" Gia tunggu aku lulus ya dan aku akan melamarmu "
Kata-kata itu mengalun lembut di telingaku . kedua mataku membulat menatap dua bola mata yang ada di hadapanku , mata itu seakan menunggu jawaban atas pertanyaan yang baru saja terlontarkan .
Seakan ada badai es di dalam mulutku , lidahku seketika beku dan susah untuk di gerakkan . Seluruh tubuhku bagai mati rasa terkejut tak dapat bergerak . Sebagai pusat pengendali , otakku berusaha keras memberi tanggapan atas apa yang sedang terjadi , mencari serta menyusun rencana sabagai tanggapan .
Entah terlalu lama menunggu atau bagaimana tanpa ada kata Rama mencium telapak tanganku . Aku masih tidak menggerti dengan apa yang terjadi pada manusia es ini . orang paling kaku melakukan hal seperti ini padaku rasanya masih tidak dapat di percaya bahkan meminta untuk menunggu dirinya .
TEKK ...
"Ahh.. rusak nih saklar listriknya " kataku
"Dari kapan rusaknya , kok gak dibenerin ?"
"Udah 2 hari yang lalu suka tiba-tiba mati gitu gak tau apanya yang rusak tapi biasanya aku tunggu beberapa menit terus baru keluar nyalain lagi"
"Tapi dinyalain bisa nyala kan ? "
"Bisa "
"Oke coba aku cek , kamu ada senter gak ?"
"Ada senter hp , tapi kamu emang tau tentang listrik ?"
"Tau dong , namanya laki-laki harus tau biar bisa berbenah rumah nantinya"
"Hehe ya udah , ayo kedepan coba kamu benerin kalo bisa "
"Siap bu bos "
Listrik di rumahku memang beberapa hari sempat mengalami konslet sering padam tiba-tiba . Aku sama sekali tidak mengetahui tentang listrik dan aku pikir itu hanya kerusakan biasa yang tidak berkelanjutan . Rama mulai memperlihatkan ke ahliannya . Dia meminta beberapa alat seperti taspen untuk mendeksi aliran listrik yang ada .
"Gimana ram tau gak apa yang rusak ?"
"Kamu ada taspen gak ?"
"Apa itu taspen ram ?"
"Itu yang kayak obeng buat mendeteksi ada aliran listrik gak "
"Oh yang kayak gitu , enggak ada kamu tau sendiri kan aku disini sendiri terus gak ada laki-laki di rumah jadi enggak ada alat-alat yang kayak gitu "
"Hmmm terus ini gak bisa di perbaiki kalau gitu , kamu tunggu sampai besok pagi dulu ya nanti pinjem tetangga kalau enggak panggil orang yang bisa memperbaiki listrik soalnya kalau di paksa nyalain lagi nanti bisa makin parah terus konslet lebih bahaya "
"Oh gitu ya ram "
"Iya , kamu ada lilin atau penerangan lain di rumah gia ?"
"Ada kok beberapa lilin "
"Ya udah ayuk masuk , udah malem gia"
"Iya ram "
***
Beberapa lilin telah kunyalakan untuk menerangi beberapa bagian di rumah seperti ruang tengah , ruang tamu dan bagian dapur . Meski cahayanya tak begitu terang tetapi cukup untuk menerangi setiap ruangnya . Rama duduk terdiam di ruang tengah . Matanya tertuju pada sesuatu yang berada di tangannya . Ditengah-tengah redupnya cahaya dia hanya sesekali mengalihkan pandangannya dan kembali lagi menatap benda di tangannya .
Benda itu tidak terlalu besar . Keterbatasan cahaya membuat diriku tak dapat melihat benda apa yang berada di tangannya . Jarak antara dapur tempatku berdiri dengan kursi di ruang tengah memang tak terlalu jauh tapi sekali lagi tanpa adanya cahaya yang cukup mataku tak dapat berakselerasi penuh untuk melihat dengan jelas benda tersebut.
Segera aku berjalan menuju tempatnya duduk . Dengan perlahan ku langkahkan kaki . Rama menyadari kedatanganku . Dia mulai berdiri dari tempat tersebut . Menaruh kembali benda yang dia pegang kedalam saku celananya .
"Giaa ada yang mau aku kasih buat kamu "
"Iya ?" Mataku terbuka lebar dan langku terhenti sejenak .
