Chapter 44 - Anonim

=Author's POV=

Tahun lalu, saat putri bungsu pak Mada baru saja lulus dari sekolah menengah atas, dia telah mendapatkan masalah terkait pekerjannya bersama tim Elit negara. Dia pernah mendapat perintah meretas salah satu situs negara tetangga untuk mendapatkan data mereka yang akan digunakan oleh kepentingan negara, begitu kata pihak Elit padanya.

Di usianya yang masih muda, dia adalah perempuan yang sangat berbakat dan telah mampu melakukan tugasnya itu dengan baik tanpa ada halangan apapun di awal. Tentu saja, setelahnya jejak digital Laya mulai terendus oleh tim keamanan data negara tetangga yang membuatnya harus bersembunyi dan menutup diri dari manapun.

Pihak Elit negara sempat tutup mata akan kasus itu padahal semua yang dilakukan oleh Laya adalah untuk kepentingan mereka.

Setelah Laya ditetapkan sebagai penyusup dan benar-benar diburu oleh tim negara tetangga, salah satu tim ELit yang selanjutnya disebut Laya sebagai anonym memberinya perlindungan hingga semuanya kembali normal.

Entah dia orang yang sama atau berbeda, anonym yang dikenal oleh Laya kini sangat berbeda dengan anonym yang dulu.

Sebelumnya, dia selalu membantu dan membuat Laya merasa sangat dibutuhkan untuk pengamanan negara. Mereka selalu berterimakasih setiap ada unggahan data baru yang dilakukan oleh Laya, karena data dari Laya benar-benar sangat dibutuhkan.

Gadis itu menyandarkan tubuhnya pada kursi, rambut panjangnya tak lagi diikat dan bergeraian menutupi sebagian wajahnya yang tampak sangat kusut karena terlalu banyak berfikir.

Dia sedang menghubungi pihak Gedung Kuning untuk meminta bantuan mengenai jaringan. Dia ingin, jaringan pada perangkat si pencuri kembali diaktifkan hingga dia dapat menarik kembali data yang telah dicuri dan mengunci perangkat itu agar tidak lagi dapat masuk pada system.

Sangat lama, dia tak kunjung mendapat balasan. Koneksi internet pada perangkatnya bahkan sempat mati untuk beberapa saat. Hal itu membuatnya semakin frustasi atas apa yang terjadi padanya.

Dia sedang memikirkan kemungkinan yang terjadi jika dia gagal menarik data dari si pencuri dan bahkan membiarkannya membawa semua data rahasia milik Gedung Kuning.

Kemungkinan pertama, yaitu dia akan diseret ke Gedung Kuning oleh para elit untuk dijadikan tahanan dan mendapatkan hukuman yang sangat berat.

Kemungkinan kedua, yaitu dia dan semua keluarganya akan menjadi tahanan dan mendapat hukuman berat, atau bahkan akan di eksekusi mati. Arghh! Laya mehela napas kasar.

Diikat, diperlakukan dengan sangat kasar, diberi makan seperti layaknya hewan peliharaan, tidak dihargai sebagai manusia, rumah beserta isinya akan dibakar dan diratakan dengan tanah lalu perkebunan akan diambil alih oleh pihak elit. Itulah bayangan yang terlintas di kepala Laya saat dia kembali membuka riwayat daftar hukuman yang diberikan oleh pihak Gedung Kuning kepada pelaku kesalahan fatal seperti dirinya kini.

Dibukanya foto demi foto, dokumen demi dokumen yang berisi dokumentasi penangkapan dan penahanan warga bermasalah juga ritual rutin yang dilakukan pihak Gedung Kuning. Iya benar, rumor yang selama ini beredar di kalangan masyarakat luas itu memang benar. Pihak elit memang melakukan ritual.

Ting!

Sebuah pesan yang sangat panjang masuk ketika komputernya mendapatkan kembali jaringan internet.

"Anonym yang kamu maksud tidak terdaftar dalam pengguna jaringan negara. Alamat internet yang kamu kirimkan juga tidak pernah terdeteksi dalam system, Presiden juga tidak menggunakan alamat itu sejak awal pengaturan. Kurasa kamu sedang tidak focus, Laya."

Laya terpaku, pikirannya berputar dengan kebingungan. "Apakah itu artinya aku aman?" gumamnya.

