Aku tak memberikan kesempatan bagi Rama dalam menjawab apapun saat itu langsung kututup telfonnya, entah apa yang ada dalam pikiranku tetapi rasanya aku ingin pergi ke tempat lain saat ini , mengilang dari semua masalah yang ada . Kalut itu yang aku rasakan saat ini . Isak tangisku kembali memenuhi ruangan. Dengan gemetar ketakutan aku mencoba menahan tangin tapi tetap saja air mata membasahi pipi ini . Aku tak tau dengan jelas siapa pengirim paket. Hanya saja aku berpikir jika paket tersebut berasal dari Arlindita Prameswari. Dengan kondisiku yang sedang dalam ketakutan menimbulkan otakku tak dapat berpikir jenih . Sebelumnya aku sudah menerima 4 paket yang berisikan makian , ancaman , pecahan kaca , noda darah dan sebagainya . Menurutku itu bukan sebuah teror yang menakutkan . Tetapi paket kelima ini sungguh terlewat batas. Bagaimana seorang bisa seorang tega menyiksa seekor kelinci lucu seperti itu ? . Tak habis pikir rasanya . Kelinci tersebut diubah sehingga tampak menyeramkan . Ada bekas tikaman dibeberapa titik tubuh kelinci itu . Yang pertama dibagian perutnya sepertinya orang tersebut menusuk dari bagian tengah lalu menggerakkan pisau tersebut keatas dan kebawah .Hal tersebut terlihat dari bekas luka tikamnya yang berantakan dan berpusat di bagian tengah perut . Seluruh organ dalam kelinci tersebut sepeti sengaja ditarik keluar menggunakan benda tajam . Sehingga ada beberapa organ dalamnya seperti tersayat. Dibagian kepalanya seperti ter-iris . Orang tersebut memotong dari atas bibir hingga tekuk belakang kepala dari kelinci tesebut . Orang ini sengaja tidak memotongnya menjadi 2 bagian . Karena terlihat dirinya hanya bertujuan untuk mengeluarkan salah satu mata kelinci tersebut. Perlakuan yang diluar akal manusia normal pada umumnya.
***
"Maksudmu loe apa ?!" .Teriak Rey . Rey nampak marah , tatapan matanya penuh tuntuntan pada Arlindita . Rey terus mendesak perempuan itu memberi penjelasan . "Ar , Gia salah apa sama loe ! gila loe teror dia sampai kayak gitu !".
Perempuan itu masih mengunci mulutnya dengan rapat . Rey semakin hilang kontrol atas amarahnya . "Ar , gua polisi loe lupa ?! gua bakal urus masalah ini lewat jalur hukum sekarang !". Rey hendak pergi keluar dari rumah Arlindita . "Rey , loe gak tau rasanya jadi gua !" . Teriak Arlindita .
Rey menghempaskan nafas kuat , membalikkan badan . "Ar , sejak kapan gua enggak ngerti loe ! loe ngekhianatin sahabat gua bahkan sampai hamil sama si Adi , apa gua sama Rama ngejauhin loe ?"
Arlindita menjerit , menangis dan menatap Rey yang berada diambang pintu . "Asal loe tau ! Gia udah ngerebut Dito dari gua , Gia udah rebut temen-temen gua yaitu loe dan Rama !" .
Rey memejamkan mata , menghempaskan nafas kuat . "Maksud loe apa ,Ar ?" . Rey berusaha mengontrol amarahnya. Rey paham bahwa dirinya tak ingin membuat keributan dirumah Arlindita . Laki-laki itu tak ingin mengganggu tetangga disekitar rumah . Rey paham betul , apabila amarahnya meledak akan terdengar hingga luar rumah karena kebetulan rumah Arlindita sepi , kedua orang tua Arlindita sedang berada di luar kota .
Sekali lagi Arlindita mengangis kemudian tertawa dan berkata . "Sekarang loe juga belain , cewek murahan itu ! Gia, pake pelet apa dia bisa bikin kamu kayak gini , Rey ?".
