Chapter 35 - Festival Seni

"Seperti biasa sekolah akan mengadakan festival seni! Yang dimaksud seni disini adalah berbagai macam seni, seperti seni musik, seni tari, ataupun seni bela diri." Seru Bu Angger dengan antusias, dia berdiri di depan papan tulis, "Nah, siapa yang mau ikut mendaftarkan diri? Ibu hanya membutuhkan dua orang saja."

Ruangan kelas yang biasanya tidak pernah tidak ramai seketika itu menjadi sepi, raut wajah mereka terlihat seperti sedang mendengarkan berita buruk. Gabby menoleh ke arah kanan dan kiri berusaha untuk melihat siapa yang tertarik untuk mendaftarkan diri.

Setelah Gabby merasa tidak ada yang tertarik, perempuan itu memberanikan diri untuk mengangkat tangannya, "Bu! Saya mau daftar untuk seni bela diri."

Bu Angger menganggukan kepalanya lalu memutar badannya untuk menulis nama Gabby di papan tulis, "Saya suka sekali dengan murid seperti Gabby." Sindir Bu Angger.

Setelah selesai menulis nama perempuan itu, Bu Angger membalikkan badannya dan kembali bertanya, "Yang lain ada yang ingin mendaftarkan diri?", keningnya berkerut saat tidak ada murid lain yang mengajukan diri, "Ayolah, kalian ini sudah besar! Masa kalian masih demam panggung?"

Seketika itu murid-murid yang ada disana langsung pura-pura sibuk, ada yang membaca buku pelajaran bahkan ada yang sampai menganggap kuku tangan mereka lebih menarik untuk dilihat daripada bu Angger yang sedang berbicara panjang lebar di depan kelas.

Gabby menoleh ke arah Michael ingin mengajaknya berbicara, tetapi saat dia melihat laki-laki itu tiba-tiba muncul suatu ide yang menurutnya cemerlang. Gabby mengangkat tangannya, "Bu! Michael bisa bermain piano." seru perempuan itu dengan lantang.

Mata Michael yang awalnya sedang melihat buku pelajaran yang ada di mejanya langsung mengalihkan pandangannya dengan cepat ke arah perempuan itu sedang duduk, "Heh, kamu jangan sembarangan!" bisik laki-laki itu dengan keras.

Bu Angger melihat ke arah Michael dengan mata yang berbinar-binar, "Benarkah? Ok kalau begitu sudah diputuskan. Gabby menampilkan seni bela diri sedangkan Michael bermain piano."

Sebelum Michael dapat memprotes ke gurunya, bu Angger sudah membalik badannya dan menulis nama laki-laki itu di papan tulis. Michael melihat ke arah Gabby dengan muka yang memerah karena dia tidak bisa membayangkan untuk berdiri di atas panggung, "Kamu itu…" dia menghela nafas lalu mengalihkan pandangannya, "Ya sudahlah terserah kamu aja."

Gabby tidak menjawabnya hanya menyenggol lengan laki-laki itu dan tertawa kecil.

--

Setelah Gabby memberitahu pelatih Hendrik kalau dia akan tampil di festival seni, laki-laki tua itu langsung mengajukan diri untuk datang ke sekolah setiap hari agar dia bisa melatih Gabby dengan lebih serius. Hal itu terjadi sama dengan Michael, setiap pulang sekolah dia akan ditahan di ruang kelas musik agar bisa berlatih dengan guru musik di sekolahnya.

Guru musik di sekolah merasa harga dirinya jatuh saat dia mengetahui kalau level piano Michael sudah sampai level delapan, sedangkan gurunya masih bertahan di level tujuh. Bahkan guru itu sengaja memilih lagu yang susah agar dia bisa menyombongkan dirinya sedikit, tapi Michael hanya perlu melihat gurunya bermain sekali dan dia sudah dapat menirunya dengan baik.

Mata guru itu terbelalak kaget saat melihat laki-laki itu dapat bermain lebih indah dari padanya, dia bahkan rela menguras otaknya agar bisa memilih lagu yang lebih susah lagi agar Michael tidak dapat menirunya. Tapi Michael hanya membutuhkan melihat tangan gurunya sekali dan dia dapat menirunya dengan mudah.

Karena Michael dapat dengan mudah menyelesaikan latihannya, dia selalu dapat pulang lebih cepat daripada Gabby. Pelatih Hendrik terkenal sangat serius dalam hal melatih muridnya karate yang mengakibatkan Gabby harus berada di sekolah sampai jam lima atau enam sore.

Setelah Michael selesai berlatih dia menunggu Gabby di dekat gerbang sekolah karena mereka sudah berjanji untuk pulang bersama. Tidak lama kemudian dia mendengarkan suara Billy dari belakangnya.

"Bos!" Michael melihat laki-laki itu berlari ke arahnya, dia mengalihkan pandangannya dan dapat melihat di tangan kanan Billy terdapat satu tas plastik berwarna merah.

Hari ini Billy memang sengaja untuk pulang lebih sore agar dia bisa melihat Gabby berlatih dan memberikannya jajan-jajan kecil, dia melakukan semua hal itu agar Gabby menyetujuinya untuk menjadi bos di geng Ular Hitam.

Langkah Billy terhenti saat dia melihat Michael sedang berdiri di depan pagar dan sedang melihatinya. Pasti dia lagi nunggu Gabby, pikir Billy dalam hati. Dia lalu mendekatinya dan tersenyum manis, "Halo!"

Michael mengalihkan pandangannya, berusaha mencari cara untuk menghindarinya, karena sejujurnya dia masih merasa takut akan laki-laki itu.

Kedua tangan Billy terkepal dengan erat saat dia merasa kalau Michael sedang mengabaikannya, dia berhenti di depan Michael dengan kepala yang diangkat tinggi dan dadanya dibusungkan, " Hey! Ngapain kamu nunggu Gabby disini? Pergi atau aku akan mengusirmu dari sini!"