"Tapi coba kamu balik badan dulu ". Tangan Rama mulai mendekat ke arah leherku . Sebuah kalung Ia sematkan pada leherku . Kalung itu berliontinkan sebuah cincin berlian .
"Pas banget ternyata , suka enggak sama kalungnya ". kata laki-laki itu .
"Iya bagus tapi kok liontinnya cincin ?"
"Emm itu ...maksudku sebelum aku resmi melamar kamu , lewat kalung ini aku buktikan kalo aku serius . Cincin itu adalah cincin untuk melamar kamu nantinya tapi untuk sekarang karena aku masih harus menyelesaikan pendidikan makanya cincin itu belum bisa aku sematkan di jari manis kamu . Kalau kamu mau nolak kamu bisa lepas kalung itu gia "
" maaf ram tapi aku gak bisa ...."
"Iya enggak apa-apa kok "
"Maksud aku maaf Ram aku enggak bisa lepas kalung ini , aku mau menunggumu dan menemanimu hingga nanti "
"Beneran ?? ... makasih gia ,makasih banget sayang" .
Rama langsung memelukku dengan erat . Matanya sedikit bekaca-kaca . Raut bahagia terlihat di wajahnya . Pelukkannya semakin erat hingga membuatku susah untuk bernafas ."Ram tolong dong , jangan lama-lama aku susah nafasnya ". Pintaku sembari merintih
"Hehe maaf maaf aku terlalu seneng tadi "
***
Waktu telah menunjukkan pukul 00.30 . Beberapa insiden yang kami alami membuat aku dan rama lupa akan jam yang sudah terlalu malam . Kami berdua duduk di sofa ruang tengah bercerita tentang hidup kami masing-masing . Bagaimana cara Rama bisa masuk ke AAL serta bagaimana caraku berjuang dalam SNMPTN hingga dapat masuk di fakultas ke dokteran di Universitas Airlangga .
Perbincangan kami cenderung lebih canggung dari pada sebelumnya . Entah apa yang terjadi. seperti tidak dapat dibayangkan aku baru saja menerima lamaran seorang laki-laki . Di usiaku yang terbilang cukup muda ini hal yang tak dapat ku bayangkan. Terkesan sedikit terburu-buru tetapi aku hanya merasa yakin pada laki-laki ini. Tak ada alasan yang spesial hanya saja dia mampu membuatku menjatuhkan hati sedalam-dalamnya pada dirinya. Aku tak tau apa , yang pasti sikapnya . dia mampu membuatku penasaran dengan hal-hal yang dilakukannya. Tetapi dibalik semua sikapnya, dia mampu menahan dirinya untuk menjagaku. Hal ini berbanding terbalik dengan Dito yang mampu memberiku segalanya . Dito yang mampu lolos dari semua kriteria yang kuharapkan. Dito laki-laki yang baik dan aku akui itu . tetapi Dito sedikit tak bisa menahan dirinya untuk tak menyentuhku . pada saat aku pindah ke Surabaya aku sadar bahwa selama ini aku belum benar-benar menjatuhkan hatiku pada Dito . Dito memanjakanku saat aku bersamanya . tetapi dirinya tak pernah selalu ada pendampingku . Dito hanya memberiku berbagai hadiah untuk menunjukkan rasa sayangnya . Dito hanya terfokus pada kariernya . dia berfikir bahwa semua yang dia berikan telah membuatku cukup bahagia tapi kenyataannya tidak . aku hanya merindunya sendirian tanpa tau kapan kita akan bertemu. Aku menggangap bahwa apa yang terjadi saat ini juga merupakan takdir untukku , Dito maupun Rama , Aku tak pernah menolak kebetulan-kebetulan yang telah di garis kan oleh takdir termasuk bagaimana aku di pertemukan dengan Rama dengan cara yang unik .
Saat pertama kali bertemu memang sedikit kurang menyenangkan bagiku . Cuek , jutek , dingin bagaikan es benar-benar manusia es yang membuatku setengah gila menghadapinya . Tapi dibalik itu semua setelah es itu mencair kepribadiannya sungguh hangat dan menyenangkan walaupun sedikit merasa aneh saat sisi itu terlihat dari dirinya.
***
Lilin di meja ruang tengah mulai sedikit meredup kehilangan cahayanya . Api yang membakar sumbunya hampir menyentuh tempat lilin di bawahnya . Malam semakin larut dan sepi ."Aku mau pamit dulu ya gia udah malem banget ini ". Kata laki-laki yang duduk di sebelahku itu .
