surat itu dan mengakhiri semuanya. Kamu meregas pengharapan cinta dan masa depanku bersamamu. Lebih memilih pengusaha itu dibanding diriku yang seperti ini!" tukas Antony tegas. Dia tidak menjawab pertanyaan mantan kekasihnya itu.

"Hei, Aku melakukannya atas keinginan kedua orang tuaku dan kamu harus mengerti itu, An. Menulis surat itu pun terpaksa. Kamu harus tahu bagaimana orang itu sudah berlaku kasar padaku?" Rachel membuka mantelnya. Tidak lama kemudian bersiap membuka pakaiannya di hadapan Antony. Pria itu segera mencegah Rachel berbuat nekat. Entah apa yang ingin ditunjukkan olehnya.

"Apa yang kamu lakukan, Rachel?!" Mata Antony melotot memarahi Rachel. Dia langsung berkelebat mengedarkan pandangannya, terlihat serba salah. Untung saja saat itu suasana di depan toilet sedang sepi. Antony memungut mantel coklat Rachel dan memakaikannya kembali ke tubuh wanita itu.

"Dia melakukan kekerasan padaku, An. Aku tidak bisa menjalani kehidupan pernikahan ini lagi. Kamu harus membawaku pergi! Nanti malam ... ya, nanti malam. Kamu harus membawaku pergi. Aku akan menunggumu di tempat kita biasa berkencan," pungkas Rachel kemudian membalik badannya pergi meninggalkan Antony, tidak memberi kesempatan Antony untuk menjawab.

Langkah wanita itu terlihat anggun dari belakang. Gayanya terlihat seperti wanita bangsawan kaya raya. Sudah benar-benar berbeda dengan Rachel yang dulu. Rachel kekasih Antony yang sederhana, tapi sangat dicintai olehnya.

Antony bernapas panjang melihat sosok itu pergi. Entah bagaimana perasaannya saat ini karena saat ia merasakan sentuhan Rachel lagi, di situ pula kehangatan dan kenangan bersamanya muncul kembali. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia masih mencintai Rachel.

Antony beranjak dari tempat itu. Berjalan menuju meja makan keluarga Merlin. Mereka masih menikmati makan siang dengan sedikit canda tawa. Seketika matanya berkeliling mencari tempat duduk Rachel tapi tidak bisa ia temukan. Sosok itu terlihat sudah keluar dari restoran dengan pinggang yang tergamit erat tangan sang suami.

Antony menarik kursinya dan duduk kembali di sana. Redita terlihat salah tingkah melihatnya. Mengambil sendok untuk memakan spageti di depannya. Antony yang melihatnya sontak menganga heran lalu menahan tawa. Dia lalu meraih garpu dari dekatnya dan memberikannya kepada Redita.

"Ini pasangan spageti, bukan sendok itu, Nona," katanya dengan setengah senyuman.

"Astaga! Mengapa aku begitu bodoh!' keluhnya dengan suara keras hingga membuat kedua orang tua dan kakak-kakaknya menoleh heran ke arah wanita itu. Begitupun dengan ketiga mafia yang ada di dekatnya. Sama-sama menatap heran.

"Dita, ada apa, Sayang?" tanya Elena menatap bingung kepada Redita.

"Tidak, Ma. Tadi aku malah mengambil sendok untuk memakan spageti. Bodoh sekali," sahut Redita dengan cengiran yang memperlihatkan barisan giginya yang rapi.

"Tidak seharusnya kamu berteriak begitu, Dita. Seorang putri mafia harus terlihat anggun dan lembut di depan umum," tegur Merlin serius. "Sepertinya kamu harus membaca buku teori menjadi seorang putri mafia sekali lagi atau Ayah datangkan saja lagi guru tata krama keluarga mafia. Bagaimana?" lanjut Merlin.

Redita membelalak terkejut, begitu keberatan. Dua puluh tujuh tahun dia sudah menjadi putri seorang mafia dan masih belum lulus menjadi seorang putri sebenarnya tentunya sangat mengenaskan baginya. Apa lagi dia diancam Merlin yang akan mendatangkan guru tata krama keluarga mafia untuknya.

