Di deret kursi pertama, ada wanita cantik yang sedang duduk dengan anggun. Matanya dari tadi melirik ke arah anak perempuan yang sedang duduk di sebelahnya.
Anak itu kira-kira berusia lima sampai enam tahun, dia memakai gaun berwarna putih yang jatuh di atas lututnya, rambut hitam keritingnya dibiarkan terurai.
Anak itu dari tadi tidak bisa menahan rasa kantuknya, tangannya yang kecil tidak bisa berhenti mengusap-usap matanya yang berair. Wanita di sebelahnya merasa kasihan lalu mengelus rambut anak itu dengan pelan, "Caca, tunggu sebentar lagi ya, sehabis acara ini selesai kita akan segera pulang."
Anak itu menganggukan kepalanya dengan pelan lalu kembali menguap.
Pria yang duduk di sebelah wanita itu ikut melihat anak kecil itu lalu bertanya, "Ibu kepala, kelihatannya anakmu pingin tidur siang. Apa aku perlu untuk memanggil supir?"
"Tidak perlu," Jawab wanita itu sambil tersenyum, "Anak saya bisa kok menahan rasa kantuknya."
Seketika itu ruangan di sana menjadi gelap, wanita itu mengalihkan pandangannya ke anaknya. "Caca! Acaranya sudah dimulai!" seru wanita itu dengan antusias.
Lampu diatas panggung yang awalnya cerah seketika menjadi gelap gulita. Lalu seberkas cahaya bersinar secara vertikal, lampu itu menyinari dua pembawa acara yang mengenakan pakaian formal.
"Selamat siang dan selamat datang di festival seni kami!" Seru pembawa acara itu.
Mendengar suara pembawa acara itu membuat Caca merasa semakin mengantuk. Berbeda dengan ibunya yang dengan antusias menepuk kedua tangannya. Anak itu kembali menguap saat mendengar tepuk tangan dari seluruh penonton.
"Semuanya ayo baris! Yang dapat urutan pertama sampai kelima baris di sebelah kanan!" Teriak salah satu guru yang ada di belakang panggung.
Karena Gabby dapat urutan kedua dia ikut berbaris di sebelah kanan. Perempuan itu menoleh ke arah Michael lalu berkata, "Nanti kalau aku selesai tampil, aku akan menemuimu disini ya!"
Belum sempat membalas perkataan perempuan itu, Michael melihat dia jalan menjauhinya sambil melompat-lompat kecil. Mata Michael mengikuti punggung Gabby sampai perempuan itu tidak terlihat lagi.
"Selanjutnya, mari kita undang sekelompok murid yang akan menunjukkan keahlian mereka dalam seni bela diri yaitu karate!"
--
"Caca! Lihat disana! Mereka akan menampilkan seni bela diri!" Wanita itu menunjuk ke atas panggung sambil melihat anaknya.
Mata Caca yang sedari tadi tertutup akhirnya tertarik untuk membukanya. Dia menengadahkan wajahnya dan melihat ke atas panggung. Anak itu melihat ada satu sinar lampu yang mengikuti seorang perempuan.
Setelah Gabby berdiri di tengah panggung seketika itu juga terdengar tepukan meriah. Dia berdiri dengan tegak lalu mulai memasang kuda-kuda.
"Wah, lihat dia Caca! Dia terlihat keren ya!" Ucap Ibu Caca.
"Cantiknya! Aku mau dia menjadi anakku!" Seru salah satu penonton.
"Aku juga!" Sahut penonton lainnya.
Mendengar kalimat seperti itu membuat Daniel menegakkan duduknya. Dia menoleh ke arah sumber suara itu lalu memelototi mereka. Bagaimana bisa orang-orang itu menginginkan anaknya? Langkahi mayatku dulu sebelum kalian menyentuh anakku.
Mendengar percakapan di belakangnya, Daniel langsung duduk lebih tegak. Dia lalu menoleh dan memelototi mereka. Lancang sekali mereka! Bagaimana bisa orang-orang itu menginginkan anaknya?
"Suamiku! Anak kita sudah ada di atas panggung! Ayo cepat ambil foto dan video!" Seru Agnes, dia menepuk-nepuk pundak suaminya untuk mengalihkan perhatiannya dari orang-orang itu.
"Aduh iya iya!" Daniel mengambil kamera SLRnya lalu mulai mengambil foto Gabby dari jarak jauh.
Tidak lama kemudian terdengar bunyi musik yang memenuhi ruangan itu. Mendengar musik itu, Gabby langsung bergerak mengikuti nadanya. Orangtua Gabby merasa seperti melihat anak orang lain! Gerakannya terlihat tegas tapi lincah.
Setelah Gabby selesai dia menundukkan kepalanya, memberi hormat. Orangtua Gabby berdiri dari kursinya dan menepuk tangannya dengan heboh. Daniel menoleh ke penonton tadi, "Itu anakku!"
Terdengar beberapa suara anak yang menginginkan berlatih karate sejak melihat aksi Gabby tadi di atas panggung.
"Bu, aku mau berlatih karate!"
"Wah aku mau terlihat keren seperti dia!"
Saat lampu panggung dimatikan Gabby bergegas menuruni panggung. Sesampainya di belakang panggung dia segera disambut oleh pelatih Hendrik. Dia menepuk bahu Gabby, "Pertunjukkan yang bagus, bos kecil.". Perempuan itu lalu memutar bola matanya dan tersenyum, "Terima kasih bos."
"Suamiku~!" Panggil Gabby saat dia melihat Michael yang berdiri tidak jauh dari pelatih Hendrik. Dia menghampiri laki-laki itu dengan senyuman yang lebar, "Gimana tadi pertunjukanku?"