"Kamu yakin mau pulang jam segini ram ?"
"Mau gimana lagi "
"Gini aja aku gak tega biarin kamu pulang jam segini , ini surabaya ram rawan mending kamu nginep disini aja ya nemenin aku ?"
"Tapi aku enggak bawa baju ganti gia , aku gak mungkin tidur pake seragam kan ? "
"Tenang aku ada piayama kok yang besar kebetulan kemarin aku order piyama gitu di online shop eh waktu sampai ternyata piayamnya besar banget ram hehe "
"Oke deh kalau kamu maksa , mana piayamanya ?"
Aku bergegas mencari piayama tersebut di lemari kamarku . Piayama berwana pink tersebut sangat besar ukurannya padahal saat aku memesan ukurannya L tetapi saat datang ukurannya XL . Aku rasa itu piayama tersebut muat di tubuh rama yang lebih besar dariku .
"Gilaa masa aku pake kayak gini gia , yang bener aja pake celana pendek kayak gini !"
"Gimana gak mau pake ya tidur pake seragam lah "
"Iya iya aku pake nih "
"Hehe... bagus pilihan yang tepat "
***
Ting tong ... ting tong ..... ting .. tong
Suara bel rumah berbunyi beberapa kali . Aku mencoba membuka mata perlahan melirik jam di atas televisi. Cahaya pagi mulai masuk dari celah-celah jendela dapur . Cahaya pagi itu mulai membuat mataku silau . Ku gerakan badanku mengadap ke bawah sofa terlihat disana Rama Kencana masih tidur terlelap mengenakan piayama pink dengan celana pendek .
Bunyi bel masih terus berbunyi tetapi rasa malasku terlalu besar . Mataku masih sangat mengantuk dan badanku masih terlalu lelah untuk membuka pintu .Semalem setelah beberapa insiden serta beberapa obrolan membuat kami tertidur di ruang tengah . Rama membiarkan ku tidur diatas sofa sedangkan dirinya tidur di karpet bawah sofa tersebut . Rama tidak menyentuhku terlalu jauh hanya saja memang saat itu dia lepas kendali menciumku . Ku tau karena saat setelah memberikan kalung dia meminta maaf atas beberapa kejadian yang kurang mengenakan karena dirinya tak dapat mengontrol diri.
Ting tong ... ting tong ...
Untuk kesekian kalinya bel itu berbunyi . Rama yang merasa terganggu langsung bangkit tanpa berpikir panjang. Dia lupa bahwa pakaiannya sangat menggelikan serta dia berada di rumah perempuan bukan di rumahnya.Rama berjalan sedikit cepat . Sampai mengucek matanya . Kurasa kesadarannya belum penuh dia membuka pintu sembari berteriak "sabar masih pagi ini"
"Loh kok luh bisa disini ram ?" .Terdengar suara laki-laki yang tak asing di telinga .
"Ini kan rumahku"
"Sejak kapan rumah Gia jadi rumahmu Ram , terus baju apa tuh yang lu pake hahaha... pink gitu warnanya "
"Eh... " . Kesadaran Rama sepertinya sudah penuh dirinya sadar kalau ada yang salah . Segeralah dia membuka matanya lebar-lebar melihat tamu yang berada di depannya.Aku yang merasa tak asing mendengar suara tamu tersebut langsung bangkit dari sofa . Bergegas menghampiri Rama dan tamu tersebut .
Terlihat dari kejauhan laki-laki berparas tinggi nan tampan . Mengenakan seragam yang tak asing . Tak lupa topi pad di kepala dan tas jinjing bertuliskan Akademi Kepolisian ."Eh ... kak Rey , masuk kak Rey " . Sapa ku pada tamu tersebut .
" Gia.. kamu harus jelasin ya ada apa ini , sampai rama setengah sadar juga ada disini haha"
"Iya iya aku jelasin nanti ayo masuk dulu kak Rey , ayo Ram "
***
Rama bergegas menuju kamar mandi . Sedangkan aku membuatkan minum dan menemani Rey di ruang tengah . Aku menjelaskan bagaimana rama bisa terbangun di rumahku , mengenakan pakaianku . Ada beberapa hal yang tak kuceritakan pada Rey seperti lamaran serta kalung yang aku kenakan . Aku hanya menceritakan beberapa insiden seperti listrik yang konslet .
"Nanti kita panggilin orang buat benerin listrik ya Gia "
"Iya kak Rey , oh ya ngomong-ngomong kenapa kak Rey ke Surabaya ?"