"Oh ayolah, Yah ... jangan kejam kepada diriku yang sudah menua ini. Masa sih harus mengulang pelajaran seperti itu. Itu pelajaran saat aku masih duduk di SMA. Ayah harus lihat aku, usia yang harusnya sebentar lagi menikah," timpal Redita.

"Haish! Mulai lagi deh ...." keluh Merlin pelan. Dia tidak merespon perkataan Redita melainkan malah meneruskan makan hidangannya. Merlin tidak suka jika Redita mulai mengaitkan dirinya dengan acara sakral itu. Redita tetaplah seorang balita baginya.

Judy dan Venda yang melihat perseteruan kecil Ayah dan anak bungsunya itu hanya tersenyum saling memandang kemudian menggeleng bersamaan.

"Ish Ayah .... Selalu tidak mau merespon keinginanku yang itu," keluh Redita dengan mulut mengerucut kesal.

"Ck .... Pikir-pikir lagi jika akan menikah. Kamu harus kenal siapa calonmu, bagaimana perangainya, asal-usul keluarganya, dan tentu saja pekerjaannya," nasihat Merlin kepada Redita. Suasana makan siang kembali serius dengan pembicaraan bertajuk pernikahan.

"Radit itu direktur Minestone Corporation, Yah " sahut Redita tidak mau kalah. Wajahnya menoleh manja kepada sang Kakak yang sedari tadi diam, hanya menyimak pembicaraan mereka. "Kak Judy, bantu aku meyakinkan Ayah. Hei, aku juga ingin menikah sepertimu," pinta Redita dengan wajah sedikit memelas.

Judy yang mendengar pernyataan itu sontak menoleh kepada Redita. "Kenalkan dulu pada Kakak," kata Judy seraya terkekeh.

"Ya, nanti aku kenalkan. Kakak juga pasti akan menyukainya. Dia pria yang baik," sahut Redita membalas kekehan Judy dengan seulas senyuman.

"Jika Antony belum mempunyai Rachel, tentu aku lebih setuju kamu bersanding dengannya, Dit," celetuk Judy membuat Merlin dan Elena sontak membelalak. Bisa-bisanya Judy melontarkan kalimat kontroversial di hadapan mereka.

Antony yang sedang meneguk orange juice-nya sambil mendengar perkataan Judy, sontak terbatuk, terperanjat kaget. Begitupun Redita, daging kecil yang berada pada spageti itu terasa salah masuk hingga ke saluran napas. Ia pun ikut terbatuk-batuk. Antony buru-buru memberikannya air putih kepada Redita. Mereka terlihat kompak terbatuk bersamaan.

"Pengecualian untuk Antony dan Redita, mereka tidak boleh berjodoh Jud, dan kamu tahu akan hal itu," sela Merlin. Dia juga menulis sebuah aturan jika antara bodyguard dan nona muda tidak boleh saling jatuh cinta. Mereka hanya boleh terlibat dalam hubungan profesional saja.

"Ya, Ayah. Aku hanya bercanda." Judy tersenyum melirik Antony yang tiba-tiba menundukkan kepalanya malu. Tidak berkomentar sama sekali.

Redita menoleh ke arah ketiga mafia lainnya kemudian beralih lagi kepada Judy dan berkata, "Kakak, sebaiknya kita akhiri pembicaraan ini. Kak Judy membuat Aron, Rudolf, dan Pedro tidak nyaman menikmati makan siangnya."

Judy kemudian terdiam tidak menjawab. Hanya menyunggingkan seulas senyuman lalu mengedikkan bahunya tidak acuh. Venda lalu berbisik ke telinga sang suami, "Sayang, kamu telah menghalangi usaha seseorang sebelum ia maju berperang. Kamu jahat."

Mata Judy membola tidak mengerti dengan perkataan yang terlontar dari mulut sang istri. "Apa maksudmu?"

"Lihat saja keduanya. Mungkin mereka telah jatuh cinta tanpa saling menyadari," sahutnya lagi dengan bisikan yang hampir tidak terdengar.