Rey berjalan cepat menghampiri Arlindita yang tengah duduk dikursi . Dia melemparkan tas punggungnya ke samping Arlindita dan nyaris mengenai wajah sebelah kiri Arlindita . Rey berdiri tepat didepan Arlindita , kedua tangannya memegang erat tangan kursi dan menatap Arlindita dengan tajam . "Jaga kata-kata loe ! gua masih cukup sabar ngadepin loe bahkan saat loe bikin teror ke temen perempuan gua waktu di AKPOL tapi ini udah kelewat batas , sekali lagi loe buat masalah dan buat gua harus ke Jakarta kayak gini , gua bakal masukin loe ke penjara , Ar ! loe harus inget itu !" . Rey segera mengambil tasnya kembali dan bergegas pergi dari rumah Arlindita.
"Gia hebat , bisa buat Dito bahkan Rama bertekuk lutut dan sekarang loe ! Dukunnya pasti mahal !" Teriak Arlindita .
Rey yang hendak masuk ke dalam mobil menghentikan langkahnya dan berbalik badan menghadap Arlindita yang kini berada diteras rumahnya . "Loe memang udah gila , Ar ! Gia itu perempuan baik dan dewasa walaupun umurnya lebih muda ! mending loe balik aja ke pacitan ketempat kakek nenek dan renungim baik-baik sikap loe selama ini ke orang lain ! Ar .... Dah , Gua pamit " . Rey masuk ke dalam mobil .
"Pak , lanjut ke Semarang ya " . Ucap Rey pada sopir keluarganya itu
"Mas , enggak pulang ke rumah dulu ?" .
"Enggak pak , saya enggak punya banyak waktu karena saya harus balik lagi ke Lampung besok malem" .
"Baik , mas"
"Mama sama papa udah ke Semarang , pak ?"
"Kalau Ibu udah dari kemarin mas , kalau Bapak mungkin besok mas "
"ohhh gitu"
Sebelumnya adik Gia , Nety menceritakan pada Rey tentang semua kejadian teror serta mayat kelinci yang diterima kakaknya. Nety khawatir karena kakaknya mengurung diri dan tak mau menyantap makanan apapun . Nety juga bercerita pada Rama sebelumnya hanya saja Rama tidak dapat segera datang ke Semarang akibat tugas negara yang tengah diamanahkan pada dirinya.
Rey yang mendengar hal tersebut langsung mengambil tindakan . Sabtu pagi , kebetulan dirinya libur dan segera menuju rumah Arlindita di Jakarta . Rey tau bahwa Arlindita tak akan mudah mundur makanya dirinya berniat menemuinya , membicarakan masalah yang ada.
Rey mengatur agar sesampainya di Jakarta, sopir keluarganya sudah sampai dibandara agar dia dapat langsung menuju rumah Arlindita.
Laki-laki itu berusaha sebaik mungkin agar dapat menyelesaikan masalah ini , namun jawaban dari Arlindita menyulut amarahnya saat percakapan mereka berlangsung di rumah Arlindita .
Rey merasa sangat lelah , dia mencoba memejamkan matanya tetapi sepanjang perjalan dari Jakarta ke Semarang pikiran Rey terus memikirkan Gya dan sesekali dia membuka matanya menatap jalanan dari kaca pintu mobil.
"Mas, kok kusut gitu mukanya lagi ada masalah ya ?. Tanya sopir keluarga Rey
"Enggak ada kok ,pak .. tolong puterin lagu selow ya, saya mau tidur " . Ucap Rey
"Baik , mas"
***
*Semarang , Rumah Gia Vanessa
Aku masih merasa trauma akibat mayat kelinci waktu itu , bahkan rasa takut masih terus mengelilingku . Aku terus mengurung diriku didalam kamar . Mengapa aku harus masuk dalam masalah ini ? kenapa aku harus terjerat dengan masa lalu mereka ? , pertanyaan itu selalu muncul dalam pikiranku . Air mataku sesekali menetes saat memikirkan semua yang telah terjadi .
"Kak , buka dulu yuk pintu kamarnya" . Ucap mama dari luar kamar .
"Kak , ayo makan dulu ya ! mama masuk kamar ya , ayo dong bukain ! kamu besok mau menikah loh , sayang"
"Iya kak , makan dulu yuk " . Susul suara Helma dari luar kamar .
"Ya udah kalo kamu enggak mau buka pintunya , mama taruh depan ya makanannya tapi harus di makan , ya !" . Mama terus berusaha memaksa diriku untuk makan .