"Hehe itu kebetulan papamu minta aku buat ngunjungin kamu gitu "
"Oh gitu , kenapa enggak mereka aja yang dateng lihat aku sendiri "
"Mungkin mereka sibuk , sudah jangan cemberut gitu nanti cantiknya ilang loh "
"Hmmm"
Seperti biasanya Rey memang sangat ramah . Dia menganggapku seperti adiknya sendiri . Dia sering sekali mengelus kepalaku . Begitu pula hari ini dia melihatku memasang muka yang masang , tangannya langsung mengacak lembut dan mengelus rambutku .Sementara itu rama keluar dari kamar mandi . Dia telah berganti seragam kebanggaannya . Dia melihat kami berdua sedang bercengkrama . Dari kejauhan wajahnya sedikit tak suka melihat tingkah Rey terhadapku . "Ehemmm ..." seperti sebuah teguran sembari menghampiri kami berdua . Rey yang tengah asik mengelus kepalaku pun segera menurunkan tangannya . Aku dan Rey langsung menoleh ke arah datangnya suara tersebut. Kami berdua memperhatikan rama yang berjalan ke arah sofa . Tanpa pikir panjang dirinya segera duduk di antara aku dan Rey.
"Hey bro lu kenapa Ram ?" . Tanya Rey keheranan
"Gak tau nih kak Rey ,Rama aneh" .Sahutku
"Kan aku mau duduk". Jawab Rama ketus .
Aku memperhatikan Rama secara seksama . Ada yang sedikit berbeda dari dirinya . Entah apa tapi ada yang salah . Aku kembali melihatnya dari ujung rambut hingga ujung kakinya tapi tidak ada yang janggal tetapi ada rasa aneh yang menghampiriku .
"Eh Ram gak usah sok jagoan benerin listrik ..bilang aja modus mau nginep iya kan hayoo " . Goda Rey yang tenggah asik memakan kue kering di atas meja .
"Enggak" . Rama menjawab datar
Sekali lagi aku lihat rama . Ku perhatikan perlahan-lahan setiap detil penampilannya . Tak ada kurangnya . Rapi , wangi seperti biasanya tapi ada yang aneh .
" Ram gimana nanti lattek ?". Tanya Rey pada Rama
"Gak gimana-gimana"
Lattek merupakan latihan untuk taruna akademi angkatan laut yang bertujuan untuk menguji ketangguhan mereka di laut dengan mengelilingi samudra .
"Berapa lama nanti latteknya Ram"
"Gak tau " . Jawaban yang datar bertubi-tubi rama berikan
Sepertinya aku mulai sadar apa yang salah dari rama . Beberapa kali jawaban yang dia berikan telah mengisyaratkan sesuatu. Tak tau mengapa dia melakukan hal tersebut tetapi yang aku tau dia kembali menjadi RAMA SI MANUSIA ES , dingin , datar , cuek . kedatangan rey membuat rama seketika berubah menjadi tidak seperti rama semalam . Sedikit dibuat bingung olehnya , tapi aku mencoba tetap berpikir jernih .
"Kalian mau teh ?" Tanyaku untuk mencairkan suasana
"Mau.." jawab Rama dan Rey bersamaan .
Segera ku langkahkan kakiku ke dapur . Meninggalkan dua pria berseragam yang berbeda tersebut. Satu orang dengan sikapnya yang selalu seperti kakak dan satu orang manusia es yang dapat berubah-ubah kapanpun .
"Ram jangan main-main sama gia , awas aja luh rusak segelnya " . Bisik Rey dengan nada ketus
"Emang apa urusannya"
"Aku jaga dia baik-baik dari dulu dan gak pernah ku sentuh dia , dan aku tau kamu bukan orang bego Ram ... kamu tau maksudku kan , kalau aku memang sebenernya suka sama Gia"
"Terus kenapa ?"
"Aku tau semalam kamu kesini bukan karena listrik rumah gia yang konslet kan ... pasti ada tujuan lain "
"Hmmm "
"Aku kasih tau ya Ram jangan ...". belum selesai Rey menyelesaikan kalimatnya pada Rama . Aku datang membawa 3 cangkir teh hangat beserta beberapa makanan ringan "Ini tehnya "
"Makasih gia " . Sahut Rey mengalihkan pembicaraan
Rama hanya terdiam memasang wajah khasnya . Manusia es yang dingin terlihat tegas dan sangar . Dirinya hanya menatap lurus ke arah televisi tanpa menghiraukan teh yang sudah ku suguhkan di meja. Heran itulah yang terlintas dipikiranku. Seorang manusia es yang mencair. sekarang membeku lagi tanpa penyebab . Kali ini aku berhasil dibuatnya bingung .
