Michael melihat Gabby sambil tersenyum lalu menganggukan kepalanya, "Kerja bagus! Kamu tadi keren banget."
Mata Gabby berbinar-binar saat mendengar pujian dari laki-laki itu. Saat dia mau menjawab pujian Michael, Gabby mendengar teriakan melengking yang berasal dari belakangnya.
"Para siswa yang belum tampil segera kesini dan berbaris!" Teriak salah satu guru.
Gabby menoleh, "Michael, ayo maju." lalu menggenggam tangan laki-laki itu.
Michael melihat tangannya yang digenggam oleh Gabby, melihat perempuan itu sambil tersenyum tipis lalu menganggukan kepalanya.
"Penampilan seni bela diri tadi terlihat sangat mengesankan!" Pembawa acara perempuan itu menyibakkan rambutnya, "Penampilan selanjutnya adalah seni tari! Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah!"
Wanita itu menoleh ke anaknya, "Caca, ada tiga pertunjukkan lagi. Nanti kalau sudah selesai kita langsung pulang ya."
Caca hanya menoleh sebentar ke ibunya lalu kembali menguap dan menutup mulutnya. Wanita yang duduk di sebelahnya mengelus-elus rambut anaknya lalu kembali melihat ke atas panggung.
Festival seni di sekolah sebenarnya tidak terlalu menarik untuk di lihat, kecuali pertunjukkan seni bela diri atau musik. Karena hampir semua murid terlihat tidak tertarik untuk berada di atas panggung.
Hampir semua penonton bertepuk tangan secara otomatis, bukan karena benar-benar tertarik. Tidak lama kemudian salah satu pembawa acara kembali berdiri di atas panggung.
"Pertunjukkan yang bagus! Sekarang kita akan mendengarkan permainan piano solo dari Michael! Berikan tepuk tangan yang meriah!" Setelah ikut bertepuk tangan, pembawa acara itu bergegas untuk menuruni panggung. Terlihat empat laki-laki membawa piano ke atas panggung.
"Calon menantuku mau tampil! Hey cepat ambil foto yang banyak! Aku nggak mau sampai ada yang tertinggal." Perintah Agnes tanpa melihat suaminya.
Daniel berpikir dengan cepat cara agar dia tidak perlu mengambil foto laki-laki itu. Melihat muka Michael saja membuatnya malas untuk membuka mata. Tapi karena dia takut istrinya akan mengabaikannya selama satu minggu, akhirnya Daniel mengarahkan kameranya ke atas panggung.
"Tunggu sebentar ya sayang, ini pertunjukan terakhir kok." Wanita itu kembali melihat ke anaknya dengan tersenyum kecil.
Caca membuka matanya dan berusaha untuk mencubit tangan kecilnya agar dia tetap terjaga. Dia meringis kesakitan lalu memutuskan untuk berhenti mencoba membuat dirinya tidak mengantuk. Anak itu kembali menguap dan menaruh kepalanya di lengan ibunya.
Lampu panggung kembali dimatikan dan tidak lama kemudian satu cahaya lampu mengikuti sosok laki-laki yang sedang berjalan. Setelah Michael berada di tengah panggung dia membungkuk lalu berjalan ke tempat duduk piano.
Tepuk tangan kembali meriah ketika penonton melihat wajah Michael. Terdengar banyak ibu-ibu yang berkomentar mengenai wajah dan proporsi badan laki-laki itu.
"Wah, ganteng banget! Sudah ganteng badannya tinggi lagi!" Seru salah satu penonton.
"Iya setuju saya! Sehabis ini saya akan memintanya untuk menikah dengan anak saya!" Timpal penonton yang duduk disebelahnya.
"Ih, nggak bisa dong! Siapa cepat dia dapat! Sudah saya pastikan kalau laki-laki itu akan menikah dengan anak saya!"
"Mana mungkin laki-laki itu ingin menikah dengan anak yang gendut! Jangan terlalu percaya diri."
"Heh! Anak gendut siapa yang sedang kamu bicarakan? Jaga mulutmu ya!"
Mendengar perkelahian dari penonton di belakangnya membuat Agnes menoleh ke belakang, Agnes memelototinya, memberi tanda agar mereka menyelesaikan perkelahian panas yang sedang terjadi. Dia berpikir andai saja mereka tahu kalau laki-laki itu akan menikah dengan anaknya,
Cahaya emas menyinari wajah Michael dan piano yang ada di hadapannya. Laki-laki itu menundukkan kepalanya lalu menaruh jari-jarinya di atas tuts piano.
Sisi kanan wajahnya terlihat halus tapi tegas, bulu matanya terlihat lentik, hidungnya mancung, dan bibirnya yang berwarna mawar merah. Benar-benar laki-laki yang sangat sempurna pikir hampir semua penonton.
Tidak lama kemudian bunyi dentingan halus piano terdengar di telinga penonton. Terdengar tarikan nafas yang tercekat dari beberapa penonton. Alunan musik seperti ini membuat Caca kembali menguap dengan lebar.
"Keren sekali laki-laki itu, sudah aku pastikan dia akan menjadi menantu ku suatu saat nanti." Terdengar kembali komentar dari belakang Agnes.
Agnes yang awalnya terpukau dengan penampilan calon menantunya itu langsung mendengus dengan kesal saat mendengar komentar di belakangnya. Dia menoleh, "Apa yang kamu bicarakan? Dia itu calon menantu saya!" Seru Agnes dengan kesal.
Daniel yang mendengarkan hanya bisa berbicara dalam hati, kata siapa laki-laki itu akan menjadi suami anaknya?!