Chereads / Rahasia Sekar / Chapter 7 - Bab 7

Chapter 7 - Bab 7

Rega memakan sarapannya dengan malas-malasan. Bagaimana tak malas kalau mamahnya pagi-pagi sudah mengoceh, gak mau kalah sama burung Beo papahnya.

"Ga, mamah punya tanah di dekat PI. Mamah mau buat rumah untuk kamu. Daripada kamu tinggal di apartemen". Terserah, percuma juga dilawan. Rega gak bakal menang nglawan nyokap sendiri, entar kualat.

"Ya gak apa-apa. Rega seneng-seneng aja". Jawabnya cuek sambil memasukkan sepotong ayam ke mulut.

"Tapi materialnya kamu yang beli. Nanti mamah yang bayar arsitek sama tukangnya". Katanya mau bikinin tapi minta patungan.

"Suka-suka mamah aja, atur enaknya gimana tapi kenapa pakai arsitek segala. Mamah gak bikin istana kan??". Tanya Rega sambil menyecap kopi hitamnya yang harum.

"Mamah pingin bikin rumah impian. Rumah yang sederhana tapi riuh sama tawa anak kecil. Soalnya mamah kemarin mimpi, mamah dikelilingi cucu- cucu mamah yang entah kapan kamu kasih". Mampus, tahu gituh Rega gak bakal nanyak-nanyak kalo akhirnya dia yang kesindir masalah cucu.

"Mamah kok minta Rega sih. Aku aja mau cerai". Retta, mamah Rega mendengus sambil bibirnya ditekuk maju ke depan.

"La mamah minta siapa?? Parjo, supir kita?". Pertanyaan retoris dari retta hampir membuat Rega tersedak.

"Gimana kalau kamu mama taarufin sama anak temen mamah, orangnya cantik, berhijab, solehah, gak neko-neko. Pokoknya mantu idaman, ga". Anjritt si mamah bergaul sama ustadzah mana kok tahu istilah taaruf segala. Apa udah tobat dari arisan sosialita.

"Mah, Rega belum resmi cerai. Main jodohin aja". Kalau dijodohinnya sama Sekar, Rega gak bakal nolak.

"Tapi mamah ngebet pingin cucu, temen-temen mamah suka cerita. Cucu nya bisa jalan, cucunya bisa bilang eyang, cucunya sekolah ditempat elit. Kamu gak kasihan sama mamah. Gak punya cucu buat di ceritain".

"Ceritain aja cucu tetangga, apa cucu kang kholik,tukang kebun. Rega berangkat dulu. Takut dipecat papah". Rega mencium kedua pipi ibunya dan bergegas pamit kerja.

"Ngeles kayak bajai kamu ga!! Jangan lupa anterin mamah entar sore. Jenguk, vanessa adik kamu". Seketika raut wajah Rega berubah. Vanessa, adik perempuannya yang telah lamaran tiada.

Jenguknya sudah pasti di pemakaman.

"Iya mah".

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

"Sekar? Tumben kamu kesini. Ada masalah?". Tanya om Benjamin, seorang psikolog yang jadi langganan Sekar sejak lama, tepatnya sejak ia memberikan bayinya.

"Biasa mimpi buruk itu lagi tapi kali ini beda. Dia muncul om,si pemerkosa itu". Suasana tadi yang santai mendadak tegang. Benjamin mulai mengeluarkan catatan kesehatan Sekar dan memegang sebuah bolpoin.

"Lalu Kamu butuh obat tidur?". Sekar mendengus dan memijit pelipisnya. Tentu saja setiap ia terkena imsomia pastilah butuh obat tidur. Ia akan tidur tapi tetap saja mimpi itu tak bisa ia hindari.

"Iya om, saya takut. Peristiwa itu bagai mimpi buruk yang selalu datang. Sekar capek om".

"Dan sepertinya ada masalah lain yang sedang mengganggu kamu.

Saya benar Sekar?". Dokter Ben, pria paruh baya itu seperti tahu apa yang menjadi ganjalan hati Sekar.

"Anak yang pernah saya lahirkan dulu, sekarang berumur 10 tahun. Orang tua angkatnya bermaksud mengatakan padanya kalo saya ibu yang melahirkannya. Saya takut, dia membenci saya karena membuangnya dulu". Ben menatap lekat-lekat ke arah Sekar. Meski wanita itu berekspresi datar tapi matanya tak bisa berbohong. Wajah Sekar di penuhi kegelisahan dan masalah berat.