"Adekku sayang Gia , besok temenin aku ya jalan-jalan keliling Surabaya , gimana ? " . Pinta Rey padaku
"Iya kak boleh kok, Ram mau ikut ?"
"Kayaknya Rama besok sibuk deh Gia , besok kita jalan berdua aja " . Sela Rey .
"Bisa , aku ikut " . Jawab Rama ketus
"Hehe okeoke kita jalan bertiga ya kak rey " .
"Iya " . Wajah masam seketika terpasang di wajah laki-laki berseragam Akademi kepolisian itu .
"Iya udah aku pamit balik duluan , gia". ucap Rama
"Aku juga mau cek in hotel dulu gia " . Tambah Rey
***
Rey menghempaskan badanya di kasur hotel , matanya menatap langit-langit berwarna putih itu . Laki-laki itu menghempaskan nafas sekuat-kuatnya . Dia sadar kini dia harus bersaing dengan temanya sendiri . Tak pernah terlintas dibenaknya anak kecil yang selalu memanggilnya kakak bersama orang lain . Rey sadar bahwa dirinya menyayangi Gia bukan hanya sebatas kakak . Laki-laki yang sangat dekat dengan gia itu terlambat menyadarinya . Kejadian yang dia lihat saat di rumah sakit membuat dirinya sadar . Memperjelas rasa yang ada untuk gia .
Saat rama membawa Gia ke rumah sakit akibat alergi udangnya kambuh. Rey merasa sedikit kesal , pada Rama yang menggemgam tangan Gia kala itu. Gia yang terbaring lemas di tempat tidur , dengan satu tangan yang masih di genggam erat Rama . Membuat Rey yang baru saja memasuki pintu ruangan tersebut sedikit kesal . Setelah saat itu dirinya mulai bertanya-tanya apakah dia menyanyangi Gia sebagai seorang adik atau sebagai seorang wanita .
Pertemuannya dengan Gia membuat seorang Rey yang tangguh menjadi sosok yang terkadang hilang konsentrasi . Apalagi saat mengetahui bahwa Gia pindah ke Surabaya . Ada sedikit rasa cemas , gelisah serta berpikir ulang salah atau benarkah dirinya menitipkan Gia kepada Rama. Hari-hari Rey dipenuhi dengan pikiran yang bertanya-tanya
"BAGAIMANA KEADAAN GIA DISANA YA ? APAKAH AMAN DISANA ? APAKAH RAMA MENJAGANYA ATAU TIDAK?
Banyak pikiran tentang Gia yang membuatnya tak tenang . Sejak saat itulah Rey mulai sadar bahwa dirinya bukan menyayangi gia sebagai adik melainkan sebagai wanita . Dia sadar dia tak ingin Gia terluka , menangis bahkan disentuh lelaki lain . Rey mengenal gia sudah sangat lama . Dia tau bagaimana seorang Gia tumbuh . Anak kecil yang memanggilnya kakak itu kini sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik . Waktu sangat cepat berlalu tetapi Rey baru dapat menyadarinya saat ini .
Taruna akademi kepolisian itu sudah merencanakan untuk mengunjungi gia . Dia telah memesan kamar hotel yang letaknya tak jauh dari komplek perumahan gia . Bahkan dirinya sengaja tidak memberitahu gia tentang kebrangkatannya ke Surabaya. Rey ingin memberi kejutan pada Gia ,Namun kejutan itu justru malah berbalik kepada Rey. Dia datang pagi-pagi sekali berharap gia masih ada di rumah . Membuka pintu , berteriak kegirangan karena melihatnya . Dengan percaya diri dia membunyikan bel rumah . Bukan seorang gadis cantik yang membuka pintu . Tetapi justru lelaki gagah memakai piayama pink dengan mata sedikit mengantuk . Rasa heran , terkejut juga marah saat itu rey rasakan . Walaupun begitu tapi rey mencoba untuk dapat mengontrolnya . Sehingga bukan kata makian yang terlontar hanya candaan pada rekannya itu . Semua dia lakukan demi gia . Rey tak ingin membuat suasana gaduh di rumah Gia terlebih di depan wanita itu.