Ting!

"Data-data negara yang kamu laporkan juga tidak ada dalam system, tetapi sudah diperiksa kalau itu pernah tersimpan dan masih ada pada penyimpanan cadangan. Ini seperti data yang sengaja dihapus karena sesuatu dengan tujuan tertentu. Apa kamu yakin itu bukan kamu? Karena hanya kamulah yang memiliki akses masuk ke system data."

Hahh? Laya tersentak. Dia kembali membaca pesan pertama yang masuk, "Anonym yang kamu maksud tidak terdaftar dalam pengguna jaringan negara." Kalimat itu membuatnya mengernyitkan dahi.

Ting!

"Riwayat alamat internet dan akunmu menyatakan kalau kamu telah menghapusnya dari system dan mencoba untuk menghilangkannya dari penyimpanan sementara tetapi gagal karena koneksi intermu mati saat proses menghapus. Ada banyak data yang berhasil hilang dan itu bukan unggahanmu, tetapi unggahan pak Presiden. Apa alasanmu melakukan ini? Apa kamu sudah bosan hidup?"

Laya masih belum merespon pesan panjang dari tim yang mengurus system di Gedung Kuning yang dipanggilnya Kaha.

Laya segera mengirimkan kembali hasil penelusurannya mengenai alamat internet pencuri datanya. Dia juga mengirimkan bukti dia saling berkirim pesan dengan Anonim yang selama ini menjadi rekan juga pembimbingnya dalam menjalankan tugas.

Kaha menanggapinya dengan baik, dia hanya meminta kepada Laya untuk segera membereskan masalah ini.

"Tidak begitu bermasalah jika si pencuri yang kamu maksud itu hanya mengambil data untuk sekedar pengetahuan pribadinya, tidak bertujuan untuk memberontak. Tetapi itu sangat tidak mungkin, mana ada orang yang akan diam saja setelah dia mengetahui rahasia besar negara. Selesaikan sebelum gerhana bulan!"

Percakapan berakhir.

Laya mehela napas kasar. Dia semakin bingung dengan situasinya. Dia bahkan tidak dapat terhubung dengan perangkat si pencuri data karena koneksi internet pencuri itu telah diputus oleh anonym.

Laya sekarang memetakan perkiraan lokasi si pencuri data berdasarkan riwayat lokasi perangkatnya. Sangat dekat, dia bahkan mencurogai Ami yang seringkali masuk ke kamarnya untuk mengecek apakah dirinya sudah merapikan kamar atau belum.

"Bukan," ujar Laya. "Perkebunan, apakah dia hanya berkeliling pada perkebunan selama hidupnya? Ah ini, dia pergi ke Timur beberapa kali tetapi setelahnya kembali ke kebun. Argh! Dia benar-benar menyebalkan. Sengaja sekali lokasinya tidak diatur dengan detail!"

Laya kembali bersandar pada kursinya, dia mengingat siapa kiranya orang yang banyak melakukan kegiatan di perkebunan dengan sesekali ke daerah Timur. Berdasarkan data yang ia miliki, perangkat pencuri itu cukup canggih hingga tidak mungkin dimiliki oleh orang yang sembarangan.

Diceknya riwayat lokasi terakhir pencuri itu, 'Tidak Diketahui' tetapi titiknya menunjukkan daerah dekat Timur.

Ah! Tiba-tiba saja Laya teringat pada sosok pria ketua Pasukan Hijau yang ditemuinya saat mengunjungi orang tuanya di kebun siang tadi.

Dia bukan pria sembarangan, selalu berada di perkebunan juga sering ke daerah Timur karena memang disanalah pria itu berasal.

Laya juga mengingat kalau pria itu nampak sedang tidak baik karena hidungnya mengeluarkan darah dan matanya tidak setajam biasanya. Segera dia membuka data yang pernah dikirim oleh Kaha padanya megenai ketua Pasukan Hijau yang mengatakan kalau pria berbadan besar itu dulunya adalah pemberontak elit negara yang kini telah menjadi abdi negara terbaik dengan pangkat dan kekuasaanya.

"Apa kepentingannya mencuri data-data itu? Apakah dia masih menjadi pemberontak yang berkedok pembela negara?"

***