"Kamu butuh di hipnoterapi??". Sekar menggeleng pelan. "Tapi obat penenang hanya membuat kamu tenang sementara saja".

"Saya cuma mau cerita om,waktu pulang kemarin ke kota kelahiran saya. Saya bertemu dengan pemerkosa itu. Hati saya sakit, si pemerkosa itu tak menyesal sama sekali, minta maaf pun tidak".

"Apa kalo dia minta maaf, hati kamu akan sembuh?". Tak ada yang bisa menyembuhkan sakit hati kecuali waktu dan keikhlasan hati.

"Entahlah, saya berharap dia minta maaf. Apa itu salah?". Sebuah kata permintaan maaf apa sanggup menyembuhkan lukanya yang menganga lebar bertahun tahun. Maaf hanya akan menambah segala kerumitan. Dalam agama di ajarkan saling memaafkan tapi itu butuh hati yang lapang dan Sekar tak memilikinya.

Dokter Benjamin menegakkan tubuh, ia agak condong untuk berhadapan lebih dekat dengan Sekar. "Saya hanya kasih saran, cobalah kamu memaafkan".

"Memaafkan si pemerkosa?". Mendengar usulan itu Sekar mengernyit heran. Sungguh ia tak akan sanggup. Pemerkosaan bukan kejahatan ringan seperti pencurian yang akan selesai dengan pengembalian barang. Lalu apakah Rega sanggup mengembalikan kesucian Sekar.

"Bukan, memaafkan diri kamu sendiri. Rasa bersalah kamu terhadap anak yang kamu lahirkan menghambat segalanya. Termasuk kestabilan emosimu". Bagaimana bisa ia melakukannya kalau hati nuraninya sendiri mengatainya ibu yang kejam dan tega. Dengan tangannya sendiri, ia memberikan anaknya pada orang lain.

"Sulit om".

"Kamu kurang berusaha, dekati anak itu dan tebuslah waktu yang tak kalian lalui. Masalah si pemerkosa kamu juga harus berusaha memaafkannya". Sekar masih mencerna apa yang dikatakan psikolognya. Dekat dengan Reyhan ia usahakan tapi memaafkan Rega apa Sekar sanggup??

"Kalau kamu belum bisa memaafkan si tersangka. Cobalah menjalin hubungan dengan lawan jenis. Buka hati, kalau hatimu sudah terisi dengan kebahagiaan tentu mudah jadi pemaaf". Apa benar yang dikatakan dokter Benjamin ini!? Buka hati, membuka kesempatan untuk dirinya sendiri. Apa ia mampu? Hatinya terlalu beku untuk menerima hal yang disebut cinta.

"Bagaimana saya bisa jadi pemaaf kalau peristiwa itu sulit saya lupakan?".

"Kamu tak akan mampu melupakannya Sekar, semakin kamu ingin lupa maka semakin kamu mengingatnya. Kejadian itu bagian perjalanan hidup kamu yang cukup kamu kenang. Sisi positifnya, kalau bukan karena kejadian itu mana mungkin kamu pindah ke Jakarta dan jadi sukses seperti sekarang". Benar kata om ben, cukup kenangan kelam itu menjadi masa lalunya dan tak akan ia biarkan mengusik masa depannya.

Setelah pulang dari tempat praktek dokter Benjamin. Ia pergi ke suatu tempat. Tempat yang membuatnya tenang dan melupakan sejenak masalahnya.

"Apa kabar, nek? Maaf, Sekar baru bisa datang sekarang". Ucap Sekar sambil menabur bunga diatas gundukan tanah pemakaman.

"Maaf nenek gak sempet menikmati kesuksesan Sekar. Nenek udah tidur panjang dengan damai

Sekar sedih nek, Sekar masih butuh nenek". Sekar membelai kepala makam yang bertuliskan Syamsiyah binti husein. Wanita tua yang sudah sangat berjasa dalam hidupnya.

Sekar ingat saat pertama kali menginjakkan kakinya di kota Jakarta. Tak punya sanak saudara dan teman disini. Membuatnya kesulitan mendapatkan pekerjaan. Sampai suatu hari Sekar pingsan di jalan karena kelelahan mencari  kerja, beruntunglah seorang nenek pedagang gorengan menemukannya . Nenek itu bernama Syamsiyah tapi orang orang biasa memanggilnya nenek Syiah. Sekar tahu kalau dirinya sedang mengandung juga dari beliau. Ia benar-benar syok, disaat ingin menata hidupnya kembali ada jejak dari si pemerkosa yang berlindung dalam perutnya.

Sekar menangis dan putus asa. Ia ingin menggugurkan kandungannya tapi nenek Syiah berusaha mencegah dan menasehati  kalau Sekar sampai menggugurkan kandungannya. Apa bedanya dia dengan seorang pembunuh, itu dosa besar. Janin itu tak bersalah dan juga berhak untuk hidup.

Dan dengan bantuan nenek Syiah, ia bertahan hidup. Sekar mulai menyayangi janinnya, bahan rela jadi buruh cuci baju, piring, pemulung sampai berjualan gorengan didepan rumah singgah milik Rossi. Sekar lakukan apapun untuk bertahan hidup asal halal.

Pertama kali bertemu Rossi usia kandungan Sekar baru menginjak 4 bulan. Sekar suka mengintip anak-anak pemulung yang sedang diajari Rossi membaca dan berhitung.

Entah karena dorongan dari mana sesekali ia membantu anak-anak itu untuk belajar. Dari situ Rossi tahu bahwa Sekar anak yang cerdas

Ia lalu mengajak Sekar untuk bergabung dengannya, mengajar anak- anak pemulung.

Barulah Rossi tahu kisah Sekar dan mengusulkan kalau setelah melahirkan. Anaknya diberikan kepada Yashinta, adik Rossi yang sudah 5 tahun berumah tangga tapi tak kunjung hamil. Awalnya Sekar menolak, mana ada ibu yang tega memberikan anaknya untuk jadi anak orang lain.

Tapi nenek Syiah membujuknya, mengatakan bahwa seorang anak lahir tak hanya butuh makan tapi juga sandang, tempat tinggal yang nyaman dan kasih sayang yang lengkap dari ayah dan ibu. Sekar sadar ia tak memiliki semua itu.

Sedang Yashinta, perempuan yang ingin mengadopsi anaknya adalah seorang bidan dan suaminya, pegawai kantoran. Bukankah ia tak akan kawatir kalau suatu saat anaknya akan kekurangan.

"Sekar gak akan pernah salahin nenek. Nenek bener kalau Reyhan tetep sama Sekar mungkin dia bakal pulang sekolah nangis tiap hari karena diejek anak haram, gak punya ayah". Sekar bercerita sambil menitikkan air mata. Ia tak akan sanggup bila Reyhan hidup di bawah asuhannya. Bukan hanya kekurangan namun juga akan jadi kelaparan.

"Sekar gak bisa sama Reyhan gak apa-apa asal Sekar bisa lihat anak itu tersenyum. Lihat nek!!", Sekar Menunjukkan foto Reyhan yang ada di ponselnya. "Dia udah gede, udah sekolah SD. Dia ganteng kan nek?".

Airmata Sekar semakin deras mengalir melalui pipinya.

"Tapi Sekar takut nek, Reyhan bakal benci Sekar kalau tahu yang sebenarnya. Sekar takut, lebih baik dia gak tahu".

Hari sudah semakin senja. Sekar beranjak dari makam itu setelah puas menceritakan segala beban dan keluh kesahnya. Ia berjalan keluar pemakaman. Sekar melihat wanita paruh baya yang ia kenal sedang duduk di depan gerbang makam.

"Tante Retta ngapain disini?". Perempuan yang dipanggil Retta itu mendongak.

"Nunggu anak tante jemput, eh lama banget gak kesini-sini. Tuh anak kebiasaan sukanya belok- belok". Gerutuan Retta membuat Sekar tersenyum.

"Udah, Sekar anter pulang aja. Dimana rumah tante?". Saat Retta akan menjawab bunyi nyaring klakson mobil seseorang mengagetkan mereka.

Pim... pim... pimm...

"Itu anak durhaka baru nyampe". Keluarlah seorang laki-laki dari dalam mobil. Melihat laki-laki yang kini mulai berjalan mendekat itu, Sekar terkejut.

"Sekar? Aku gak nyangka bakal ketemu kamu disini". Kenapa dunia ini sempit sekali. Dimana-mana selalu ketemu orang yang bernama Sarega Wira Atmaja dan itu Sekar anggap sebagai sebuah kesialan.

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🍀🌿🌿🌿🌿